Kai : pantryKrystal hanya membaca sekilas pesan yang masuk ke hapenya. Nggak berniat membalas apalagi pergi ke pantry sesuai yang Kai tuliskan di chatnya.
"Hhhh."
Krystal menghirup napasnya dalam-dalam kemudian membuangnya kasar. Hatinya terasa panas sekali saat ini.
Ia bukan cuma kesal, tapi udah marah banget sama Kai. Dia tuh apa-apaan banget sih?
Berani-beraninya dia ngebawa berkas Pak Didit langsung ke Mbak Fara. Padahal dengan jelas Krystal udah menolak pengajuan pinjaman tersebut.
Dia punya pertimbangan sendiri kenapa nggak mengabulkan pengajuan tersebut, eh ini dengan seenaknya tiba-tiba uangnya udah mau cair aja.
Bener-bener Krystal nggak habis pikir kenapa Kai lancang banget kayak gini?
*
Krystal berjalan memasuki ruangan setelah menenangkan diri sebentar. Ia berjalan lurus ke mejanya tanpa menoleh ke sekitar.
Tapi ia sadari dari saat ia masuk ruangan mata Kai nggak lepas memperhatikannya. Dan juga mata beberapa orang yang ada di ruangan tersebut.
Karena ngerasa nggak enak kerja dengan situasi kayak gini, Krystal mengambil data yang harus ia kerjakan kemudian ia menuju ke ruangan Mbak Luna untuk menyelesaikannya di sana.
Saat Krystal udah nggak lagi di ruangan, Lala berjalan mendekati Kai. Lala tersenyum saat melihat Kai sedang menatap layar monitor sambil memijit keningnya.
"Heh." Tegur Lala membuyarkan lamunan Kai.
"Kenapa, Mbak?"
"Lo sama Krystal serem amat deh tadi, gue belum pernah liat Krystal semarah tadi tau." Lala berkata membuat Kai menunduk.
"Iya, Mbak." Cuma itu yang bisa Kai ucapkan.
"Kai, gue nggak tau kenapa lo berani bawa berkasnya Pak Didit ke Mbak Fara walaupun Krystal udah bilang enggak. Gue yakin pasti lo punya alasan kuat sampai Mbak Fara juga akhirnya nge-acc pinjaman itu, tapi---" Lala yang dari tadi menyimak perdebatan Kai dan Krystal ingin memberikan pendapatnya untuk menengahi mereka berdua.
"---yang lo lakuin emang salah. Itu udah tugasnya Krystal, dia punya tanggung jawab di sana. Sama kayak lo, pasti dia juga punya alasan kenapa nggak nge-acc pinjamannya Pak Didit. Walaupun lo minta acc langsung sama Mbak Fara, tapi kalau ada apa-apa itu masih tanggung jawab Krystal."
"Iya, Mbak." Kai berkata sambil mengangguk. Ia teringat saat peristiwa kartu asuransi dulu.
Walaupun itu bukan salah Krystal, tapi orang yang bertanggung jawab mengurus semuanya adalah Krystal.
"Gue nggak ngebelain Krystal. Tapi kalau itu terjadi sama gue ya gue juga pasti marah, Kai."
***
tok tok tok
Krystal menoleh ke arah pintu kamarnya yang diketuk dari luar.
Nggak lama knop pintu terbuka dan memunculkan wajah Mamanya. "Dek, ada Kai di depan."
Alis Krystal berkerut saat Mamanya berkata bahwa Kai datang ke rumahnya. Tadi saat pulang ia langsung mengambil tasnya tanpa berpamitan sama Kai.
Dirinya masih sangat kesal jadi nggak mau ngobrol apapun sama Kai. Ini malam-malam orangnya malah dateng ke rumah.
"Ma, bilangin aku lagi nggak enak badan." Krystal memasang wajah memelas pada Mamanya agar mau bilang sama Kai kalau dia lagi nggak enak badan.
Tapi Mamanya menggelengkan kepala, menolak permintaan Krystal. Membuat Krystal kembali memasang wajah memelas. "Please, Ma."