LAILA - 16

6.7K 259 28
                                    

Laila keluar ruang rawat inap Farhan dengan hati gelisah. Ia harus segera menemukan Adnan, meminta penjelasan lebih tentang apa yang terjadi dan apa alasan Adnan sebenarnya dari pernikahan ini.

Laila melihat Adnan duduk didepan ruangan, memejamkan matanya dan menengadah. Entah sejak kapan rambut-rambut halus itu tumbuh disekitar wajah Adnan. Membuat laki-laki itu semakin terlihat lusuh dengan kemejanya yang berantakan.

"Kak Adnan" Panggil Laila pelan.

Adnan membuka matanya. Menghela napas berat. Lalu beralih menatap Laila. Awalnya tatapan Adnan sangat sendu, lalu tiba-tiba pupilnya membesar saat melihat Laila memegang boneka koala itu.

Berarti ayah sudah menceritakan semuanya. Ujar Adnan dalam hati.

Adnan menggeleng pelan. Ia tidak bisa, sungguh. Menjelaskan semuanya pada Laila saat suasana hati seperti ini hanya akan memperburuk semuanya. Nanti saja, saat ia dan Laila sudah siap dengan semuanya.

Adnan berdiri, lalu melangkah pergi meninggalkan Laila tanpa berkata apapun.

"Kak Adnan berhenti!" Seru Laila tapi diabaikan oleh pria itu.

Laila melirik sekitar, beberapa perawat mulai menatapnya tidak senang karena suara yang disebabkannya. Laila tidak punya pilihan lain, ini rumah sakit, maka ia memilih untuk mengejar langkah besar Adnan yang menuju keluar.

"Kak Adnan tunggu!" Panggil Laila sekali lagi. Ia menahan tangan Adnan. Membuat Adnan mau tidak mau membalikkan tubuhnya.

Adnan menatap Laila. Kedua pandangan suami - istri itu tidak bisa diartikan. Terlalu banyak pertanyaan. Terlalu banyak kemungkinan jawaban.

" Kamu nggak merasa harus menjelaskan sesuatu ke aku?" Tanya Laila sembari mendelik tajam.

"Tidak" Jawab Adnan singkat.

"Kak Adnan! Apa susahnya, sih, Kak menjelaskan semuanya ke aku? Apa sesusah itu untuk jujur?" Tanya Laila. Ia amat marah, tangannya mencengkram tangan Adnan kuat.

Adnan melepaskan cengkraman tangan itu, memilih untuk terus diam.

"Kak, aku butuh penjelasan, Kak! Tentang alasan dibalik semuanya!" Laila meninggikan suaranya. Menatap Adnan dengan penuh amarah.

Adnan terpaku. Tatapan itu adalah tatapan mengerikan yang pernah ia terima. Lebih dari tatapan kebencian yang selama ini Laila perlihatkan.

Adnan maju selangkah, menipiskan jarak diantara ia dan Laila. Mata Adnan lurus menatap manik yang kini menantangnya, hilang sudah semua harapan Adnan tentang cinta yang mungkin tumbuh diantara mereka, "Ayah udah nyeritain semuanya ke kamu, dan itu sudah cukup jelas"

Laila menggeleng, "Aku mau dengar semuanya dari mulut kamu!"

"Untuk apa saya mempertegas semuanya, untuk apa saya memperjelas semuanya, untuk apa kebenaran dibalik ini semua kalau kamu tengah mencoba mengkhianati saya!" Ujar Adnan pelan. Pelan sekali.

Laila mundur beberapa langkah, ia terkejut bukan main mendengar penuturan Adnan.

"Lail, untuk apa saya berusaha kalau kamu enggan berusaha? Ini nggak akan pernah berhasil, Lail. Karena kamu masih mempercayai dia sebagai sumber kebahagiaan kamu, bukan saya" Tutup Adnan. Ia membalikkan tubuhnya. Membiarkan Laila mematung sendirian.

Adnan terisak perlahan, namun ia tahan hingga ia masuk ke mobil. Stir didepannya menjadi korban kemarahan Adnan, pelampiasan dari emosinya yang belum terluapkan. Adnan melajukan mobilnya, nelangsa sekali ditengah hiruk-pikuk kehidupan malam ibu kota. Semua orang seperti menertawakannya, karena memilih jalan hidup dengan menikahi Laila. Semua kacau. Sudah cukup. Adnan ingin ini semua selesai. Lebih dari itu, Adnan ingin Laila bahagia.

LAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang