Laila - 6

6.8K 242 19
                                    

Laila berjalan dengan hati-hati, melirik kesana-kemari karena takut bertemu Rafka. Sungguh, Laila belum sanggup untuk bertatap muka dengan Rafka.

Apa yang harus Laila katakan? Apa yang harus Laila lakukan? Bagaimana Laila harus menjelaskan? Bagaimana hati Laila dan Rafka setelahnya? Apa Rafka akan kecewa? Apa Rafka akan marah dan mendatangi Adnan? Atau apa Rafka hanya akan bersikap biasa saja seolah Laila sesuatu yang tak penting?

Laila takut dengan semua kemungkinan yang berkeliaran dipikirannya.

Laila menunduk, menutup wajahnya dengan jacket yang tadi dibawanya.

"Lala.."

Deg.

Laila tau dengan pasti siapa pemilik suara super lembut itu.

Laila meringis, peluh mulai membasahi wajahnya, ia ingin melarikan diri tapi itu sangat tidak mungkin.

Aroma parfum yang sudah setahun ini menjadi aroma favorit Laila menyeruak di indra penciumannya kala seorang pria bertubuh tinggi berdiri tepat didepannya.

Laila senantiasa masih menundukkan kepala. Tak tau apa yang harus ia lakukan padahal ia telah sampai di depan kelas. Laila jadi tau, bahwa pasti sedari tadi Rafka sudah menunggunya.

Laila melirik kesamping, melalui jendela Laila dapat melihat Nina meringis melihat kearahnya. Laila menatap Nina dengan tatapan mengiba, meminta belas kasihan karena ia amat terdesak saat ini. Tapi balasan Nina sungguh diluar dugaan, perempuan mungil itu menggelengkan kepala, menatap Laila dengan tatapan 'Selesaikan sendiri'.

Sementara itu, Rafka terus mendekat,  heran menatap Laila yang berbeda pagi ini. Selama satu tahun hubungan mereka, ini pertama kalinya Laila menundukkan kepala didepan Rafka.

Tak ada lagi Laila yang menatapnya dengan senyuman cerah hingga matanya menjadi satu garis, tak ada lagi larian kecil Laila kearahnya, tak ada lagi Laila yang spontan memegang tangannya saat mereka bertemu.

Rafka termangu, tangannya terulur untuk melepaskan tudung jacket yang menutupi kepala Laila.

"La.."

Laila mengangkat wajahnya, dan tentu saja indra penglihatannya langsung disambut oleh tatapan menyejukkan Rafka.

"Kenapa, La?" Suara lembut Rafka begitu menusuk kedalam hatinya. Membuat hati Laila terhenyak pada kenyataan yang ada didepan mata.

Jangan tanya kenapa, Ka. Hati aku nggak akan pernah bisa untuk menerima semuanya -Laila bermonolog dalam hati.

Laila menghela nafasnya dalam, berusaha mencari oksigen sebanyak-banyaknya. Setelah itu, Laila memantapkan hatinya, tersenyum penuh arti kearah Rafka.

"Kita putus ya, Ka" Lirih Laila.

Demi kerang ajaib milik spongebob, rasanya sangat sakit disaat harus melepaskan orang yang begitu disayangi.  Ini bukan sakit fisik yang bisa disembuhkan oleh dokter, ini tentang luka tak kasat mata yang tak tau apa obatnya.

Laila menengadahkan kepala, berusaha sekuat tenaga menahan bulir bening yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk matanya.

"La, apa yang salah? Ayo cerita" Balas Rafka lembut yang membuat Laila semakin tercekat.

Kenapa Rafka tak marah? Kenapa Rafka tak membentaknya? Kenapa Rafka tak meninggalkannya? Karena setidaknya Laila tak semakin merasa bersalah.

Sepersekian detik, Laila bisa melihat kilatan terkejut dari mata Rafka yang dengan terburu laki-laki itu enyahkan.

LAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang