Episode 1

48 3 2
                                    

Seperti biasa, Raiyan dan Ricky pulang bersama dengan jalan kaki. Seperti yang dibilang tadi, Ricky dan Raiyan sangat dekat semenjak kecil. Ya, bisa dibilang mereka selalu bersama ketika ada kesempatan dan kesempatan itu selalu datang. Seorang Yatim dan seorang Piatu yang bertemu dan berteman lebih dari 10 tahun. Bermain bersama, tertawa bersama, menangis bersama, dan menjahili orang bersama. Tentu mereka khawatir bila hari dimana mereka tidak akan bertemu lagi akan datang. 1 minggu lagi Ricky akan pindah ke luar kota.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan rencana pindahmu? Ada perubahan atau semacamnya?", tanya Raiyan.

"Sayangnya tidak. Jadwalnya tetap sama. 1 minggu lagi dan aku akan pindah dari tempat ini", jawab Ricky.

"Aku akan merindukanmu, Rick"

"Jangan buat suasana sedih mulu lah. Bawa happy aja. Meskipun aku pindah, itu bukan berarti kita tidak akan pernah bertemu lagi. Aku akan berkunjung ketika liburan tiba. Dan mungkin aku akan membawa kenalan cewek ke sini nanti untukmu", ucap Ricky.

"Buat apa kau membawa kenalan cewek...?", Raiyan memasang muka datar.

"Siapa tahu kau mau memulai yang namanya kehidupan percintaan. Tidak ada manusia yang tidak mau memulai itu kan? Juga, aku agak kasihan dengan situasimu sekarang yang membuatmu susah mendekati cewek di bangku SMP ini"

"Aku tidak mau membicarakan kejadian itu" ucap Raiyan.

"Ya, aku juga. Lebih baik Tragedi WC Sekolah dilupakan oleh semua orang", ucap Ricky.

"Dan kau malah memperjelasnya, Sialan", ucap Raiyan dalam hati.

***

Di depan pintu rumah, Ibu Raiyan sudah menunggu dengan senyuman. "Selamat datang kembali, Yan", Sambutan hangat dari wanita itu selalu menghangatkan hati anak laki-laki berambut wavy kebiru-biruan ini.

Di dalam rumah yang kecil dan sederhana ini hanya didiami oleh 3 orang. Ibu Raiyan yang bernama Martha, Kakak Raiyan yang bernama Asri, dan Raiyan sendiri. Meski hanya 3, keadaan rumah itu selalu penuh dengan suara kekacauan atau suara yang lainnya yang selalu didengar para tetangga setiap hari. Begitulah penggambaran yang sesuai untuk keluarga Sakya ini.

Raiyan keluar-masuk kamarnya daritadi dan dia masih melihat Asri yang sedang mengetik sesuatu di ruang tamu. Karena penasaran, Raiyan pun menghampiri Kakaknya.

"Sedang ngetik apaan, Kak? Serius banget dari tadi"

"Ini cerita yang sedang Kakak kembangkan", jawab Asri.

"Ouh.... Ceritanya tentang apa?", Raiyan penasaran.

Raiyan ikut duduk di samping Asri.

"Ini tentang seorang laki-laki yang menjalani 2 kehidupan. Manusia biasa dan pahlawan super", jawab Asri.

"Cerita klasik SuperHero di komik. Kakak sangat suka dengan cerita macam itu ya?"

"Ya, begitulah. Mereka sangat hebat. Berusaha menjalani kehidupan yang tidak bisa dimengerti orang lain, menanggung beban besar di pundak mereka. Banyak tantangan yang akan mereka hadapi nantinya. Namun, semua itu selalu berhasil dilalui dengan cara mereka sendiri", jelas Asri.

"Sayangnya itu hanyalah cerita. Mana mungkin ada orang yang bisa hidup seperti itu", ucap Raiyan dengan enteng.

"Aku mau tidur dulu. Sebaiknya Kakak jangan begadang menulis cerita itu. Kakak orangnya gampang sakit", Raiyan pergi ke kamarnya.

"Hanya cerita ya...."

Tepat setelah pintu Raiyan tertutup, Asri mendapat panggilan dari sebuah nomor tak bernama. Asri menjawab panggilan itu.

"Halo?"

"Apakah yang bicara ini Asri Sakya?", tanya orang itu.

"Siapa yang bertanya?", Asri bertanya balik.

"Saya adalah utusan dari Nenek anda. Nenek anda- Kadita ingin anda datang ke tempatnya sekarang", jawab orang itu.

"Buat apaan malam-malam gini?", gumam Asri.

"Ini kan sudah malam. Bagaimana kalau besok saja?", lanjut Asri.

"Tidak bisa. Harus sekarang, Nona Asri. Kondisi Nenek anda sekarang....."

"Begitu ya.... Baiklah, aku akan segera datang", ucap Asri.

***

Cahaya mentari menembus jendela kamar. Raiyan masih bermalas-malasan di kasurnya yang nyaman. Toh hari ini adalah hari minggu. Hari di mana hampir semua orang sedang berfotosintesis di pagi hari.

Panggilan dari Ibu untuk Raiyan terdengar. Raiyan pun langsung memasang bajunya dan menemui Martha. Mungkin tugas membuang sampah seperti biasa. Hari bermalas-malasan harus ditunda kali ini.

Di luar, Raiyan bertemu dengan Ricky yang sedang jalan-jalan di pagi hari bersama adiknya. "Selamat pagi", ucap keduanya. Seperti biasa adik Ricky malu menunjukan dirinya di depan orang lain. Vira bersembunyi di belakang Ricky.

"Aku hampir lupa....", Ricky mengambil sesuatu dari sakunya.

Dia memberi Raiyan sepasang tiket untuk menonton film.

"Seharusnya aku memberikannya kemarin"

"Terima kasih. Tapi, apa yang harus kulakukan dengan tiket yang satunya? Tubuhku kan cuman ada 1", ucap Raiyan.

"Ajak seseorang lah. Cewek misalnya"

"Kau sangat suka memaksaku ya....", Raiyan kesal.

"Kurasa aku akan mengajak Kakakku saja", lanjut Raiyan.

"Eh? Kok malah keluarga?", ucap Ricky dengan kecewa.

"Yang penting cewek kan?"

"Hadeh.... Ya, Ya, terserah kamu sih"

"Atau mungkin Vira saja?", Raiyan melirik adik Ricky.

Vira semakin menyembunyikan dirinya.

"Cari mati?", ancam Ricky.

"Bercanda doang, Rick"

Ketika Raiyan sudah memasuki rumah, terlihat Asri sedang duduk sambil melanjutkan apa yang dia lakukan malam tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Raiyan sudah memasuki rumah, terlihat Asri sedang duduk sambil melanjutkan apa yang dia lakukan malam tadi. Raiyan mengajak Kakaknya itu untuk menonton film. "Ya, bisa saja sih", jawab Asri. Raiyan lega tidak perlu membuang satu pun tiket untuk hari ini.

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang