'Apa kau punya waktu malam ini?'
Pria manis yang tengah sibuk membaca sebuah novel di dalam genggaman tangannya, sembari menyeruput pink milk kesukaannya itu, hanya menatap datar pesan yang tertera pada layar ponselnya. Krist tidak langsung menjawab pertanyaan Singto, sebab terlihat terlalu gampang jika dia langsung menjawabnya, jadi Krist membiarkan saja ponselnya tergeletak di atas meja, tanpa ada niatan untuk mengambilnya.
Kemarin Singto meminta nomornya, dan tanpa berpikir Krist langsung memberikannya, meskipun Krist tidak tahu jika secepat ini Singto akan menghubungi dirinya.
Memang Krist berniat untuk mendekati Singto, tetapi jika Krist terlalu gampang justru akan membuat Singto cepat merasa bosan, sebab merasa Krist terlalu mudah untuk di dekati. Membutuhkan itu bukan berarti merendahkan diri sendirikan?
Harga diri masih harus di pertimbangkan di sini, Krist sudah menjadi seseorang yang baru jadi segalanya juga harus berubah. Yang harus dia lakukan adalah membangun dinding yang kokoh untuk melindunginya dari orang-orang yang berniat buruk di sekitarnya.
Kini Krist mulai menatap pantulan dirinya di cermin, sembari tersenyum lihatlah sekarang dia bukan pria jelek yang selalu di rendahkan orang-orang, bukan pria bodoh yang tidak sadar ketika suaminya sendiri hanya bersama dengannya karena harta saja. Ketika Krist sedikit mengunakan pikirannya bukan hati nuraninya tidak seperti dulu, banyak hal yang terlihat lebih jelas saat ini.
Setelah hampir 20 menitan baru Krist mengambil ponselnya, lalu membalas pesan singkat yang Singto kirimkan tadi padanya.
Ini mengingatkan Krist pada apa yang dirinya lakukan kemarin malam, nekat mendekati Singto yang tengah sendirian di dalam bar, padahal biasanya Krist hanya mengawasi dari kejauhan saja. Tetapi jika terus seperti itu kapan dirinya bisa mendekati Singto?
Krist tahu Singto adalah pria tipe apa. Pria berkulit Tan itu gampang sekali berbaur dengan orang lain, dan mudah mendapatkan seorang teman, karena itu Krist selalu tidak pernah sekalipun menaruh curiga padanya, ketika Singto mengatakan jika dirinya pergi bersama teman atau saat mereka bersama ada temannya yang menelepon.
Bahkan Krist dengan bodohnya tidak tahu jika Singto suka pergi ke bar dan suka minum, dulu saat mereka masih bersama Singto selalu menemaninya di rumah, tidak pernah keluar pada malam hari, hanya beberapa waktu saja Singto selalu ada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya, namun setelah Krist mencari tahu segalanya, Krist paham betul pria macam apa Singto itu.
Dan sekarang Krist mencoba untuk bersikap biasa saja, tidak terlalu memperlihatkan jika dirinya menginginkan Singto, karena masih panjang perjalanan Krist untuk menjatuhkan pria itu.
Tetapi yang membuat Krist merasa aneh, untuk apa pria itu mengajaknya bertemu?
Baru tadi malam mereka mengobrol bersama, apa ini cara Singto agar bisa menggaet hati banyak orang?
Entahlah, Krist hanya akan mengikuti alur yang akan Singto jalankan, dan Krist akan berusaha menjadi aktor hebat di belakang pria itu, sembari menunggu saat-saat yang tepat lalu menusuknya dari belakang nantinya.
Tidak perduli jika orang mengganggapnya gila atau apapun itu, bahkan jika mengira Krist tidak bisa melupakan pria itu, Krist tidak perduli, meskipun dia juga tidak mengerti kenapa bisa menjadi pendendam seperti ini. Mungkin segalanya berawal dari sana, sejak hari kelam itu terjadi padanya, bukan hanya hidupnya saja yang berubah akan tetapi segalanya pada diri Krist tidak sama seperti dulu lagi.
*
*
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, ketika Krist melangkahkan kakinya menuju ke tempat yang sudah di pesan oleh Singto, tempat keduanya berjanji bertemu beberapa jam sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[35]. Revenge [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ completed ] "Phi Sing, aku sangat mempercayaimu kau tahu itukan?" Pria berkulit Tan itu mengganggukan kepalanya, sembari mengusak rambut pria manis itu pelan, "Ya, aku tahu." ** "Aku tidak mau tahu, kau harus bisa membunuhnya buat semuanya seolah...