09

38.5K 2.2K 10
                                    

[The Wedding]

---o0o---

Segala kesibukan bulan lalu akhirnya terbayarkan di hari spesial Arin dan Iqbaal. Bukan hanya dua keluarga yang merasakan kebahagiaannya melainkan para karyawan, rekan bisnis dan yang paling penting sahabat dan teman seperjuangan dari zaman sekolah.

Pukul 09.00 pagi, semua keluarga sudah siap dengan pakaian adat khas Sunda. Begitupun dengan para tamu undangan yang mulai berdatangan untuk melihat prosesi akad mempelai.

Para tamu mulai duduk di kursi yang di sediakan di ballroom hotel. Para keluargapun turut ikut duduk bersama tamu undangan, meja tempat dilaksanakannya acara ijab kabul sudah diisi oleh mempelai pria, wali nikah, penghulu dan saksi.

Berbeda dengan gadis yang beberapa menit lagi berubah status tampak gelisah. Matanya terus menatap monitor yang menampilkan suasana di luar kamar.

Aksi Arin tak luput dari pandangan sang mama, membuat ia terkekeh pelan. "Tenang sayang. Gak usah tegang gitu. Kasian dong mbak nya udah berapa kali make up ulang kamu" ucap Siska menghampiri putrinya.

Arin hanya tersenyum singkat menatap sang mama "Mama ngerti kamu pasti gugup. Semuanya akan baik - baik aja"

"Makasih mah"

Arin menatap dirinya di cermin, ia tersenyum ketika badannya terbungkus kebaya putih, rok batik, siger yang sudah mengkhiasi kepalanya dan rangkaian bunga melati sebagai pelengkap.

Pukul 05.00 subuh ia sudah di dandani oleh make up artis membuat waktu terasa sangat lama. Ia hanya duduk membiarkan tangan orang lain melukis wajahnya sampai ia tak percaya menatap wajahnya sendiri.

Arin kembali menatap monitor dengan cemas ketika memperlihatkan Iqbaal, calon suaminya terlihat sangat gugup terlihat dari gerakannya yang kaku. Ia takut jika Iqbaal salah mengucapkan nama atau acara pernikahannya tidak berjalan lancar.

Matanya tak pernah lepas dari layar di depannya, tangan ayahnya mulai menjabat tangan Iqbaal.

"Saudara Iqbaal Aldeandro bin Hery Deandro saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Auryn Fransiska binti Frans Muhammad dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan 20,4 gram dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Auryn Fransiska binti Frans Muhammad dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

Alhamdulilah

Arin menangis haru dipelukan Siska ketika mendengar suara Iqbaal yang lantang dan satu tarikan nafas menyebut kalimat ijab qobulnya.

Air matanya menetes bukan karena sedih melainkan ia tidak bisa berkata - kata atas kebahagiaannya. Sungguh tidak menyangka jodohnya datang secepat ini. Di umurnya yang masih 23 tahun. Ia bahkan masih berstatus mahasiswi. Tak pernah terbayangkan sekalipun ia merasakan pernikahan secepat ini.

"Selamat sayang, sekarang udah jadi seorang istri. Kamu udah bukan tanggung jawab mama dan papa. Jadi istri yang baik, karena mulai sekarang surganya istri ada pada suami"

Arin mengusap air mata mamanya yang menetes.

"Makasih mah udah didik Arin sampai sebesar ini, udah memberikan kasih sayang yang gak pernah Arin lupakan dan sampai mengantarkan Arin ke gerbang pernikahan. Arin sayang mama"

"Mama juga sayang adek" seketika Arin memanyunkan bibirnya ketika mendengar mamanya menyebut dirinya 'adek' lagi.

"Terakhir sayang" Arin hanya mengangguk. Terserah mamanya saja lah.

PAK DOSEN SPECIAL OFFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang