Revenge [ 11 a ]: Petrichor

2.4K 287 10
                                    

Sunyi, derap langkah seseorang itu bergema pada ruangan yang terlihat senyap tak berpenghuni pada malam hari, Singto keluar dari ruangannya, sembari membawa beberapa botol anggur di tangannya, lebih memilih untuk naik ke lantai paling atas gedung perkantoran itu. Dari kejauhan ia dapat melihat punggung seorang pria yang tengah memunggunginya, ia sedikit tersenyum samar.

"Nong...."

Punggung tegap itu berbalik, menampilkan wajah datarnya, melihat sosok yang datang menghampirinya dari atas hingga bawah, pria asing itu menggeleng samartak percaya pada apa yang di lihatnya.

"Kau terlihat semakin kurus semenjak kakak ipar tidak ada."

"Benarkah? Padahal menurutku terlihat sama saja."

Pria asing itu menatap botol yang Singto bawa dengan kesal, lagi-lagi setiap ia menghampirinya Singto selalu saja mengajaknya untuk minum bersama, seperti tak ada hal lain yang bisa mereka lakukan selain minum, "Kau ke sini hanya untuk mengajakku minum? Carilah teman sana, hidup dengan baik. Aku tidak suka melihatmu seperti ini."

"Sssttt, jangan mengomel." Singto menempelkan telunjuknya sendiri pada tepian bibirnya.

"Ayolah, Phi. Coba kau pikirkan bagaimana bisa seorang kakak mengajak adiknya minum padahal mereka tidak pernah bertemu selama beberapa bulan?"

"Aku hanya butuh teman."

Beam-nama pria itu, hanya bisa mendengus kesal mendengarnya, "Jika seperti itu cari teman, kau mudah bergaul dengan orang lain tapi mencari teman saja tidak bisa?"

Singto mendudukkan dirinya pada bangku panjang yang sedikit berdebu, sembari menatap ke arah sekitarnya yang terlihat sepi.

"Aku tidak percaya pada siapapun. Kau tahu itu."

"Sampai kapan?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

Ia membuka botol minuman itu dan menenggaknya langsung dari botol, membuat sang Adik menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Singto, ia dengan segera mengambil dan melemparkannya hingga hancur, bukan satu tetapi semuanya.

"Berhenti minum! Apa kau tuli?"

"Aku merasa lelah dengan segalanya."

"Kau lihat ujung atap ini? Jika kau lelah kau bisa melompat dari sini, lalu selesai. Tidak perlu melakukan hal aneh."

"Kau kira semudah itu? Masih ada yang harus aku jaga."

Tangan pria menepuk bahu Singto, seolah ingin menyadarkan kakaknya, "Lupakan, biarkan segalanya, cukup dengan hal konyol itu."

Singto tiba-tiba tertawa mendengarnya, "Konyol? Benar, ini bahkan membuatku hampir gila, tapi setidaknya aku ingin bertahan hingga akhir jika aku bisa. Sayangnya tidak."

Pria itu duduk termenung sembari menundukkan kepalanya, entah apa yang tengah Singto pikirkan, bahkan adiknya sendiri pun tidak tahu, Beam memutuskan untuk duduk di samping Singto mengamati pria tersebut dalam diam, sepertinya terjadi sesuatu, sangat mudah menebak Singto, karena pria itu bahkan tidak bisa menutupi segalanya dengan baik.

"Apa ada masalah?"

"Sedikit. Aku tidak mau mengulangi kesalahanku, tapi aku merasa harus melakukannya."

Helaan napas berat meluncur begitu saja dari sudut bibir Beam, "Kadang memikirkan apa yang terbaik untukmu itu lebih penting daripada memikirkan hal terbaik untuk orang lain, itu bukan hal yang egois."

"Kau tidak tahu apapun."

"Apa kau tahu yang paling egois itu apa? Berperilaku tidak adil pada diri sendiri hanya untuk membahagiakan orang lain, memikirkan diri sendiri itu tidak egois, karena setiap manusia berhak bahagia. Kau tahu itu?"

[35]. Revenge [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang