🍁Epilog🍁

5.9K 378 56
                                    

6 tahun, bukan waktu yang sebentar. Bahkan harus melewati 2190 hari untuk bisa bertahan dalam kurun waktu tersebut. Bagi seorang Singto itu cukup menyiksanya, bertahan dari waktu ke waktu untuk membuktikan pada dirinya sendiri, jikalau ia baik-baik saja, tanpa seseorang yang masih terus ia pikirkan sampai detik ini.

Keadaan kota ini masih sama seperti dulu, hanya sedikit lebih padat, di sertai bangunan-bangunan yang semakin meninggi, populasi manusia semakin bertambah setiap menitnya, membuat kota ini terasa cukup menyesakkan.

Ia sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekiknya tersebut, menatap pantulan dirinya dari kaca kecil di atas mobilnya, baru saja ia selesai meeting dengan kliennya dan Singto merasa jenuh. Pria berusia 30-an itu menghembuskan nafas beratnya, mengusak sedikit surainya, sebelum menatap jam tangan yang melingkar manis pada pergelangan tangannya.

Dirogohnya sakunya, mengambil benda persegi di dalam sana, mengulir layar itu tersebut, melihat banyaknya pesan yang di kirimkan padanya, ia hanya mengulum senyuman tipisnya.

Singto lupa jika dirinya ada janji dengan seseorang, adiknya selalu saja mengganggunya setiap hari, setelah menyelesaikan kuliahnya beberapa tahun lalu, membuatnya tidak bisa tenang.

Pandangan Singto teralihkan pada gambaran sosok pria manis yang tersenyum pada layar ponselnya, Singto sengaja menjadikannya sebagai wallpaper ponselnya, membuat benda persegi itu terlihat sedikit indah dari biasanya. Ia ingat jika foto itu ia ambil ketika dirinya dan Krist pergi ke Hua Hin 6 tahun lalu. Sudah terlalu lama pria tersebut pergi dan Singto tak tahu bagaimana keadaannya.

Setidaknya sekali ia ingin bertemu dan menanyakan kabar Krist. Sayangnya, hal itu tak pernah bisa terjadi, karena pria tersebut menutup semua akses agar Singto bisa menghubunginya, padahal ia sangat merindukannya.

Meskipun Krist sudah lama meninggalkannya, akan tetapi Singto tidak pernah melupakannya barang sedetikpun, ia pernah menjadi bagian hidupnya dan sampai kapanpun akan terus seperti itu, ia tak akan pernah bisa melupakan Krist dan menggantinya dengan yang baru, sebab pria itu tersimpan rapat di hatinya, sesuatu yang tidak bisa orang lain menyentuhnya ataupun menyingkirkan sosok itu darinya.

Singto menyimpan lagi ponselnya, sebelum melajukan mobilnya kembali setelah beberapa saat tadi sempat terhenti karena kemacetan yang membuatnya harus menghentikan laju mobilnya, pergi ke tempat yang akan dirinya tuju.

*******

Bandar Udara Suvarnabhumi.

Seorang pria manis melangkahkan kedua kakinya, menarik koper di tangannya dengan ekspresi kesal, ia mendengus kesal pada seorang pria mungil di belakangnya, membuat sosok di belakangnya yang tengah menggendong seseorang itu tertawa melihatnya, di samping pria mungil tersebut ada pria lain yang memandang keduanya dengan tidak habis pikir. Masih saja bertengkar karena merebutkan sesuatu, layaknya anak kecil padahal keduanya sudah berumur.

Pria manis yang tak lain adalah Krist tersebut, meraih lengan pria lain di samping si mungil tadi, lalu mengajaknya untuk berjalan lebih dulu, meninggalkan sosok mungil di belakang mereka yang hanya menggelengkan kepalanya.

Namun, baru beberapa saat kemudian langkahnya terhenti, kali ini ia menginjakkan kakinya di kota ini lagi, menorehkan senyuman yang terpatri di wajahnya, sudah lama ia tak menginjakkan kakinya di sini.

Rasanya sekarang ia seperti terasingkan, layaknya orang yang baru pertama kali ke sini, meskipun pada kenyataannya, ia lahir di kota ini. Hidup selama puluhan tahun sebelumnya di sini, banyak kenangan indah serta menyedihkan yang pernah ia alami dulu.

Pandangannya menerawang jauh, banyak memori perlahan memasuki benaknya, bagaikan sebuah roll film yang di mainkan, gambaran samar tentang dirinya dan seseorang dari masa lalunya, ia menundukkan kepalanya ada sedikit perasaan sesak di dalam dadanya, menyisakan sesuatu yang membekas di dalam hatinya. Hal yang terlalu indah untuk di lupakan, meskipun ada beberapa bagian kelam, tetapi ia mengganggap segalanya seperti pelajaran hidup, ia tahu jika dirinya harus tetap bertahan, karena hidup ini terus berputar meskipun hati di liputi kekecewaan dan rasa sakit.

[35]. Revenge [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang