Prolog

79 5 2
                                    

Panggilan ke Lab Fisika. Nama yang dipanggil melalui pengeras suara itu adalah Raiyan. Masalah apakah yang menimpanya sekarang? Ia cukup yakin kalau di jam ulangan tadi dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Mencontek? Tidak, dia tidak akan berani melakukannya jika diawasi oleh guru paling pemarah di sekolah ini. Tidak lain dan tidak ada duanya, Ibu Wati.

Raiyan berkeringat dingin ketika berhadapan dengan beliau. Bayangan yang ada di kepala Raiyan adalah seakan-akan dia berhadapan dengan Ifrit.

"Kamu tahu kan kenapa saya memanggilmu ke sini?", tanya Bu Wati memutar-mutar bolpoinnya.

"S...saya tidak tahu, Bu", jawab Raiyan dengan gugup.

Bu Wati menunjukan selembar kertas. Tidak salah lagi, itu adalah kertas yang dipakai untuk ulangan Fisika tadi. Dan nama Raiyan tertulis dengan jelas di pojok kanan atas.

"Nol?! Lagi.....", Raiyan terkejut.

Bu Wati menghela nafas.

"Raiyan, apa yang sebenarnya tidak kau paham dari pelajaran ini?", tanya Bu Wati dengan nada yang agak rendah.

"Apa penjelasan dari Ibu kurang jelas?!"

"Bukan begitu, Bu. Saya hanya...."

"Jika ada yang tidak kau pahami, tanyakan saja. Ibu ini khawatir denganmu", Bu Wati memasang muka sedih.

Meskipun guru yang bernama Wati Aisah ini mendapat gelar sebagai guru paling pemarah di sekolah, dibalik kemarahannya itu terdapat kasih sayang untuk setiap pelajar di sekolah ini. Bu Wati selalu peduli akan keadaan anak-anaknya.

"Nilaimu semakin hari semakin turun. Jika terus seperti ini, kamu takkan lulus dari sini. Bukankah kau ingin diterima di SMA impianmu?"

"Saya akan berusaha lagi", jawab Raiyan sambil menundukkan kepala.

"Saya akan berusaha lagi", jawab Raiyan sambil menundukkan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keluar dari Lab itu, datanglah sahabat Raiyan. Ia bernama Ricky Sandoa. Dari kecil mereka selalu bersama. Ricky selalu datang membantu Raiyan ketika hati Raiyan sedang down seperti saat ini.

"Yan, kau tak apa?", tanyanya sambil menyentuh bahu Raiyan.

"Ya, aku baik-baik saja", jawab Raiyan tersenyum.

"Senyum palsu itu tidak bisa menipuku, kau tahu itu kan?"

"......Ya, baiklah. Aku mendapat nol lagi di ulangan Fisika", jawab Raiyan.

"Aku mulai berpikir kalau aku tidak pantas di sini kau tahu...", lanjutnya.

"Hei, jangan terlalu keras pada dirimu. Semua orang punya kelemahan di 1 atau 2 pelajaran. Dan Fisika adalah kelemahanmu dan itu adalah hal yang wajar", Ricky berusaha menyemangati Raiyan.

"Ucap seorang yang selalu mendapat nilai bagus di semua pelajaran", ucap Raiyan.

"Meskipun begitu, aku tetap ingin bisa melukis sepertimu. Itu adalah suatu bakat yang unik", ucap Ricky.

"Terima kasih, Rick", Raiyan tersenyum.

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang