Laila - 5

7.4K 268 20
                                    

Adnan yang barusaja keluar dari kamar mandi dibuat berdecak karena Laila yang masih meringkuk tidur, padahal sedari tadi alarmnya tak berhenti berbunyi.

Kalau nggak bakal bangun, ngapain dihidupin -Ujar Adnan dalam hati sembari mematikan alarm Laila. Dilihatnya jam yang tergantung di dinding kamar Laila. Suara adzan juga turut berkumandang, membuat Adnan mau tak mau membangunkan Laila yang masih betah dengan alam mimpinya.

"Lail, bangun" Ujar Adnan sembari menggoyangkan tubuh Laila.

Laila bergeming, masih setia memeluk bantal gulingnya.

"Laila" Panggil Adnan lagi tapi sepertinya tidak mempan.

Adnan masih berusaha, bahkan kini ia menarik tubuh Laila untuk bangkit, membuat Laila yang masih di awang-awang mau tak mau membuka matanya.

Adnan tersenyum, kala mata mereka bertemu. Adnan bisa melihat dengan jelas mata coklat kepunyaan Laila yang begitu indah menurutnya. Sementara itu, jantung Laila seakan mau loncat dari tempatnya, wajahnya dan wajah Adnan yang kini dekat membuat jantungnya berpacu sangat cepat. Terlebih ketika Adnan menyunggingkan senyum manisnya untuk Laila. Senyuman manis di pagi hari yang begitu menakjubkan. Sepersekian detik, Laila terlena. Hingga akhirnya ia sadar dan menghempaskan tangan Adnan yang masih memegang tangannya, menahan tubuh Laila agar tak jatuh tertidur lagi.

"Iya aku bangun! Nggak usah pegang-pegang!" Protes Laila.

Setelah itu Laila buru-buru masuk ke kamar mandi. Laila masih berdiri, melihat wajahnya didepan cermin. Cantik, seperti biasanya. Laila juga  memeriksa detak jantungnya. Sepertinya berada di dekat Adnan memberikan dampak yang buruk untuk jantung Laila.

Sadar Laila! Jangan jatuh cinta sama dia! Dia nggak cinta sama kamu! Kamu menikah sama dia cuma karena perusahaan ayah! -Laila merapalkan kalimat itu berulang kali dalam hati. Meyakinkan dirinya agar tak jatuh pada pesona Adnan yang sebenarnya tidak bisa diragukan.

Laila meraih gosok gigi dan memulai rutinitas paginya, ia belum berniat mandi karena jam masih menunjukkan pukul 05.00. Ia hanya menggosok gigi dan mencuci mukanya lalu ia juga tidak lupa berwudhu.

Sementara itu, di luar Adnan sudah siap dengan sarung dan pecinya, terlihat juga dua sajadah yang terbentang didepannya.

"Mau ngapain?" Tanya Laila.

"Mau sholat, cepat pakai mukenah kamu" Titah Adnan yang langsung dilaksanakan oleh Laila. Entah mengapa pagi ini ia sangat malas berdebat dengan Adnan. Ia ingin menghemat tenaganya.

Laila akhirnya mengambil tempat tepat dibelakang Adnan, jatungnya lagi-lagi berdegup kencang tanpa alasan. Ini pertama kalinya ia diimami oleh pria lain selain ayahnya. Dan kenyataan bahwa yang kini berada didepannya adalah imamnya yang sebenarnya membuat jantung Laila makin tak karuan, rasanya sangat gugup.

Selesai sholat dan juga tidak lupa berdo'a, Adnan memutar tubuhnya menghadap Laila. Lalu mengulurkan tangannya kedepan. Laila melihatnya dengan alis terangkat, seakan menanyakan apa maksud Adnan. Adnan membalasnya dengan melirik tangannya yang masih menggantung di udara. Laila melirik sekilas, baru iya mengangguk mengerti. Laila menerima uluran tangan Adnan, tapi bukannya di ciumnya. Laila malah menggigit tangan Adnan dengan keras.

"Aa!" Pekik Adnan sembari mengusap tangannya, terlihat bekas gigitan Laila yang meninggalkan jejak kemerahan.

"Nyium tangan kamu? Ih ogah!" Balas Laila lau bangkit, melepas mukenahnya dan melepar asal.

LAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang