L A I L A P O V
Aku terbangun pagi ini dengan terburu-buru. Hari ini adalah minggu keduaku sekolah di semester terakhir masa SMA ku. Aktivitas pembelajaran tidak akan berlangsung lebih dari tiga bulan, lalu selanjutnya akan diisi dengan ujian-ujian sebelum ujian nasional.
Aku melihat kak Adnan yang sudah rapi di dapur. Kemampuan memasak kak Adnan meningkat pesat akhir-akhir ini, bahkan sebentar lagi mungkin akan mengalahkan rasa masakanku. Akhir-akhir ini kak Adnan juga lebih sering memasak sarapan karena aku yang selalu bangun terlambat. Bukan tanpa alasan, di minggu pertama saja aku sudah dijejali banyak sekali tugas dari sekolah, belum lagi bimbel yang aku ikuti di malam hari. Semuanya menguras tenagaku.
Aku bersyukur kak Adnan bukan laki-laki manja, ia tidak sungkan mengerjakan pekerjaan rumah jika aku terlihat sangat lelah. Ia juga bukan tipe laki-laki yang selalu minta dilayani, toleransinya amat tinggi di hubungan kami, membuat aku tetap nyaman dengan statusku sebagai pelajar tingkat akhir dan seorang istri.
"Kenapa nggak bangunin aku sih, Kak? Kan aku bisa masak" Ujarku sembari menyusulnya. Aku mengambil alih pekerjaan kak Adnan. Tidak banyak yang bisa aku lakukan, karena sebenarnya kak Adnan sudah selesai membuat sandwich untuk kami berdua. Aku hanya memindahkan dua sandwich itu ke piring.
Alih-alih menjawab pertanyaanku, kak Adnan malah tersenyum manis lalu mencium pipiku sekilas, "Selamat pagi" Sapanya.
Aku menggeleng pelan, "Udah sana kakak siap-siap ke kantor, ini biar aku yang nyelesaiin" Aku mendorong Kak Adnan menjauhi dapur. Sebenarnya pria itu sudah siap dengan pakaiannya, hanya tinggal mengenakan jas dan mengambil tasnya yang masih di ruang kerjanya.
Aku bergegas menyiapkan meja makan sebelum Kak Adnan turun, menuangkan susu untukku, dan menyeduh segelas teh hijau untuk Kak Adnan. Semenjak hubungan kami berjalan baik aku jadi mengetahui kalau Kak Adnan adalah pecinta teh, dia meminum hampir semua jenis teh, dan chamomile sebelum tidur adalah rutinitas Kak Adnan.
Setelah Kak Adnan turun, kami langsung sarapan karena kami sudah tidak mempunyai banyak waktu.
"Lail, kamu sakit?" Tanya Kak Adnan disela sarapan.
Aku menyerngit, "Enggak, cuma perutku rada nggak enak, masuk angin kali"
"Apa mau libur aja? Kita ke dokter?" Tanya Kak Adnan.
Aku menggeleng cepat, "Enggak usah kak, sayang ngelewatin pelajaran sehari. Nanti setelah ini aku minum obat juga paling nggak apa-apa"
Kak Adnan terlihat menghela napas tidak rela. Aku mengusap punggung tangannya, berusaha meyakinkan pria di depanku bahwa aku baik-baik saja.
####
Pelajaran kimia memang selalu membuatku kesal. Unsur dan senyawa yang ada di muka bumi ini sepertinya tidak akan pernah akur denganku meski besok dunia akan berakhir. Lagi-lagi aku mendapatkan nilai pas-pasan di mata pelajaran itu.
Untungnya setelah ini adalah pelajaran seni, salah satu pelajaran yang membuatku bersemangat karena lebih banyak menghabiskan waktu diluar. Sudah menjadi tradisi sekolahku kalau anak kelas tiga akan mengadakan pentas seni sebelum ujian sekolah. Nilai seni kami akan diambil dari apa yang kami tampilkan di pentas seni itu. Kelasku memutuskan untuk membuat pertunjukan drama musikal yang diangkat dari salah satu cerita rakyat asal Pulau Sumatra, yaitu Lancang Kuning. Aku tidak terlalu pandai dalam bermain peran, sehingga bertanggung jawab pada tari-tarian adalah pilihan yang paling tepat. Teman sekelasku tentu saja menyetujuinya dengan track record ku sebagai kapten cheerleader sekolah ini.
Sudah seminggu ini aku mempelajari tarian daerah asal Riau itu. Memperhatikan setiap detail dan mencoba mengkreasikannya seapik mungkin. Aku tidak sendiri, ada Nina dan beberapa teman sekelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAILA
RomanceMenikah muda, Mungkin sebagian orang pasti sangat menyenangkan. Terlebih lagi jika sudah dengan persiapan yang matang. Tapi.. Apa jadinya saat kamu di paksa menikah bahkan disaat kamu masih duduk di bangku sekolah? Terlebih lagi, laki-laki itu lebih...