Rafka menatap pantulan dirinya di depan cermin. Seminggu berlalu, masa liburan semester sudah datang setelah dua hari lalu penerimaan rapor. Tapi Rafka tidak begitu peduli, bahkan ia meminta Nina mengambilkan laporan hasil belajarnya. Saat Nina datang dan mengantarnya, Rafka hanya sibuk dengan PSP ditangannya. Meminta Nina menaruhnya di atas meja yang hingga kini jangankan ia lihat, ia sentuh saja belum. Setelahnya Nina hanya geleng-geleng kepala, lalu memutuskan untuk segera pulang. Untungnya kedua Ayah Rafka harus berangkat ke Bali sehari setelah kejadian itu. Dan untungnya lagi Bimo -ayah Rafka memanfaatkan momen itu untuk mengajak istrinya liburan. Alhasil seminggu ini Rafka ditinggal sendirian dan tidak menemui orang tuanya dengan berdalih ketiduran saat orang tuanya meminta diantarkan ke bandara. Setiap hari ada bibi yang memasakkan dan membersihkan rumah, membuat Rafka sempurna semakin mengurung diri di kamar.
Hari ini kedua orang tua Rafka pulang. Mau tidak mau ia harus keluar untuk menemui mereka. Luka-luka itu sudah sembuh. Wajah tampan Rafka sudah kembali. Namun tetap, sorot mata itu masih sayu pasca kehilangan objek yang setiap hari selalu menjadi tujuannya.
"Pagi, Mi" Sapa Rafka sembari mencium pipi ibunya. Aroma pedas menusuk indra penciumannya. Rafka melirik kompor yang diatasnya ada panci yang mengepulkan asap.
"Ramyeon? Tteokbeokki?" Rafka menaikkan sebelah alisnya.
Ika menempuk lengan Rafka, "Nah untung aja jadi ingat, jadi Mami tadi liat-liat resep di internet tentang makanan korea. Terus Mami nyoba buat, Mami buat saosnya sendiri loh" Ujar Ika bangga pada anaknya.
Rafka terkekeh, "Orang ini mah tinggal direbus doang" Ujar Rafka meledek ibunya.
Bimo yang sedari tadi sibuk dengan Korannya dan mengabaikan ibu dan anak itu terkekeh, "Tuh kan, Mi. Pemikiran Papi itu sama seperti Rafka"
Ika merengut, ayah dan anak ini memang paling jago meledeknya, "Kalian ya ngomongnya! Nggak tau apa perjuangan Mami. Udah sana telpon Lala, Lala pasti suka yang korea-koreaan" Sahut Ika sembari mendorong Rafka keluar dari dapur.
Deg.
Rafka tediam. Kejadian seminggu lalu lagi-lagi menghantuinya. Masih ia ingat dengan jelas tubuh Laila yang gemetaran ketakutan saat ia sentuh, isakan Laila, bahkan teriakan gadis itu untuk melerai Adnan yang membabi buta menghujamnya dengan tinju.
"Aku putus, Mi" Lirih Rafka.
Ika yang tadinya antusias memindahkan masakan korea ala kadarnya itu mematung. Gerakan tangannya terhenti. Wajahnya melirik sang buah hati yang terlihat sangat suram. Bimo yang tadi cuek, mulai mendekat.
Ika dan Bimo saling berpandangan. Mereka memang tidak pernah melarang Rafka untuk memiliki kekasih. Tapi itu tidak menjadikan Rafka laki-laki playboy padahal sebenarnya ia memiliki potensi dengan wajah tampan dan semua fasilitas yang dia punya. Rafka menjatuhkan hatinya pada Laila untuk pertama kali. Gadis manis dan baik hati yang selalu menemani Rafka. Ika bersyukur saat masa kelam itu ada sosok Laila sebagai sahabat anaknya. Pun saat status mereka berubah menjadi sepasang kekasih tidak mengubah hal itu. Mereka tetap bahagia. Tapi, suatu hubungan yang berakhir pasti akan menyebabkan rasa sakit. Rafka telah merasakannya, patah hati pertamanya.
"Kamu melakukan kesalah?" Tanya bimo pada anaknya.
Rafka mengusap rambutnya kasar, " Buruk sekali, Pi" Jawab Rafka jujur.
"Tidak ada manusia yang sempurna, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Salah adalah fitrahnya manusia. Begitupun memaafkan. Kalau kamu salah, minta maaflah. Masalah dia akan memaafkanmu atau tidak bukan lagi perihal kamu. Tugasmu hanya meminta maaf" Nasehat Bimo pada anak semata wayangnya.
Rafka menghela nafasya, mungkin orang tuanya tidak akan mengatakan yang sekarang mereka katakan jika mengetahui apa yang telah Rafka perbuat seminggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAILA
RomanceMenikah muda, Mungkin sebagian orang pasti sangat menyenangkan. Terlebih lagi jika sudah dengan persiapan yang matang. Tapi.. Apa jadinya saat kamu di paksa menikah bahkan disaat kamu masih duduk di bangku sekolah? Terlebih lagi, laki-laki itu lebih...