"Terus, masa depan kita gimana?"Kai terdiam tidak menjawab pertanyaan Krystal. Terlalu bingung harus menjawab apa tentang pertanyaan Krystal. Ia sendiri belum menemukan jawaban untuk hal tersebut.
"Tal, udah ketemu?" Suara Sita membuat Kai dan Krystal menoleh. Krystal kemudian tersenyum dan mengangguk pada Sita. Ia pun kembali ke kursinya meninggalkan meja Kai dalam diam. Kai sendiri juga duduk di kursinya sambil termenung.
Saat rapat kemarin, begitu Kai mendengar posisi Mbak Luna kosong dan anak HRD diberi kesempatan untuk ikut seleksi buat mengisi posisi Mbak Luna, Kai langsung senang. Karena selanjutnya dijelaskan bahwa nggak ada batasan masa kerja untuk memenuhi posisi Mbak Luna tersebut. Asalkan memenuhi syarat yang ditentukan, kemudian setelah mengajukan syarat pengajuan nantinya dilakukan penilaian apakah berhak menggantikan posisi Mbak Luna atau enggak, jadi siapapun boleh mengajukan berkas-nya untuk menempati posisi tersebut.
Kai merasa ini adalah kesempatannya. Kesempatan yang belum tentu datang untuk kedua kalinya. Kapan lagi ia bisa ikut seleksi untuk naik jabatan di masa kerja yang belum begitu lama?
Entah diterima atau tidak, tapi ia ingin mencoba.
Dan Kai sendiri udah tau, Krystal pasti juga akan mencobanya. Ia tau keinginan pacarnya tersebut. Tapi ia sendiri juga punya keinginan, yang mana ini terkait masa depannya.
Sebenarnya Kai udah berencana buat ngasih tau Krystal soal dirinya yang juga akan maju buat posisi Mbak Luna, tapi belum sempat ngasih tau Krystalnya udah tau sendiri gara-gara nggak sengaja melihat berkas Kai yang ada di meja.
Rumit.
***
Kai memarkir motornya di halaman rumah Krystal. Ia dan Krystal lalu berjalan bersisian untuk masuk ke dalam rumah. Keduanya masih saling terdiam sejak dari perjalanan tadi, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Maaf aku nggak bilang duluan sama kamu, aku bingung ngomongnya makanya aku masih mikir gimana cara nyampeinnya ke kamu." Begitu mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu rumah Krystal, Kai langsung menjelaskan tentang berkas yang Krystal temukan tadi.
"Kenapa, Kai?"
"Karena aku pengen maju."
"Aku juga pengen maju." Krystal menghela napasnya sambil menatap Kai. Ia menggelengkan kepalanya singkat sambil tersenyum tipis. "Tapi kita nggak bisa maju sama-sama."
"Bisa, dek."
"Okay, kita bisa maju sama-sama, tapi untuk hal ini kita nggak bisa maju sama-sama karena kita ada di jalan yang sama. Karena masing-masing dari kita harus menyingkirkan satu sama lain." Krystal meralat ucapannya barusan, karena hal yang ingin mereka raih itu sama jadi susah untuk mereka maju bersama karena harus menyingkirkan satu sama lain. Salah satu dari mereka akan ada yang tidak terpilih kalau hanya mereka saja yang berniat maju.
"Aku tau."
"Terus?"
"Aku tetep pengen maju." Kai menatap Krystal lekat. Memandangi perempuan yang disayanginya yang sekarang sedang mengerutkan kening sambil menatap dirinya. "Dan aku juga pengen kamu maju. Demi karir kita."
"Aku tau, aku sendiri juga pengen karir kamu meningkat, aku bakalan seneng banget. Tapi Kai---"
"Kita berdua harus memikirkan masa depan masing-masing sebelum memikirkan masa depan bersama, dek." Kai memotong ucapan Krystal sebelum Krystal melanjutkan perkataannya. Keduanya punya kesempatan untuk selangkah lebih maju, walaupun harus bersaing satu sama lain.
"Nggak segampang itu kalau masa depan kita ada di tempat yang sama."
"Ya memang nantinya salah satu dari kita harus pindah dari kantor." Perkataan balasan dari Kai yang membuat Krystal kembali mengerutkan keningnya.