Revenge [ 16 ]: Towards The Ending

3.8K 320 30
                                    

Gelap dan senyap. Kedua kata itu menggambarkan ruangan tertutup yang tengah di pandang Krist untuk pertama kalinya, ia mulai mengumpulkan kesadarannya, sembari terus mengingat apa yang sampai membawanya kemari. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Namun, tak menemukan petunjuk apapun, ia bahkan merasa kaki dan tangannya yang bisa bergerak, ia tengah terduduk pada sebuah bangku, ada tali yang membelenggu tubuhnya. Hingga akhirnya Krist sadar dengan apa yang terjadi, ia ingat kejadian yang dirinya alami sebelumnya.

Kepala pria manis itu terasa sakit dan berputar, pandangannya agak mengabur. Siapa yang melakukan ini? Apakah Singto? Apa ini trik licik pria itu untuk mencoba membunuhnya lagi?

Pikiran buruk itu tiba-tiba masuk ke dalam benak Krist, siapa lagi yang ingin membunuh Krist jika bukan Singto? Tadi pria tersebut berpura-pura simpati, sekarang mulai menunjukkan sifat aslinya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, pintu yang tadinya tertutup rapat kini mulai terbuka, derit pelan dari suara roda yang di putar terdengar bersamaan, mata Krist membelalakkan tajam dan kaget ketika melihat ada seorang pria yang memasuki ruangan itu, bersama dengan seorang wanita dan Krist mengenali wanita itu. Bukan karena ia mengenali sosok wanita tersebut, akan tetapi sosok pria lain di belakang mereka yang membuatnya kaget. Pria itu tampak berbeda dari biasanya, Krist tidak percaya dengan hal ini.

"Kalian--"

"Iya, apa kau terkejut?"

Krist membisu, banyak pertanyaan yang kini menyeruak dalam benaknya. Namun, ini menjawab apa yang pernah ia lihat tempo hari, jadi apa yang sempat di lihatnya itu nyata bukan fatamorgana belaka dan juga suara samar tadi malam yang sempat ia dengar sewaktu orang asing itu membawanya tidak salah. Ia hanya bisa menatap dengan pandangan seolah ingin mengatakan 'kenapa segalanya bisa menjadi seperti ini?' hanya matanya yang menyiratkan segalanya, tetapi bibirnya bungkam.

********

Deringan ponsel menandakan ada notifikasi panggilan masuk itu terdengar, membuat sosok yang tengah tertidur meskipun hari sudah siang itu terganggu, tangan Singto meraba-raba sisi lain meja yang ia jadikan sandaran untuk tidur tadi malam tetapi tak bisa menemukannya, ia yang tadinya mencondongkan tubuhnya itu memosisikan punggungnya tegap, seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari benda persegi yang entah ia buang kemana tadi malam.

Rumahnya terlihat sangat kacau dan berantakan, banyak botol-botol minuman di atas meja dan di lantai, bahkan ada genangan air yang ia rasa berasal dari alkoholnya yang tumpah, banyak plastik makanan ringan yang juga berserakan, tak lupa pecahan kaca di dekatnya. Singto mengusak surainya yang berantakan dengan kasar, ia tak tahu apa yang sudah ia lakukan tadi malam.

Kepalanya berdenyut pusing, ia merangkak naik ke sofa begitu melihat benda yang ia cari-cari ada di sana, ada panggilan telepon dari nomor rumah Krist. Tanpa berpikir Singto langsung mengangkatnya. Suara seorang pria terdengar olehnya, Singto mengenalinya itu suara teman Krist, ia beberapa kali pernah tidak sengaja mengobrol lewat sambungan telepon dengan Gun.

"Khun Singto, bisakah aku bertanya sesuatu?"

"Iya, ada apa?"

"Apa Kit ada bersamamu sekarang? Dia tidak pulang sejak semalam, jadi aku pikir apakah kalian tengah bersama, kerena ponselnya mati. Padahal dia tahu aku harus pulang hari ini, dia berjanji ingin mengantarkan aku ke bandara, tapi sampai detik ini tidak ada kabar, aku khawatir."

"Krist belum pulang?"

"Krist?" Ada nada terkejut di dalamnya, sewaktu pria itu mengatakannya, "kau sudah mengenalinya?"

Mengenalinya?

Pertanyaan itu muncul di benak Singto, ia bingung selama beberapa waktu sebelum akhirnya berhasil mencerna segalanya.

[35]. Revenge [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang