Setelah drama tadi akhirnya aku dan Aideen berpamitan dengan mama dan Kak Ryska lalu kami menuju warung pinggir jalan dekat rumah mama untuk makan nasi goreng sebelum kami pulang kerumah kami.
"Kamu udah nggak marah kan?" tanyaku saat kami tiba ditempat duduk.
"Aku nggak marah, aku cuma kesal aja kamu senekat itu" ucap Aideen menatapku.
"Iyadeh nggak lagi" kataku menyesal.
"Bener ya? Awas aja" ujar Aideen.
"Hmm gimana tadi kerjaan?" tanyaku mengganti topik.
"Mmm kerjaan.. Aku lusa mau ke Jakarta ada meeting umum, kamu mau ikut?" ucapnya.
"Meeting apaa? Berapa hari?" tanyaku
"3hari aja, meeting bulanan biasa" jawab Aideen.
"Hmm aku mana bisa ikut, besok lusa kan aku udah masuk kerja" ujarku.
"Oh iyaa.. Huff sendiri dong aku" ujarnya. "Ntar kita vc aja" kataku senyum.
"Oh iya yang, jadi spv aku harus gimana ya?" ujarku meminta saran.
"Ya ngawas, kamu perhatiin spg kamu, penjualan, pastiin acv target terus, harus tegas biar spg kamu gak manja" jelas Aideen.
"Iyaa, tapi aku gamau kayak kamu dulu.. Seram!" ujarku meliriknya.
"Seram, tapi kamu suka" ucap Aideen menggodaku.
"Haha mana ada, kamu deluan yang lirik aku" ujarku tak mau kalah.
"Aku mau kayak Mas Agus, sama spgnya kayak sama temen" ujarku kembali membahas pekerjaan.
"Ya kayak gitu juga bagus, tapi tetap harus tegas" ujar Aideen lagi.
"Yang, aku gasuka deh kalo kamu marah-marah sama staff, spg, semuanya kamu marahin" ujarku tiba tiba protes.
"Ya kalau mereka salah ya aku marahin" ujar Aideen membela diri.
"Enggak, kadang salah mereka kecil tapi kamu besarin" ujarku tak mau kalah.
"Itu supaya mereka bisa belajar, kesalahan kecil kalau diulang terus nanti akibatnya bisa besar" tambah Aideen.
"Hmmm iyadeh Bapak Aideen" ujarku mengalah.Aku dan Aideen memang sering berdebat akan sesuatu tapi itu hanya sebagai bahan obrolan kami saja meskipun terkadang aku sering terpancing emosi tapi tak berlangsung lama karna kami berdua tahu sejak awal kami hanya berdebat tanpa memikirkan siapa yang menang dan kalah.
Terkadang kami berdebat soal pekerjaan, politik, keluarga, teman, apapun itu, bahkan artis pun kami debatkan..
Selesai makan kami langsung menuju rumah, dan segera membersihkan diri."Yang, besok kan aku libur. Kita kemana gitu mau nggak?" ujar Aideen.
"Hmm mau kemana emang?" tanyaku
"Nonton? makan? apa ajaa" jawab Aideen.
"Boleh deh besok kan terakhir aku nyantai" ujarku mengiyakan.
"Sayang" panggil Aideen lagi.
"Hmm?" jawabku.
"Aku mau nanya sesuatu, tapi kamu nggak boleh marah" ujarnya tiba tiba.Aku menyeritkan dahiku sambil menunggu ia berbicara sesuatu.
"Nggak deh nggak jadi" ucapnya lagi.
"Loh kok nggak jadi? Apaan sih?" tanyaku penasaran.
"Yaudah aku nanya nih, tapi aku cuma nanya nggak ada maksud apa apa serius" tambahnya lagi.
"Iya. Apa?" ucapku menatapnya.
"Kamu mau kerja sampai kapan?" tanya Aideen.
"Kok kamu nanya gitu" ucapku menatapnya.
"Yaa iya maksudnya kamu nggak capek, ngurusin aku, rumah, terus kerjaan, eh tapi aku nggak ngelarang kamu yaa jangan salah paham dulu. Aku cuman nggak mau kamu kecapekan aja" ujar Aideen memegang tanganku.
"Gini.. Gajiku, tabunganku, dan bisnisku yang juga lagi jalan itu Insya Allah cukup banget buat kamu, bulanan untuk keluarga, dan anak kita mungkin" ujarnya hati hati.Aku hanya diam mendengarkan perkataan Aideen, aku tahu dia mungkin khawatir aku tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangga.
"Jadi kamu nggak ngijinin aku kerja?" tanya pelan.
"Enggak sayang, nggak gitu aku sama sekali nggak ngelarang kamu selama itu positif, aku cuman mau yang terbaik buat kamu" ujarnya menatap.
"Aku mau kerja sampai aku lulus kuliah, aku mau biayain kuliah aku sendiri.. Aku juga mau ngasih mama tiap bulan. Aku nggak mau mama kekurangan. You know aku mau mama bener bener cukup" ujarku.
"Iya i know, but now your mom jadi tanggung jawab aku juga kan" ujar Aideen.
"Enggak bisa gitu lah, mama aku ya tanggung jawabku" ujarku..
"Kamu tanggung jawab siapa? Aku kan?" ucap Aideen.
"Iya, tapi mama aku kan engga" ujarku meninggi.
"Mama kamu sekarang jadi mama aku jugaa okay? Gini deh uang aku nggak bakal habis cuman karna ngebahagiain orangtua kamu" ujar Aideen.
"Kuliah kamu, apapun itu semua tanggung jawabku kan sekarang? Uang tabunganmu ya itu uang kamu. Bebas kamu mau pake buat apa" tambahnya.
"Hmm.. Aku punya rencana buat kerja 3tahun terus gaji aku selama 3 tahun aku tabung setelah terkumpul aku pengen punya toko bunga habis itu aku nggak bakal kerja lagi. Itupun kalau kamu ijinin" ujarku.
"Kalo misalnya aku bukain kamu toko bunga sesuai maumu dalam waktu dekat ini gimana?" tanya Aideen.
"Aku enggak mau hutang sama kamu" ujarku langsung.
"Kok hutang sih, aku suamimu sayanggggg!! Aaaah kesel gue lama lama" ujar Aideen mencubit pipiku.Aku hanya mengerucutkan bibirku karna bingung mau bicara apa, aku sadar sekarang aku punya suami tapi aku nggak terbiasa bergantung sama orang.. Oke dia suamiku.
"Okee fine, aku kasih modal kekamu untuk buka toko bunga. Setiap bulannya kamu bayar ke aku? Eh tunggu suami apaan aku nyuruh istri bayar tiap bulan. Sedangkan kewajiban aku buat menuhin segala kebutuhan kamu" ucap Aideen lagi.
"Makanya aku kerja aja 3 tahun lagi, please!!!!😥" ucapku merengek.
"2 tahun aja? Deal?" Kontrak kamu kan 2 tahun" ucap Aideen.
"Nggak cukup perhitungan aku kalo kerja 2 tahun aja yang" ujarku.
"Kan nanti aku tambahin, jadi usaha kamu ntar bukan CUMA PAKE UANG AKU tapi aku cuma nambahin aja anggap aja aku investor. Okay? Deal?" ujar Aideen.Aku tertawa mendengar Aideen menekankan ucapanya sepertinya ia tahu kalau istrinya ini sangat berpegang teguh pada prinsip.
"Deal!!" ujarku pasti.
"Setahun aja gamau yang?" ujarnya lagi negosiasi.
"Enggak, 3 tahun aja sekalian kalo gitu" ucapku.
"Oke deal 2 tahun" ucap Aideen.Ya ampun aku mutar otak buat bikin part ini, entah ini ceritanya mau dibawa kemana-_-
Kayaknya aku harus nikah dulu biar tahu rasanya :(
Jangan lupa vote yaaaa😂
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss (After Marriage)
RomanceTernyata kehidupan setelah menikah itu nggak gampang. Tugas menjadi istri akan terasa sangat berat jika tidak dibantu oleh suami.. Tapi pacaran lagi setelah menikah itu menyenangkan. Yang tadinya aku dan Aideen saling berjauhan kini kami dekat sekal...