06

46.8K 2.9K 71
                                    

[ Yes or no]

---o0o---

Tepat pukul 05.00 sore lalu lintas Jakarta sama seperti hari sebelumnya, macet. Para pekerja maupun karyawan ikut memenuhi jalanan yang semakin padat. Di jam-jam seperti ini memang Jakarta selalu begini. Para pengendara berdecak kesal terkadang menekan klakson berkali-kali berusaha untuk terbebas dari kemacetan yang terasa tiada ujungnya.

Suara klakson semakin bertambah gaduh membuat para pengendara harus memiliki stok kesabaran yang dipupuk lebih banyak lagi dan lagi.

Berbeda dengan laki-laki yang terdiam di balik kemudi, menatap jalanan dengan datar. Ditambah suasana canggung sangat kentara antara Iqbaal dan Arin. Setelah menghabiskan waktu bersama bunda Rike dan wanita asing yang dibawa oleh Iqbaal siang tadi. Tentu saja Arin lebih banyak diam, hanya mendengarkan obrolan antara Bunda Rike dan wanita itu. Ia hanya tersenyum dan menjawab ketika mereka bertanya.

Terperangkap di jalanan dalam kondisi canggung, terik matahari di sore hari tak membuat satu sama lain panas, keduanya merasakan sebaliknya. Hanya saling diam dan saling melirik.

Tidak ada percakapan sekadar basa-basi setelah beberapa hari tidak bertemu. Mereka disini tentu saja paksaan dari nyonya besar setelah melihat aksi diam yang terlihat bunda Rike.

Arin bertanya tanya dalam hati, siapa wanita yang dibawa oleh Iqbaal? Sekedar menyuarakan isi hatinya ia tidak mau. Lagipula siapa dirinya bertanya seperti itu.

Mengapa bunda Rike menyuruh Iqbaal mengantarkan dirinya ketimbang wanita yang bersama Iqbaal?

Lelaki itu tidak menolak sama sekali untuk mengantarkan dirinya. Banyak pertanyaan yang bercokol di otak. Berharap orang disampingnya menjelaskan semuanya tanpa diminta.

Jangan lupakan wanita dengan gengsinya yang teramat tinggi.

Arin menatap jalanan Ibukota yang terlihat masih padat merayap, keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang mau mengalah untuk memulai pembicaraan. Tanpa mau bertanya dan menghilangkan ketegangan diantara mereka.

"Kita ke kantor dulu aja, ini macetnya parah banget." Setelah lama dalam keheningan akhirnya Iqbaal membuka suara.

Arin hanya mengangguk. Apalagi jalan menuju rumahnya cukup jauh akan menghabiskan berapa lama lagi dalam perjalanan dengan keadaan saling diam seperti ini.

Iqbaal membelokan stir ke kiri, jalanan cukup lenggang menuju kantor. Setelah menempuh hitungan menit mereka sampai di sebuah perusahaan yang cukup bergengsi beberapa tahun terakhir.

ADR Corp.

Nama perusahaan langsung terpampang jelas di jalanan menuju perusahaan. Gedung berdiri kokoh saling bersaing dengan gedung pencakar langit lainnya. Seolah gedung yang paling tinggi adalah yang terkuat dan dia pemenangnya. Jangan lupakan arsitektur yang tampak semakin mewah melapisi aset milik keluarga Aldeandro.

Keduanya turun di parkiran khusus, Iqbaal mulai berjalan kearah elevator yang diikuti oleh Arin di belakangnya.

Beberapa karyawan masih terlihat, mungkin beberapa diantaranya lembur.

"Pak ini perusahaan siapa? Bapak gak di marahin nyelonong masuk gitu aja?" Arin sedikit takut ketika Iqbaal mengajaknya menuju perusahaan orang lain. Ia takut diketahui oleh pemiliknya.

Iqbaal tersenyum tipis "Ikutin aja! Saya yakin kamu bakal suka." Semanis apapun Iqbaal tidak akan jauh dengan sifatnya yang dingin. Sepertinya sifat dingin Iqbaal sudah mendarah daging, ia jadi ragu ketika Iqbaal lahir bukan suara tangisan khas bayi yang keluar melainkan wajah datarnya.

PAK DOSEN SPECIAL OFFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang