14

29.3K 1.6K 3
                                    

[Kemarahan Iqbaal]

---o0o---

Setelah sepakat merayakan kelulusan Arin di kediaman orang tua Iqbaal, semuanya segera pergi menggunakan mobil masing - masing untuk menyiapkan pesta kecil - kecilan. Jarang-jarang dua keluarga ini kumpul dengan lengkap.

Setelah sampai para wanita mengasingkan diri di dapur untuk memasak makan siang dan membuat cemilan sebagai teman mengobrol sore nanti.

"Rencana setelah kuliah apa, Rin?" Tanya Bunda Rike menatap menantunya yang sedang mencuci ayam.

"Arin masih bingung, Bunda. Belum ngobrol dulu sama kak Iqbaal," jawabnya

"Mau keputusan apa yang kamu ambil. Mama cuma mau mengingatkan pertimbangkan apa mau suamimu. Kamu kan udah gak sendiri kayak dulu, segala sesuatu itu harus dibicarakan berdua. Mau apapun itu, mau bahagia atau sebaliknya. Itu kunci langgengnya suatu hubungan" Arin mengangguk paham mendengar wejangan dari mamanya.

"Bunda juga setuju, apalagi zaman sekarang cewek sama cowok udah sama. Kalau kamu kerja gak masalah, bunda juga dulu kerja cuma kita harus bisa membagi waktu antara kerjaan dan kewajiban pada suami"

"Oh ya, bunda pernah kerja?" Tanya Manda ikut bertanya.

"Iya dulu waktu bunda hamil kakak kamu. Pokoknya setelah hamil 6 bulan bunda baru berhenti kerja sampai sekarang."

"Yahh, kenapa gak di terusin aja kerjanya bun. Kan kalau gitu aku bisa minta uang tambahan ke bunda," ucap Manda dengan bibir mengerucut.

"Kamu tuh, uang mulu yang di pikirin. Buat apa emang uangnya? Masih kecil juga gak boleh pegang uang gede-gede" omel Bunda.

"Ish bunda. Beli skincare kan mahal ya kan, kak Arin?"

Arin hanya tersenyum mendengar perdebatan antara mertua dengan adik iparnya. Begitu juga dengan tantenya dan mamanya yang hanya tersenyum menyaksikan.

Setelah satu jam berkutat di dapur, segala hidangan tersaji di meja ruang tengah. Sengaja pemilik rumah tidak memakai meja makan, mereka menginginkan suasana yang ramai seperti ini, dengan di penuhi suara canda tawa, suara televisi dan jeritan Niel yang beradu pendapat dengan aunty kecilnya. Manda.

Saat mereka pertama kali bertemu sampai saat ini tidak mengubah keadaan, selalu beradu mulut yang akhirnya akan berakhir sama. Manda yang di pelototi ayahnya dan Niel yang menangis di pelukan Aditya. Sang ayah.

"Sini Niel sama onty Arin," ajak Arin dengan merentangkan tangannya untuk menggendong Niel yang masih menangis dengan di sambut pelukan oleh bocah 3 tahun itu.

"Onty manda nakal. Niel gak cuka. Pukul aja om baal!" Ucap Niel dengan sesenggukan, mata bulatnya mengarah pada Iqbaal dan jangan lupakan cadelnya yang begitu melekat.

Bukannya takut, Manda kembali tertawa keras mendengar celotehan Niel "pukul aja sini, onty gak takut wlee" Manda memeletkan lidah. Bukannya mengalah, ia malah semakin menjadi merecoki Niel yang akhirnya tangisan tak dapat di elakkan.

"Huaaaaa mamaaa"

"Kamu ini, ngalah aja kenapa sih. Kasiankan Niel setiap ketemu kamu pasti nangis" omel bunda Rike menatap putri bungsunya geram.

"Udah jangan nangis, nanti sama kakek di potong uang jajannya onty" seketika Manda melotot kearah ayahnya. "Ayah apaan sih, kenapa tiba-tiba di potong?" Rengek Manda pada ayahnya.

"Ya kamu udah SMA juga masih aja bikin nangis Niel, kasian dong tiap ketemu kalian tuh berantem mulu." Omelnya lagi.

"Gimana nanti kalau punya keponakan sendiri dibikin nangis juga kayaknya" Iqbaal ikut menyahut.

PAK DOSEN SPECIAL OFFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang