04

58.7K 3.1K 28
                                    

[Unek - unek Arin]

---o0o---

Pak Dosen gila

° Saya tunggu di parkiran sekarang! 13.20

Gadis berkucir kuda itu mendengus ketika mendapati pesan paksaan dari lelaki yang akhir-akhir ini selalu semena-mena terhadap dirinya.

Dosen yang satu ini selalu mengambil keputusan yang menyangkut dirinya tanpa persetujuan. Ia semakin sebal kepada Iqbaal.

"Arin jadikan ke toko buku?" Suara seseorang di belakangnya membuat Arin mengalihkan perhatian dari ponsel.

Arin menatap Vino yang menampilkan senyum khas nya. Seketika ia menatap tidak enak kearah temannya itu.

"Sorry ya Vin, gue ada urusan mendadak," ucap Arin tak enak.

"Oh yaudah gapapa, bisa lain kali juga." Vino tersenyum yang terkesan di paksakan.

"Gue duluan ya, Vin" pamit Arin yang diangguki lelaki berkulit sawo matang itu.

Langkah kakinya ia arahkan menuju parkiran khusus untuk para Dosen, Dekan dan jajarannya. Terlihat Iqbaal yang bersandar di kap mobil, sebelah tangannya memainkan ponsel.

Kemeja biru dongker yang digulung sampai siku, serta rambutnya yang sedikit acak acakan, tidak serapi saat mengajar. Penampilan Iqbaal terlihat sexy seperti novel-novel yang pernah Irene baca.

"Pak," panggil Arin ketika sudah berdiri tepat di depan Iqbaal.

Iqbaal tersenyum lalu membukakan pintu mobilnya dan mempersilakan Arin untuk masuk.

Arin menatap aneh kearah Iqbaal yang memperlakukan dia cukup manis, dengan masih menampilkan ekspresi heran, ia menatap Iqbaal bingung.

Iqbaal terkekeh menatap wajah menggemaskan Arin. "Ayo, masuk! Emang kamu mau ada yang liat?" Tanya Iqbaal membuat Arin tersadar dan buru-buru duduk di kursi samping pengemudi.

Dia masih tidak percaya dengan tingkah dosennya sedikit manis hari ini. Entah setan apa yang merasuki Iqbaal bisa seperti itu.

Walaupun itu tampak biasa saja, tetapi sungguh itu hal paling manis selama Arin lihat dan rasakan dari dosennya. Baru saat ini saja, Iqbaal memperlakukannya lebih baik di banding hari-hari kemarin yang terkadang membuat ia ingin hilang begitu saja jika berhadapan dengan Pak Iqbaal.

"Kita mau kemana, Pak?" Tanya Arin ketika Iqbaal mulai menjalankan mobilnya keluar area Kampus.

"Saya kan udah bilang kalau di luar kampus jangan bilang Pak. Saya kan gak setua itu," tegur Iqbaal memperingati kesekian kalinya.

"Tapi itu kan gak sopan, Pak," elak Arin. Rasanya aneh jika memanggil dosen tidak menggunakan embel-embel Pak. Terkesan tidak sopan.

"Kamu kan calon isteri saya. Masa panggilnya Pak. Sejak kapan saya nikah sama ibu kamu," candanya.

"Pak itu serius?" Arin menatap tidak percaya ketika beberapa minggu lalu dirinya di lamar secara ... yah sulit diterima di otak dan hatinya.

"Iyalah. Saya tuh gak pernah main-main sama ucapan saya selama ini." Iqbaal yakin.

"Tapi saya kan gak pernah bilang iya atau tidak." Arin mulai merasa kesal.

"Saya gak butuh itu."

Arin berdecak kesal, kepalanya ia senderkan ke kaca mobil. Hari ini ia tidak memiliki mood untuk beradu pendapat dengan Iqbaal. Ini nih sifat asli dari dosennya yang selalu mengklaim bahwa dirinya adalah milik lelaki itu. Posessif.

PAK DOSEN SPECIAL OFFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang