"Dia mengatakan jika dia mencintaiku."
Si mungil di depannya itu langsung kaget dan terbatuk mendengarnya, terlalu terkejut dengan hal semacam ini. Apakah semudah itu?
Tetapi sewaktu Gun berpikir dari cara itu memperlakukan Krist, bagaimana ia sangat mengkhawatirkan pria manis itu, Gun yakin kalau itu kenyataan yang ada.
"Bagus jika seperti itu."
Krist menggangguk pelan, mengaduk soft drink miliknya, sembari menatap ke arah kaca transparan dari dalam kafe tempatnya dan Gun berada kini. Tadi Gun berkata jika ia bosan jadi keduanya berjalan-jalan bersama.
"Aku akan memutuskannya."
Jemari Gun yang tengah memilih kue kering di hadapannya itu pun berhenti bergerak, memfokuskan dirinya pada Krist. Apakah ia tak salah mendengarnya barusan?
"Putus? Aku kira kau sudah nyaman dengannya."
"Nyaman apanya? Aku hanya berpura-pura."
"Oi, Kit orang bodoh juga pasti akan tahu kalau kau berbohong."
Helaan napas berat berembus begitu saja dari sudut bibirnya, "Ya, aku memang nyaman. Kau kira sudah berapa lama kami bersama."
"Lalu kenapa tidak kau katakan padanya?"
"Tidak akan, lagipula aku akan tetap pada pendirianku."
Dari awal ia sudah bertekad untuk hal ini, jadi untuk apa mengatakannya pada Singto, memohonnya untuk kembali bersama atau memohonnya untuk mencintainya seperti dulu? Sampai kapanpun Krist tak akan pernah melakukannya, ia tak mau berubah menjadi pria bodoh itu lagi. Tidak mau Singto bisa menipu serta menjatuhkannya lagi, Krist tak akan pernah membiarkan itu terulang.
Lagipula ia seorang pria, setiap ucapan yang terucap darinya itu harus di pertanggung jawabkan, Krist sudah bersumpah akan membuat Singto menyesal, jadi Krist tak akan pernah melanggar hal itu, walaupun ia masih memiliki rasa untuk pria itu, tetapi itu tak membuatnya sudi terpuruk lagi di dalam kenangan menyakit bersama pria seperti Singto.
"Kapan?"
"Mungkin nanti, lebih cepat lebih baik. Ketika dia mengatakan mencintaiku, aku sudah tidak berminat lagi padanya."
Pria manis itu mengetuk-ngetuk meja di depannya, mencoba berpikir. Sedangkan Gun mengamatinya.
"Aku tidak bisa menemanimu, saudaraku mengajakku bertemu."
"Pergilah, lagipula aku tidak enak kau pergi ke tempatku dan menemaniku padahal kau punya banyak kerabat di sini."
"Kau juga kerabatku."
Krist mengganggukkan kepalanya, "Menurutmu dia akan sakit hati?"
"Priamu itu pasti berpikir kenapa bisa kau memutuskannya secara mendadak."
"Aku akan mengatakan alasannya."
"Jangan mengucapkan apapun yang membuatmu ikut merasakan sakit."
"Aku sudah menunggu-nunggu waktu untuk mencampakkannya, biarkan dia patah hati terlebih dulu, sebelum aku muncul dan mendepaknya pergi."
"Kau tak ingin menggiringnya ke penjara?"
"Aku memikirkan tempat yang lebih buruk daripada penjara untuknya."
Dan kali ini, Gun benar-benar bisa melihat sisi mengerikan Krist yang tak pernah ia perlihatkan selama ini, bukan hanya kebencian dan dendam yang terlihat, banyak kekecewaan saat ia mengatakan hal tadi. Seolah benar-benar membenci Singto, ingin pria itu membayar segalanya, padahal Gun tahu ketika pria itu terluka, yang merasakannya pertama kali adalah Krist. Walaupun Gun paham jika apa yang Krist pilih itu benar, kalau bukan pria tersebut yang memberikan pelajaran pada suaminya sendiri, lalu siapa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
[35]. Revenge [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ completed ] "Phi Sing, aku sangat mempercayaimu kau tahu itukan?" Pria berkulit Tan itu mengganggukan kepalanya, sembari mengusak rambut pria manis itu pelan, "Ya, aku tahu." ** "Aku tidak mau tahu, kau harus bisa membunuhnya buat semuanya seolah...