20.2

26.1K 1.4K 22
                                    

[Meyra]

---o0o---

Kebahagiaan selalu menerpa siapa saja dan kapan saja tanpa di duga - duga oleh siapapun. Kebahagiaan seolah membuat lupa diri dan hanyut dalam kenikmatan yang telah di gariskan. Tetapi siapa sangka kegelapan menunggu di ujung kebahagiaannya. Hidup tidak akan selalu indah seperti yang ada dalam impian, sekedar berharap pun tidak lagi menjadi nyata. Takdir tiap orang di gariskan berbeda - beda.

Kebahagiaan dan keretakan rumah tangganya datang bersamaan. Terus mendobrak hati dan pikirannya, mencari penyelesaian yang pantas dan mencoba tidak menimbulkan luka untuk keduanya.

Masalah apa yang tidak menimbulkan luka? tidak ada 'kan? Hanya akan menyakiti salah satu atau keduanya. Bisa saja mereka semua yang terlibat.

Arin berkali - kali bersyukur, berkali - kali berterimakasih atas doa yang selama ini di panjatkan terkabul. Tangannya mengelus perutnya pelan, senyum tipisnya mengiringi setiap usapannya.

Setelah dua tahun menunggu dalam tekanan sana sini, memberikan efek yang luar biasa untuk dirinya ketika merasakan 'dia' benar - benar hadir dalam rahimnya, ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Tangannya mengusap perut datarnya yang saat ini ada makhluk kecil yang bergantung penuh pada dirinya, hasil dari buah cinta dengan suaminya. Terkejut, haru, dan bahagia tengah dirasakan calon ibu itu.

Rasanya tidak ada yang paling membahagiakan dari yang Arin rasakan sekarang.

Ketika pagi tadi Salsa memaksanya untuk memeriksa dengan alat tes kehamilan, sampai - sampai harus melewati video call agar percaya.

Ia ragu, tentu saja.

Ia sudah mencoba melakukan seperti ini sebelumnya dan hasilnya selalu mengecewakan. Berbeda kali ini, 2 garis merah membuat ia terkejut kembali ketika Salsa datang dan mengajaknya menuju Rumah sakit. Wanita itu rela izin bekerja hanya untuk memastikan kebahagiaan benar - benar nyata.

Arin  teringat Salsa yang memberinya nasihat seperti ibunya saja.

"Inget, Rin. Jangan capek - capek"

"Jangan stress, inget kata dokter tadi. Jangan banyak pikiran. Makan makanan yang sehat dan bergizi. Kurangi deh sifat aneh lo, entar keponakan gue ikutan aneh"

"Enak aja. Anak gue cantik lah, kayak ibunya"

"Inget! Baru usia enam minggu, belum bisa liat jenis kelaminnya"

"Iya iya"

Arin menatap selembar foto hasil USG nya. Tidak terlalu kentara anaknya seperti apa. Tetapi satu titik kecil membuatnya tersenyum senang.

"Jangan lupa kasih tahu suami"

Arin tersenyum singkat, untuk saat ini ia tidak bisa memberitahu Iqbaal mengenai kehadiran calon anaknya. Biarkan masalah mereka tuntas terlebih dahulu, nanti ia yang akan memberitahukan pada Iqbaal.

Biarkan hanya Salsa yang mengetahui dirinya hamil.

Arin beranjak dari posisinya, melirik sebentar kearah jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Setelah bersih - bersih sepulang kerja, Arin beranjak dari posisi duduknya menghampiri Iqbaal yang baru saja datang.

Arin dan Iqbaal tidak pulang bersama, Ia memilih pulang sendiri ketimbang menunggu Iqbaal yang meeting bersama klien.

"Udah makan?"

Iqbaal menyimpan jasnya, menatap Arin yang sedang menatapnya.

"Belum"

"Kalau mau mandi, aku udah siapin airnya" sahut Arin, melenggang menuju Dapur, menyiapkan makan malam mereka berdua.

PAK DOSEN SPECIAL OFFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang