20. Pertemuan Pertama

3.4K 389 70
                                    

Raja menghentikan langkahnya untuk keluar dari lift saat ia mendengar kabar dari salah satu anak buahnya. Gadis itu, batinnya. Susah payah ia menyembunyikan gadis itu tapi di akhir cerita justru gadis itu sendiri yang menyerahkan diri.

Raja berdecih. Salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Ia tak tahu harus merasa kesal atau terhibur. Gadis itu begitu berani...atau mungkin bodoh. Susah payah ia berusaha menyembunyikan gadis itu. Sudah berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk "menjaga" gadis itu? Setiap hari Raja memastikan keadaan gadis itu, memastikan bahwa gadis itu aman dan tidak kekurangan apapun. Namun, sekarang gadis itu justru berjalan ke arah kematiannya sendiri. Bodoh!

Sang sekretaris yang tadinya sudah terlebih dulu ada di sana untuk memesan tempat makan siang, langsung kebingungan. Apalagi Raja kembali melangkah mundur dan masuk ke dalam lift, turun ke basement. Panggilannya sama sekali tidak dihiraukan Raja. Entah urusan apa yang membuat bosnya seperti itu.

Begitu tiba di basement, Raja langsung masuk ke mobilnya yang belum ada lima menit diparkir ke sana. Tanpa menunggu apapun lagi ia segera pergi dari sana. Dalam hati ia berharap semoga jalanan belum macet.

Untungnya harapan Raja terkabulkan. Sekitar setengah jam kemudian Raja sudah sampai di tempat tujuannya. Menurut orang bayarannya, Dinda saat ini tengah dibawa ke basement. Jadi, Raja langsung menuju ke sana, untuk menjemput mangsanya.

Untuk sesaat Raja merasa konyol dengan dirinya sendiri. Untuk apa dia susah payah datang ke tempat ini? Mengapa ia harus turun tangan untuk mendapatkan targetnya? Namun di detik berikutnya Raja tidak peduli.

Dia langsung mengarahkan mobilnya ke parkiran basement. Saat ada ruang kosong ia langung membelokkan mobilnya ke sana dan keluar begitu saja. Dari kejauhan Raja melihat segerombolan orang tengah berlari. Lebih tepatnya sorang gadis tengah susah payah berlari dari kejaran tiga orang pria. Gadis itu tampak panik dan kepayahan juga hampir jatuh tapi ia terus berlari sekuat tenaga.

Raja segera beranjak. Ia memasang badan untuk menghalau mangsanya. Tak boleh lepas, begitu batinnya. Ia tak mau lagi repot-repot membayar orang untuk menjaga Dinda. Kali ini Raja menginginkan gadis itu ada di tangannya. Peduli setan dengan janjinya yang tidak akan menyentuh gadis itu sampai masa enam bulan habis.

Gadis itu menoleh ke belakang sambil terus berlari. Keringat terlihat bercucuran dari wajahnya yang kemerahan. Gadis itu terus berlari tanpa tahu kalau di sisi lain Raja sudah bersiap di tempatnya, menghadang jalan keluarnya. Hingga akhirnya Dinda kembali menghadap ke depan. Keduanya bersitatap. Hendak memelankan laju larinya atau menghindar pun sudah terlambat.

Lalu... Tabrakan itu terjadi.

Raja sudah menguatkan tumpuannya karena tahu tubuhnya akan ditabrak. Tak masalah. Ia justru memanfaatkan momen itu untuk memegang erat kedua lengan Dinda supaya tidak lari.

Dinda menepis kedua tangan Raja. Raja sudah bersiap kembali mencengkram kedua lengan Dinda. Namun, Dinda justru menjatuhkan kedua tangannya pada dua tangan Raja dan menggenggamnya erat-erat. Raja tentu saja tercengang dengan tindakan ini.

"Om, tolong saya, om. Saya dikejar-kejar orang jahat." Dinda meremas kuat tangan Raja. Ia berharap orang di depannya ini bisa membantunya. "Tolong, om," ibanya dengan terengah-engah.

Derap orang-orang yang tadi mengejar Dinda terdengar di detik berikutnya. Dinda menoleh ke belakang lalu bersiap lari lagi karena merasa Raja bukan sosok yang bisa ia harapkan untuk membantu. Namun, Raja menarik tangannya. Raja memasang badan di depan tubuh Dinda, menjadi tamengnya.

Dua satpam yang tadi mengejar Dinda sudah akan maju tapi ditahan oleh seorang pengawal di sana. Pengawal sewaan itu tentu tidak terlalu bodoh untuk tahu mana bosnya yang sebenarnya. Arya boleh saja menggelontorkan uang untuknya tapi Raja adalah orang yang sesungguhnya harus ditakuti.

Selisih [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang