~Ending~

4.9K 328 29
                                    

Lorong rumah sakit itu terlihat sangat sunyi di malam hari, ada dua orang pria yang tengah duduk pada kursi panjang di depan sebuah ruangan menunggu kepastian yang membuat mereka merasa cemas.

Sentuhan hangat itu menyentuh permukaan tangan Krist, hingga pria manis tersebut menatap sosok di sampingnya dengan pandangan sendunya, ia tak bisa menyembunyikan lagi kegundahan hatinya saat ini, Krist tidak bisa lagi berpura-pura tidak peduli, rasanya berpuluh-puluh kali lipat dengan yang pernah ia alami, rasanya lebih menyakitkan daripada ketika ia melihat Singto bersama orang lain.

"Segalanya akan baik-baik saja."

Kata-kata itu bagaimana sebuah mantra untuk menghibur hatinya yang tak menentu. Krist mengganggukkan kepalanya, berharap itu yang akan menjadi kenyataan sekarang, ia tak bisa kalau misalkan Singto tidak selamat. Banyak perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya, ia harus apa? Membenci atau justru harus sedih dalam keadaan ini? Sungguh ia merasa di permainkan, Krist merasa layaknya pria paling bodoh sekarang ini. Ia mengingat lagi kata-katanya waktu itu, setetes liquid bening mengalir turun dari pelupuk matanya, mungkin ini balasan perlakuannya selama ini.

"Ini salahku."

"Salahmu? Kau tidak salah apapun."

Krist menggelengkan kepalanya, "Jika aku tidak mudah percaya pada hasutan pamanku, kalau saja aku bertanya padanya atau setidaknya mendengarkan penjelasannya hari itu, mungkin kami tidak akan berakhir seperti ini, harusnya aku mendengarkanmu phi."

Gun mengusap lengan Krist, mencoba untuk menenangkan pria manis tersebut. Tak mau ia menyalahkan dirinya sendiri lagi, sudah cukup ia bersedih dan merasa bersalah, setidaknya ia tahu segalanya.

"Yang sudah terjadi, tidak akan pernah berubah meskipun kau menyesalinya, jika kau menyesal cukup perbaiki segalanya jika ada kesempatan. Itu yang harusnya kau lakukan."

Meskipun ia tahu harusnya memang seperti itu, akan tetapi Krist tak bisa mengabaikan segala rasa bersalahnya pada Singto, ia mengira jika segalanya terjadi karena ulahnya. Namun, ternyata salah, Krist membenci orang yang salah.

"Tapi aku takut."

"Tidak akan terjadi apapun, jangan panik ingat cemas berlebihan itu tidak baik untukmu."

Anggukan pelan Krist mengatung di udara, Gun mengusap pelan bahu pria manis itu, "Untung saja aku meminta alamat tempat kalian bertemu, aku tahu pasti ada yang tidak beres, jika tidak aku pasti akan menyesal kalau sesuatu terjadi padamu." Gun mengusap kepala Krist pelan, "aku akan membeli minuman untukmu, kau ingin sesuatu?"

"Tidak."

"Baiklah, ingat jangan pergi kemana-mana. Tunggu aku sampai kembali."

Lagi-lagi Krist mengganggukkan kepalanya, hingga akhirnya Gun melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, membeli sesuatu untuk Krist.

Bertepatan saat itu, pintu ruangan yang sedari tadi mereka tunggu terbuka, ada seorang dokter muda melangkahkan kakinya keluar, ia menatap Krist dengan seksama.

"Wali pasien?"

"Iya, dia suamiku. Bagaimana keadaannya?"

"Benturan dan luka tembak yang di dapatkan pasien sebelumnya membuatnya mengalami pendarahan, keadaannya kritis dan pasien kehilangan banyak darah karena itu membutuhkan transfusi darah secepatnya. Kami memerlukan golongan darah A-negatif untuknya, hanya saja stok darah disini sedang kosong, jadi kami menunggu persediaan dari pusat yang baru beberapa jam lagi akan datang, tapi sepertinya pasien tidak akan bisa menunggu selama itu."

Krist terdiam, mencoba untuk mencernanya segalanya, "Aku--"

"Golongan darahku A-negatif kalian bisa mengambil darahku."

[35]. Revenge [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang