05

54K 3K 30
                                    


[Siapa dia?]

---o0o---

Laki-laki berkemeja abu-abu dengan dilapisi jas hitam itu menatap aktivitas penduduk Ibu kota dari puluhan meter gedung pencakar langit.

Matanya sibuk menjelajahi setiap sudut kota yang bisa ia lihat dengan retinanya. Menatap orang-orang kesana kemari seperti semut dan lalu lintas mobil yang lumayan lenggang. Dirinya seperti tidak ada pekerjaan lain selain melihat padatnya Jakarta dari ketinggian sekian meter.

Pakaian formal melapisi badan atletisnya. Tak usah di tafsirkan lagi berapa harga setiap aksesoris maupun pakaian yang di pakainya setiap hari oleh seorang pengusaha. Limpahan materi bukan sesuatu yang wah lagi untuk dirinya, bagi dia limpahan kasih sayang dan cinta lebih berharga dari segalanya. Tentu saja presepsi orang berbeda-beda.

Pikirannya bercabang, fokusnya menghilang pada saat memeriksa berkas di hadapannya. Dirinya seperti tidak ada kesibukan lain, padahal ratusan hingga ribuan karyawan tengah di sibukan dengan pekerjaan mereka. Sesantai inikah dia sebagai pemimpin?

Wajahnya yang tampan dengan hidung mancung, alis yang tebal dan bulu mata yang cukup lentik dan jangan lupakan bibir tipisnya yang selalu menusuk ketika berbicara.

Rahangnya yang tegas khas lelaki dewasa dan dada bidangnya yang menjadi tempat yang paling disukai para wanita. Fisiknya dirasa sangat sempurna, tetapi perasaanya tidak sesempurna wajahnya.

Salah satu pikirannya ialah masalah ibunya yang selalu merecoki dirinya tentang pernikahan.

Hei, Ia baru 27 tahun, belum menginjak kepala tiga. Ya walaupun hampir tetapi ia masih muda, mengapa orang-orang disekitarnya sibuk menanyakan dirinya perihal pernikahan? Sibuk mengurusi permasalahan percintaannya. Apa tidak ada pertanyaan lebih berguna selain itu?

Suara pintu terbuka terdengar yang disusul oleh wanita hebat tempatnya berkeluh kesah. Bagaimanapun juga sekesal apapun ia terhadap ibunya tetap saja ia tidak bisa membuat ibunya kecewa.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya, tak lama wanita yang ada di pikirannya menampakan wujudnya.

"Abang!"

"Eh iya"

"Kamu kenapa sih ngelamun mulu! Gak ada kerjaan?" Bunda Rike duduk di sofa yang telah di sediakan.

"Ada, Bun. Bunda ngapain kesini?" Iqbaal melangkahkan kakinya menghampiri Bundanya.

"Omongan kamu kayak gak mau Bunda kesini aja."

"Bukan gitu, Bunda. Ya aneh aja. Bundakan jarang kesini."

"Masa liat anaknya gak boleh"

"Terserah bunda deh." final Iqbaal, kembali berkutat dengan pekerjaannya yang lumayan menumpuk.

Iqbaal tahu ada sesuatu yang bundanya inginkan, sampai repot-repot datang ke kantor. Entah untuk hal apa, biasanya sesuatu yang membuat bundanya penasaran ataupun urgent.

"Bunda minta nomornya menantu bunda dong," pintanya dengan lembut. Benarkan dugaannya.

"Menantu?" Tanya Iqbaal bingung.

Bunda dan ayahnya hanya memiliki 2 orang anak, dirinya dan Amanda. Dan keduanyapun belum ada yang memasuki gerbang pernikahan. Jadi, Menantu siapa yang dimaksud bundanya?

"Iya," jawabnya dengan senyuman cerah di wajahnya.

"Bun aku belum nikah. Menantu siapa yang bunda cari?" Tanya Iqbaal. Ia sudah was-was ketika bundanya akan memberi ceramah panjang tentang pernikahan.

PAK DOSEN SPECIAL OFFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang