LAILA - 12

6.2K 227 9
                                    

Laila berjalan takut-takut memasuki rumah orangtuanya. Setelah menjelaskan semuanya pada Rafka dan disambung dengan ide gila Rafka, hati Laila semakin campur aduk. Tentu saja, ia amat bahagia dengan respon Rafka, karena dari awalpun ia tidak mencintai Adnan sama sekali. Tetapi, saat kini melihat pria bertubuh tegap itu dari kejauhan berjalan kesana-kemari, berulang kali mengusap wajah, dan menggeram, sedikit-banyak rasa bersalah perlahan menyelimuti Laila.

"Adnan.." Panggil Laila pelan.

Adnan membalikkan tubuhnya. Kekhawatiran yang sedari tadi memenuhi hati dan pikirannya membuncah, lalu luruh sampai ke dalam bumi saat melihat Laila kembali kerumah ini, yang artinya Laila kembali bersamanya. Adnan tidak bisa lagi menahan dirinya, ia merengkuh tubuh Laila, memeluk tubuh istrinya dengan erat, bahkan Laila dibuat merasa sesak.

Laila ingin sekali protes jika saja keadaannya tidak seperti ini. Tapi ia urungkan, Laila membiarkan Adnan meluapkan semuanya.

Setelah satu menit merasakan sulitnya bernafas, paru-paru Laila berpacu mencuri oksigen, membuat dadanya naik-turun tak beraturan.

"Kamu kenapa? Kok sesak napas?" Adnan panik, ia menangkup wajah Laila dengan kedua telapak tangannya.

Lail menggeleng pelan, menyingkirkan tangan Adnan, "Gimana nggak sesak napas kalau kamu meluk aku sekuat itu" Protes Laila pelan.

Adnan tersenyum kecil, lalu kembali memeluk Laila sekilas, "Saya takut, saya takut kamu ninggalin saya"

Laila menggeleng pelan, ia masih enggan membalas pelukan Adnan, "Kita masih ada perjanjian" Jawab Laila pelan.

Adnan terdiam sebentar. Benar, Laila bertahan karena perjanjian. Tapi, siapa yang peduli? Adnan yakin ia pasti bisa membuat Laila menjatuhkan hati dan pilihannya pada Adnan. Adnan yakin betul dengan hal itu, persetan dengan Rafka, karena Adnanlah yang akan selalu berada disamping Laila, bukan bocah ingusan seperti remaja labil itu.

Adnan tersenyum lebar dengan begitu manis lalu menarik Laila pelan untuk masuk ke dalam rumah. Laila mengikuti langkah Adnan, tangan besar pria itu masih setia melingkar di pinggang Laila posesif, padahal siapa juga yang hendak mengganggu Laila dirumah ini?

Suara berisik yang berasal dari atas mengganggu pemdengaran Laila, seperti suara benda di geser. Laila menyerngit, "Ada apaan diatas?"

"Orang yang lagi beresin barang kita" Jawab Adnan santai.

Laila ber-oh ria, lalu mematung karena menyadari ada hal yang ganjil, "Tunggu! Barang kita? Barang kamu? Barang aku? Diberesin kemana?!" Seru Laila dan menjauhkan tubuhnya dari Adnan.

Adnan menghela napas, "Pindah kerumah baru kita"

"Hah?!"

#######

Laila memang tidak akan pernah mengerti kemana alur pemikiran Adnan akan bermuara. Pria itu dengan sesuka hatinya memindahkan semua barang mereka tanpa persetujuan Laila.

"Tapi ibu, Laila nggak mau pisah sama ibu" Rengek Laila pada ibunya.

Haidar menatap anaknya, lalu mengurut sendiri pelipisnya.

"Kamu itu sudah punya suami, Nak. Bukan tanggung jawab ayah sama ibu lagi" Jelas Haidar.

"Ayah ngusir Laila?" Tanya Laila tak percaya pada ayahnya.

"Bukan begitu, Nak. Kamu bebas sesuka hati kamu bisa datang kesini, tapi kamu harus mengikuti suami kamu" Jelas Tina lagi.

Laila mendengus sebal, ia menghentakkan kakinya lalu berjalan kearah Adnan yang tengah duduk di ranjang kamar Laila. Kamar ini sudah kosong, menyisakan perabotan yang tidak perlu dibawa kalau menurut Adnan. Sebenarnya tidak banyak yang dipindahkan dari kamar ini, hanya pakaian, perlengkapan Laila, dan jangan lupakan buku beserta album korea koleksi Laila.

LAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang