EXTRA PART (II)

5.2K 217 33
                                    

Tinggal sehari lagi, maka semua perjuangan selama tiga tahun itu akan selesai. Satu hari yang akan menjadi penentu bagaimana akhir dari kisah panjang itu. Cerita tentang teman, sahabat, kekasih, hingga mantan sebentar lagi akan menjadi kisah yang hanya akan diceritakan. Semua rasa semangat, cemburu, sedih, bahagia, dan kebimbangan di masa akhir sekolah hanya akan menjadi kenangan yang rasanya akan membuat hati berdenyut merindu suatu saat nanti. 

Semua murid kelas 12 tengah fokus dengan soal di depan mereka. Mempertaruhkan semua usaha mereka sebelum menagih janji pada semesta yang selalu berkata tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Termasuk juga Nina dan Rafka, mereka tengah berjuang demi masa depan yang ada di depan mata. Nilai ini menjadi sangat penting bagi Nina, karena ini adalah tiket terakhirnya untuk bisa terbang ke Korea Selatan seperti keinginannya. 

Sementara bagi Rafka, ini adalah tiket terakhirnya untuk bisa melarikan diri. Pergi sejauh mungkin dan meninggalkan semua kenangan yang tidak ingin dikenangnya. Melupakan rasa cinta dan juga sakit yang ia ciptakan sendiri. Tidak ada lagi yang bisa ia salahkan di sini. Sudah saatnya dia pergi, entah untuk berdamai atau justru mencari pelarian. Rafka masih memikirkannya, mungkin nanti saat ia menemukan tempat terbaik untuk bersembunyi baru ia akan memutuskan apa sebenarnya tindakannya ini. 

Berselang dua minggu kemudian, menjadi penentu bagi yang kehilangan sepenggal kisahnya. Bagi Laila yang harus menghabiskan satu-setengah bulannya untuk homeschooling agar bisa menyamakan lajunya dengan teman-temannya. Meski ia sempat berantakan di lap terakhir pertandingan, mereka harus mencapai garis finish bersamaan, seperti janji yang mereka ucapkan saat di garis start

Adnan sedang menunggu di luar. Laila tengah ujian di ruang belajarnya bersama guru homeschooling nya. Naluri Adnan untuk berjaga semakin kuat beberapa hari terakhir. Laila tidak boleh stres dan terlalu banyak pikiran, sementara ujian adalah sumber dari dua pantangan Laila tersebut.

Sudah hampir dua jam, waktu ujiannya akan berakhir sebentar lagi. Adnan tidak berhenti gelisah sejak tadi, pikirannya sudah melayang kemana-mana. Apalagi mengingat bibir pucat Laila namun masih tetap kekeh untuk melanjutkan ujian terakhirnya.

Teng!

Suara bel terdengar. Waktu ujian selesai. Adnan segera masuk ke dalam ruangan dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi gaduh yang membuat Laila dan guru homeschooling nya terlonjak kaget.

Adnan langsung merengkuh tubuh Laila. Membawa Laila ke dalam dekapannya. Memberikan kenyamanan kepada sang istri.

"Kamu berhasil, Lail. Kamu berhasil" Puji Adnan sembari mengusap punggung Laila. Memberikan kenyamanan tiada tanding di dunia.

Laila terkekeh, lalu membalas pelukan hangat itu dengan erat.

Laila mengerjapkan matanya. Perutnya tiba-tiba terasa sangat sakit.

Laila meringis, "Ka--Kak Adnan.." Lirih Laila.

Adnan membelalak kaget, lalu melepas pelukannya, "Kenapa, Lail? Apa yang sakit?!" Tanya Adnan panik.

Rasa sakit itu semakin kuat. Seperti mencengkram perutnya dengan cengkraman baja. Laila tidak pernah membayangkan rasa sakit seperti ini sebelumnya. Tapi bukan itu yang membuat air mata keluar dari sudut mata Laila. Ketakutan akan kehilangan janin di dalam kandungannya jauh lebih besar. Ia tidak boleh kehilangan malaikat mereka.

"Pe--Perut aku sa--"

Adnan melirik ke bawah, darah mengalir dari sela kaki jenjang Laila.

"Kamu tenang, jangan takut, kita ke dokter sekarang!" Adnan segera memotong ucapan Laila. Ia mengangkat tubuh Laila ke dalam dekapannya.

LAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang