Episode 5

17 3 3
                                    

Tidak salah lagi, ini adalah rumah keluarga Sakya sebelumnya. Mereka pindah ke kota ini, Seruyan karena sebuah alasan. Raiyan mulai melangkahkan kakinya ketika dia melihat sosok anak kecil yang sedang bermain di tangga menuju lantai atas. Anak kecil itu berlari seolah-olah tahu akan kehadiran Raiyan ketika itu. "Hei! Tunggu!," ucap Raiyan. Anak kecil itu menghilang ketika Raiyan sudah berada di lantai atas. Nampak bingung akan hal itu, Raiyan melihat sekeliling kembali. Keberadaan anak kecil itu tidak terlihat di mana-mana.

Tak lama setelah itu, suara terdengar di ujung ruangan. Seorang wanita yang sedang membacakan sebuah buku untuk 2 anak kecil. 1 perempuan dan 1 laki-laki. Raiyan mendekati mereka. Tidak seperti sebelumnya, penampakan yang Raiyan lihat tidak lari menjauhi dirinya. Mereka tidak mempedulikan kehadirannya. "Buku itu...." Ya, tidak salah lagi. Itu adalah buku cerita yang sering dibacakan Martha untuk 2 anaknya. Seketika 3 sosok yang Raiyan lihat itu mulai memperjelas wujudnya.

".... Dan para penjaga itu berlari bersama sang Ratu," Martha bercerita.

"Lalu? Lalu? Apa yang terjadi, Mama?," tanya Raiyan kecil.

"Tenang sedikit lah, Yan," ucap Asri kecil.

"Aku penasaran sama lanjutannya!," ucap Raiyan kecil.

Martha tertawa kecil melihat kelakuan anaknya.

"Sang Ratu dan para penjaga bertemu dengan pria yang mereka cari," Martha melanjutkan ceritanya.

"Lalu, sang Ratu menikahi pria itu. Dan mereka hidup bahagia selamanya," lanjutnya lagi.

"Yay! Bahagia lagi," ucap Raiyan kecil.

"Tapi, itu aneh. Kenapa sang Ratu mau menikahi seorang pria yang miskin dan lemah seperti itu? Itu sangat tidak nyata dan sulit dipercaya," tanya Asri dengan datar.

"Biarin lah. Namanya juga dongeng," jawab Raiyan kecil.

"Kalau itu ya.... Sebenarnya Mama juga tidak tahu. Kenapa sang Ratu menikahi pria itu. Mungkin itu namanya cinta sejati," jawab Martha.

"Aneh sekali. Kalau Asri sudah besar, Asri tidak akan menikah dengan orang yang seperti itu," ucap Asri.

"Jangan khawatir, Kak. Tidak akan ada pria yang mau menikahi Kakak. Jadi, Kakak tidak perlu memikirkan soal nikah," ucap Raiyan.

"Apa tadi kau bilang?!"

Martha tertawa. Tak lama, Sepasang suami istri mendatangi mereka bertiga.

"Nampaknya kalian bersenang-senang," ucap sang suami.

"Ah! Ayah dan Ibu datang," Raiyan kecil berlari ke arah mereka lalu memeluk mereka.

Apa yang Raiyan lihat sangat membingungkan. Siapa sepasang suami istri itu? Mereka tidak pernah terlihat oleh Raiyan sebelumnya. Atau harus dibilang tidak pernah teringat oleh Raiyan sebelumnya.

"Jadi? Kapan kau akan berdiri di situ saja, Raiyan?," tanya Martha melihat ke arah Raiyan yang asli.

"Eh?"

Martha mendekat ke arah Raiyan. Sosok Asri dan Raiyan kecil menghilang bagai kabut. Cara Martha mendekat bukanlah dengan berjalan, melainkan melayang ke arahnya. Raiyan semakin ketakutan dan bingung ketika Martha menunjukan banyak Trisula di belakang dirinya.

"Tidak baik lho melihat kembali ke waktu ini," ucap Martha sambil menyentuh pipinya Raiyan.

Raiyan bisa merasakannya. Ini bukanlah kasih sayang yang biasanya diberikan Ibunya ketika pipinya disentuh begini. Ini adalah ancaman. Ini bahaya. Walaupun ini hanyalah mimpi, ini terasa begitu nyata. Tekanan yang diberikan oleh ujung Trisula di belakang Raiyan sangat nyata. "Ini berbahaya," pikir Raiyan.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Aku adalah Ibumu. Namaku adalah Martha Sakya," jawab Martha.

Raiyan melirik ke arah sepasang suami istri itu kembali.

"Mereka bukanlah siapa-siapa, Raiyan," ucap Martha.

Martha melemparkan Trisulanya ke sepasang suami istri itu. Sosok mereka pun menghilang bagai kabut juga. Kesempatan bagi Raiyan untuk lari ketika Trisula itu dilemparkan. Raiyan berlari sekencang-kencangnya menjauhi Martha. Lorong yang dia lalui seakan-akan tidak ada ujungnya.

"Tidak ada gunanya lari," ucap Martha.

Raiyan masih berlari sekuat tenaga. "Biarkan aku bangun!!!". Trisula Martha dilemparkan ke arah Raiyan. Tembuslah perut Raiyan. Trisula itu menancap ke dinding, menembus Raiyan. Raiyan muntah darah ketika dirinya tidak bisa lagi bangun. "Sakit sekali..... bukannya ini Cuma mimpi?!," pikir Raiyan. Martha mendekati Raiyan.

"Sayang sekali. Padahal kau dan keluargamu itu hidup bahagia sebelumnya. Maaf ya karena sudah mengacaukan hidupmu," ucap Martha sambil menangis.

"HAHAHAHAHAHA, seharusnya kalian para manusia tidak usah ikut campur dalam urusan kami," lanjutnya.

Wujud Martha kemudian berubah. Seorang wanita, hampir mirip dengan Martha. Yang membedakan hanyalah panjangnya rambut yang dimiliki wanita itu dan juga warna matanya itu. Hijau seperti emerald, tidak seperti Martha yang berwarna biru cerah.

"Si...siapa... kau...?"

"Sebegitu ingin tahunya ya.... Baiklah aku akan memberitahumu, Sakya," jawab wanita itu.

"Namaku adalah Dewi Anggatri. Saudari kembar Martha"

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang