Note :
Ini masih di malam yang sama seperti part sebelumnya######
"Aduh kak Adnan! Ayo dong cepat!!!"Suara Laila mengisi seluruh tempat permainan disalah satu mall tersebut. Membuat beberapa anak menyerngit kearahnya. Tapi Laila tidak peduli, ia malah semakin semangat dan berlari kesana kemari. Membuat Adnan kesusahan mengimbangi jalan Laila.
" Lail, kamu udah main itu selama satu jam. Nggak capek?" Adnan menghela nafasnya. Padahal yang bermain Laila, tapi ia yang lelah. Lelah melihat tenaga gadis itu yang tak ada habisnya.
Laila memang selalu seperti itu, kalap mata jika sudah bertemu dengan mesin Pum it Up. Seperti saat ini, 2 jam mereka sudah di tempat bermain ini, satu jamnya hanya Laila habiskan untuk melompat-lompat diatas mesin itu. Membuat Adnan hanya duduk memperhatikan dibelakangnya. Berulang kali Laila bolak-balik kasir untuk mengisi saldo kartunya. Dan juga lihatlah, tumpukan ticket yang tengah dipegang Adnan. Adnan merutuki dirinya sendiri. Mau-maunya di suruh Laila memegangi ticket yang Laila dapatkan.
"Lail, pulang yuk. Udah mau tutup mall nya" ajak Adnan entah sudah yang keberapa kalinya.
Kali ini Adnan serius, karena pengumuman bahwa mall akan ditutup 15 menit lagi sudah menggema. Toko-tokopun sudah dikunci rapat oleh pemiliknya. Lampu-lampu lorong juga sudah mulai meredup. Hanya arena bermain ini yang masih terang-benderang dengan suara-suara dari berbagai macam permainan.
Laila mendesah kecewa, lantas mengambil rentengan ticket terakhirnya yang sudah sepanjang 1 meter jika dibentangkan.
"Kak, kan kamu orang berpengaruh, apa nggak bisa gitu kamu buat mall nya tutup lebih lama? Aku masih mau main" Ujar Laila polos.
Adnan mengacak rambut Laila gemas, "Ya enggak gitu juga, Lail. Lagi pula kita harus pulang, ini udah malam. Ayo!"
Laila mengangkat wajahnya, lalu tersenyum masam.
"Eh tunggu kak! Ticketnya kita tukar dulu" Laila menahan tangan Adnan. Membuat Adnan berhenti dan berbalik arah mengikuti Laila.
Sampai ditempat kasir, Laila langsung memberi semua ticket yang didapatnya. Kasir itu memasukkan ticket kedalam mesin hitung, karena bisa-bisa pegal tangan kasir itu kalau menghitung ticketnya manual.
"Totalnya 637, jadi mau ditukarin sama apa?" Tanya penjaga kasir itu sambil tersenyum manis. Penjaga kasir itu terlihat belum terlalu tua, paling juga 2 atau 3 tahun diatas Laila.
Yang mengganggu Adnan adalah, penjaga kasir itu adalah laki-laki, dan dia terus menatap kearah Laila dengan mata berbinar, kalau sekarang mereka ada di film, pasti editor sudah menambahkan efek cahaya pada mata penjaga kasir ini.
"Itu aja 500nya aku ambil satu boneka jerapah. Sisanya aku tukar sama dua pena" Mata Laila tak kalah berbinar, bukan karena sang penjaga kasir, tapi karena boneka jerapah yang sangat menggiurkan baginya.
Penjaga kasir itu tersenyum melihat tingkah Laila. Membuat Adnan mau tak mau mendekat dan menarik Laila kearahnya, tangan Adnan spontan melingkar posesif di pinggang Laila. Seakan memberi peringatan pada penjaga kasir kalau Laila adalah miliknya.
Tapi penjaga kasir itu terlalu abai, karena baginya tak mungkin gadis seperti Laila memiliki hubungan spesial dengan pria berperawakan seperti Adnan. Hubungan mereka pasti hanya hubungan keluarga.
Penjaga itu mengambil boneka yang Laila maksud, lalu memberikannya pada Laila. Laila tersenyum sumringah, membuat penjaga kasir itu semakin tersenyum geli melihat tingkah Laila.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAILA
RomanceMenikah muda, Mungkin sebagian orang pasti sangat menyenangkan. Terlebih lagi jika sudah dengan persiapan yang matang. Tapi.. Apa jadinya saat kamu di paksa menikah bahkan disaat kamu masih duduk di bangku sekolah? Terlebih lagi, laki-laki itu lebih...