Asri masih menanyai Raiyan pertanyaan yang sama. "Di mana makhluk yang menempel di tubuh temanmu ini?," tanyanya sambil menunjuk Ricky yang dibaringkan di sofa untuk diobati. Eden berusaha untuk menyembuhkan tubuh Ricky yang mendapat memar dan berusaha untuk mengembalikan kesadarannya. Suara dari cahaya penyembuh yang menyelimuti tangan Eden dan seluruh tubuh Ricky tidak bisa mengecilkan suara pukulan Asri. Dia memukul meja dengan keras, mulai kesal dengan jawaban yang tidak diberikan kepadanya dari tadi.
"Raiyan, katakan pada Kakak. Kemana perginya Raga yang menempel di tubuh Ricky?," tanya Asri dengan geram.
"Umm.... Baiklah. Aku akan memberitahumu ke mana perginya. Tapi, tolong berjanji kepadaku. Jangan marah ataupun memukul perutku nanti. Bekas pertarungan tadi masih sakit," Raiyan mengelus-elus perutnya.
"Kakak janji"
"Aku menyerap Raga itu"
Asri memukul perut Raiyan dengan sangat kuat. Membuat Raiyan terjatuh menahan rasa sakit yang datang akibat hantaman kepalan tangan kakaknya.
"Kakak melanggar janji tadi.... Aduh.... Kenapa Kakak menjadi barbar semenjak pulang dari Kerajaan laut...?"
"Apa kau tidak mendengarkan apa yang Kakak katakan malam tadi?," tanya Asri.
"Aku mendengarkan dengan jelas. Aku tidak bisa membiarkan makhluk itu menyiksa Ricky dari dalam ketika itu terjadi di depan mataku. Kakak melihat sendiri bagaimana keadaan Ricky setelah terlepas dari Raga yang kita bicarakan ini," ucap Raiyan setelah bangkit dari pukulan tadi.
"Raga itu bisa membunuhmu jika kau menyerapnya," Asri menatap tajam mata Raiyan.
"Apa yang Kakak ingin aku lakukan? Membiarkan teman terbaikku mati? Aku bukanlah orang yang seegois itu...."
Eden merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Sebagai pria berumur 30 tahun, dia merasa harus menenangkan keadaan yang panas di antara kakak dan adik ini. Setelah proses penyembuhan selesai, Ricky membuatkan mereka berdua kopi untuk menenangkan kepala. 2 cangkir kopi hitam itu pun ditaruh di meja, di depan mereka masing-masing. Dan mereka berdua menolak untuk meminum minuman yang dibuat oleh Eden.
"Maaf, aku tidak bisa minum kafein. Itu tidak baik untuk tubuhku," ucap Asri.
"Maaf, aku tidak suka dengan kopi hitam," ucap Raiyan.
"Teganya.... Itu adalah 2 bungkus terakhirku," gumam Eden.
Eden memojokkan dirinya sendiri di sudut ruangan. Merasa sedih menerima tolakan yang diberikan mereka. Raiyan dan Asri merasa bersalah setelah melihat Eden yang tiba-tiba diselimuti aura negatif di sudut ruang tamu.
"M-maaf, Eden kami tidak bermaksud buruk kok," ucap Raiyan.
"Y-ya, kami merasakan niat baikmu dari kopi itu. Jadi, jangan sedih," ucap Asri.
"Benarkah?," Eden bertanya tanpa berbalik.
"Ya," ucap Raiyan dan Asri.
"Kami tidak akan memusuhi satu sama lain karena masalah ini. Itu adalah tindakan yang tidak berguna," ucap Asri.
"Lagipula, setelah Kakak pikir lagi, tindakan yang kau ambil itu adalah tindakan yang paling benar," lanjutnya sambil tersenyum ke Raiyan.
Raiyan membalas senyuman manis itu dengan senyuman pula.
***
Mereka masih menunggu Ricky untuk membuka matanya. 1 jam telah berlalu dari proses pengobatan luka yang dia alami. Eden melihat jam tangannya memperkirakan waktu bangun teman Raiyan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arca
ActionKehidupan yang damai dan penuh dengan candaan di kota fiksi ini. Kehidupan keluarga Sakya yang selalu sama, dari generasi ke generasi. Tapi, apakah akan ada perbedaan di cerita ini?