Setengah sadar aku memandang ketika perlahan mataku terbuka, yang aku lihat kali ini bukanlah stir mobil atau kursi yang aku duduki sebelumnya. Tersadar aku ternyata sudah berada di tempat tidurku, aku sudah sampai di kamarku dengan kondisi diriku yang masih lemah, bergeser sedikit setelah aku berhasil bangkit setengah badan ternyata di sebelahku ada Yogi yang tertidur dengan kondisi duduk di kursi, wajahnya ditopang oleh tangannya. Jangan-jangan dia menungguku? Ini jam berapa?
Mataku melirik ke arah jam dinding menunjukkan angka lima, dan aku menggeser sedikit gorden kamarku, tersadar ternyata ini jam lima pagi. Ternyata dari tadi malam sampai sekarang Yogi masih ada di dekatku. Jangan bilang sehabis aku pulang dari Bandung, aku tertidur dan baru bangun sekarang. Bisa jadi, karena saking lelah dan pusingnya aku, bersyukur kontraksi dalam perutku sedikit perlahan hilang.
"Wah, kamu sudah sadar ya? Huuu, sampai kaget ibu." Ibuku masuk ke dalam kamarku dengan wajah gembira. Mataku yang masih menyipit membuat ibu mendekati dan mengusap wajahku beberapa kali seraya duduk di pinggir kasur. "Tau nggak? Dia setia banget loh nungguin kamu..." Ibu mulai berbicara soal Yogi, dengan kondisi pria itu masih tertidur.
Hebat, aku sebenarnya berhutang banyak sama Yogi. Dia rajin banget ngerawat aku yang uring-uringan kalau lagi sakit ternyata. Muntah-muntah diriku sebelumnya dia juga rela mencium aroma bau tersebut. "Kayaknya aku masuk angin deh bu." ujarku yang malah membuat ibuku menggelengkan kepalanya dengan tersenyum lebar.
Ibu berdiri dari duduknya sebelum menjawab, "Yaudah kalau kontraksi di perut kamu udah mendingan, nanti pagi sekitar jam delapan atau jam tujuh; Yogi bakal anterin kamu ke dokter. Sekalian cek." jawaban ibu ini terdengar sangat heboh deh, padahal cuman sakit ringan.
"Apaan sih bu, kan cuman masuk angin. Kenapa harus ke dokter." lirihku pada ibu.
Dengan terus berjalan menuju pintu keluar, ibu masih tersenyum. "Nanti juga kamu tau, itu akibat kamu terlalu subur. Makanya kontraksinya lebih kuat, bahkan sampai kamu muntah, tandanya berhasil." kemudian disusul tertawa ringan ibuku mulai keluar dari kamar.
Apasih? Aku nggak ngerti maksud ibuku deh. Dan karena suara tawa ibuku itu, ternyata posisi Yogi menggusar dan pria itu mulai perlahan membuka matanya. Dia mengucek-ngucek matanya dan mulai menggapai tanganku untuk ia cium dengan lembut. "Kamu sudah bangun Sayang?" suaranya masih parau, rambutnya berantakan dan ada bekas-bekas garis di wajah Yogi, definisi pulas tidurnya dia.
Aku mengangguk pelan, "Kata ibu, kita harus ke dokter. Beneran? Emang aku sakit parah ya?" beneran heran deh aku, sebenarnya kenapa sih? Aku sampai nggak ngerti begini.
Yogi bangkit dari kursinya dan mulai duduk kembali di pinggir kasur agar dekat denganku. "Aku bahagia banget, ternyata kamu benar-benar bikin aku puas saat di ranjang," Yogi mulai bicara soal apa nih? Dia bicara soal hubungan intim kita deh kayaknya di hotel sebelumnya saat di Bandung. "Dan satu lagi, kamu benar-benar jaga kehormatan kamu. Aku senang, bahkan kontraksi di perut kamu kuat banget. Awalnya aku khawatir, tapi ternyata itu tanda kesuburan kamu," daritadi Yogi dan bahkan tadi Ibu bicara soal kontraksi di perut aku, subur? Apanya yang subur. "Aku harap kamu jaga baik-baik ya." sekarang Yogi mengelus perut aku, seolah dia sedang bicara dengan perut. Aneh deh, aku nggak ngerti.
Terdiam aku karena bingung, "Terus kalau nanti pagi kita ke dokter, aku nggak kerja dong senin ini?" oh iya, baru ingat untungnya. Ini kan udah hari senin.
Belum menjawab, Yogi mencium keningku dulu sebelum dia berdiri sekarang. "Ngapain kerja? Udah kalau bisa kamu berhenti kerja. Bentar lagi juga kamu bakalan nikah sama aku, biar aku yang cukupin semua kebutuhan kamu. Ayah dan ibuku lagi menuju ke Indonesia, mereka juga mau ketemu kamu." Yogi mengenakan jaket, kemudian merogoh saku celananya dan mengambil sebungkus rokok. "Kamu istirahat aja dulu, nanti jam tujuh aku bangungin kamu, kita pergi ke rumah sakit buat cek kondisi kamu." dia mengambil sebatang rokok, membuka pintu dan segera keluar dari kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAJUL - Boyxboy
Short StoryDia seorang fotografer yang pertamakali membuat diriku nyaman...