17. Lame

3.4K 422 86
                                    

Maaf membuat kalian menunggu lama 🙇‍♀
Oh iya, komentar yang membutuhkan balasan yang sekiranya mengandung spoiler nggak akan aku balas ya. Kalaupun balas nanti nggak nyambung hehe

=====

Ris, lo beneran marah?

Andra memandangi layar ponselnya. Pesan itu sudah ia kirim lebih dari lima jam yang lalu. Tak sekalipun menunjukkan tanda-tanda si penerima pesan akan membalasnya. Jangankan membalas, membuka pesan itu saja tidak.

Andra akhirnya meletakkan ponsel itu ke atas meja. Ia beralih mengambil majalah bisnis yang beberapa waktu lalu ia beli. Dunia bisnis sama sekali tak menarik minat Andra. Satu-satunya hal yang membuatnya merogoh kocek untuk membeli majalah itu adalah karena sampul utamanya menampilkan sosok Raja.

Andra membalik tiap lembarnya tanpa minat. Melihat foto Raja di sampul depan saja sudah membuatnya teringat kembali oleh saudara kembarnya. Beserta tanggung jawab yang sampai saat ini belum ia selesaikan. Entah bagaimana caranya ia bisa melepaskan Dinda dari genggaman Raja.

Saat itulah ia memutuskan untuk menghubungi Dinda. Sebagian karena memang ingin mengetahui kabar Dinda. Sebagian lagi mengalihkan pikirannya dari Clarissa.

"Halo?"

"Halo, Din? Lo lagi ngapain?"

Terdengar sebuah dengkusan keras dari seberang telepon. "Lo ngilang dua minggu lamanya tiba-tiba tanya begitu ke gue?"

"Sori. Lagi banyak urusan." Sambil menelepon tangan Andra bergerak membalik tiap halaman majalah di depannya. Tak satupun berita ataupun tips dan trik di dalamnya menggelitik minat Andra. Ia hanya terus membalik sampai di halaman berita utama. Hanya selingan supaya ia tidak terlihat terlalu fokus pada satu hal. "Lo apa kabar?"

"Baik. Ndra, gue mulai mikir kalau ngikutin semua rencana lo itu buang-buang waktu."

"Kok gitu?"

Dinda berdecak. "Lo tahu, bokap gue ke sini tempo hari. Nyusulin gue!"

Andra langsung menegapkan punggungnya. Tanpa ia sadari tangannya meremas halaman majalah yang tengah ia balik.

"Mana janji lo yang nggak bakalan bikin bokap gue tahu gue di sini apalagi nyusulin gue? Gue nggak heran ya kalau sampai besok atau beberapa hari lagi nyokap atau bokap lo yang bakalan nysulin gue ke sini. Rencana lo nggak mutu, Ndra!"

Andra ingin mengelak dan balas marah karena ucapan Dinda. Namun, dia tahu yang dikatakan Dinda ada benarnya. Mengingat ekspresi Dinda saat pertama kali bertemu dengannya waktu itu... Andra tahu mata Dinda waktu itu begitu kosong dan sedih. Seolah apapun yang dialami gadis itu adalah sebuah ketidak adilan. Belum lagi waktu yang dihabiskan Andra selama tiga hari penuh bersama Dinda di rumah eyangnya dulu. Andra serius ketika ia bicara pada Prabu bahwa ia tak mau jadi penambah daftar alasan kemalangan Dinda.

Selisih [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang