"Bu?"Kai mengetuk pintu kamar Ibunya saat ia baru pulang dari nganterin Krystal. Ia ingin langsung membicarakan tentang apa yang ia dan Krystal obrolkan di dalam mobil tadi.
Pintu kamar Ibu terbuka dan memunculkan wajah Ibunya Kai dari dalam kamar. "Kenapa, Kai?"
"Bapak udah pulang, Bu?"
"Lagi mandi." Ibu menunjuk ke arah kamar mandi yang letaknya ada di rumah bagian belakang.
"Ada yang mau Kai omongin sama Ibu sama Bapak."
"Ngomong apa, Mas?" Ibu mengajak Kai duduk di ruang tengah sambil menunggu Bapak selesai mandi.
"Nanti nunggu Bapak dulu."
Sekitar lima menit Bapak selesai mandi kemudian Ibu memanggil Bapak untuk duduk bersama karena Kai bilang ada yang mau ia omongin.
"Kenapa, Kai?"
"Gini, Pak. Kai jadi mau interview di kantor yang baru, kalau misal aku ketrima di sana, aku mau ngelamar Krystal." Kai mengutarakan maksudnya pada kedua orang tuanya tentang keinginannya melamar pacarnya tersebut.
"Alhamdulillah." Ibu mengucap syukur mendengar perkataan Kai yang akan melamar Krystal.
"Kamu udah siap mau nikah beneran?" Bapak bertanya ingin mengetahui kemantapan hati Kai tentang niatnya melamar Krystal.
"Insya Allah, Pak."
"Bapak sama Ibu sebagai orang tua cuma bisa mendoakan, kalau kamu sama Krystalnya udah sama-sama siap, sama-sama udah berani berkomitmen dan tanggung jawab sama kehidupan kalian nantinya ya Bapak sama Ibu pasti merestui." Bapak tersenyum sambil menepuk pundak Kai pelan.
Antara bangga dan terharu karena anak sulungnya tersebut sudah sangat dewasa. Sudah siap bertanggung jawab terhadap orang lain.
"Pernikahan itu nantinya akan dijalani oleh suami dan istri, harus ada kesiapan dari keduanya. Kalian menjalani pernikahan berdua, tapi kamu laki-laki Kai. Kamu yang akan menjadi imam keluarga, kamu harus bertanggung jawab sama istri dan anak-anak kamu nantinya. Kalau kamu sudah siap dan sanggup untuk hal tersebut, Bapak sama Ibu tentu akan sangat mendukung niat kamu terhadap Krystal."
"Iya Pak, insya Allah aku udah siap." Kai meyakinkan Bapak kembali bahwa ia sudah benar-benar siap untuk menikahi Krystal. Pemikiran ini bukan hanya pemikiran sesaat saja.
Ia merasa sudah cukup siap untuk bisa bertanggung jawab terhadap orang lain. Dan orang tersebut adalah Krystal.
Kai lalu menatap Bapak Ibunya lagi karena ia belum tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya. "Terus nanti kita langsung ke sana atau gimana, Pak?"
"Lha orang tuanya Krystal gimana? Udah setuju sama kamu?"
"Aku belum bilang." Kai menjawab ringan.
"Haduh, ya harusnya kamu bilang dulu sama mereka. Kalau tiba-tiba kita dateng, bilang mau ngelamar Krystal. Terus kamu ditolak, gimana?" Bapak menggelengkan kepalanya karena jawaban Kai yang mengatakan bahw ia belum bilang sama orang tuanya Krystal.
"Masa ditolak sih, Pak?" Tanya Kai setengah nggak percaya.
"Ya siapa tau aja, kan?"
"Amit-amit dong, Pak. Pasti diterima lah, kan anak Bapak ini ganteng." Kai berkata dengan penuh percaya diri.
"Emang ganteng aja jaminan?" Ibu ikut menambahkan menakut-nakuti Kai.
"Ya udah kalo nanti nggak terima kamu bawa lari aja tuh si Krystal." Bapak mengangkat alisnya dan langsung mendapat tepukan ringan di bahunya oleh Ibu.