Episode 14

12 1 4
                                    

Seruyan diselimuti langit jingga. Mentari ingin digantikan oleh sang bulan. Di sebuah rumah kecil, seorang laki-laki berperawakan pendek sedang menikmati kopinya dan pemandangan langit senja itu. Eden meminum kopinya dengan ditemani beberapa biskuit yang disimpan oleh keluarga Sakya. Tidak ada salahnya memakan beberapa. Lagipula dia sudah menjadi kepala keluarga yang baru semenjak Martha meninggalkan dunia permukaan dan hidup di kerajaan tempat dia berasal. "Warna ini selalu indah ya...." Eden menikmati kembali aroma dan rasa dari minuman yang hitam itu.

Seketika dia teringat oleh sesuatu yang mengganggunya ketika Martha mengirimnya ke sini. Martha berpesan untuk selalu memperhatikan gerak-gerik warga sekitar. Siapa tahu mereka akan menjadi pengikut Dewi yang akan membawa ancaman kepada kedua anak Ratu laut itu. Eden pun melihat, menganalisa sekelilingnya. Tidak ada yang aneh.... Tidak! Dia melihat seseorang yang bertingkah tidak wajar. Orang ini berjalan melewati rumah Sakya sambil menoleh dengan penasaran. Tidak ada yang perlu dicari tahu dari rumah yang sederhana ini. Ditambah dengan wajahnya yang nampak lesu itu membuat Eden semakin waspada. Apa dia mengambil tindakan? Tidak, tidak untuk sekarang. Hanya harus meningkatkan kewaspadaan kepada orang-orang yang mirip dengan pejalan kaki itu. "Sangat aneh.... Aku tahu seseorang pasti bisa lelah. Tapi, aku tidak pernah merasakan jiwa yang selelah itu sebelumnya," pikir Eden.

Waktu senja telah berakhir. Kini hari sudah ditutupi oleh kegelapan. Dan yang menjadi penerang jalanan tempat Eden mengendarai motornya hanyalah lampu, bintang, dan bulan. Eden mengendarai motor maticnya dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat maupun lambat. Dia pasti ingin menikmati angin malam yang berhembus di mukanya yang tidak ditutupi oleh kaca helm sekarang. Wajar baginya. Sudah lama Eden tidak berkunjung ke permukaan. Kebanyakan dia hanya menikmati pemandangan orang-orang laut yang sedang bekerja kesana kemari. Tidak ada yang dapat menandingi apa yang dia rasakan di permukaan ini.

***

Sebuah warung kecil, tempat Ricky dan Raiyan sering membeli jajanan untuk dihabiskan ketika selesai bermain. Ricky membeli beberapa keripik kesukaan temannya itu dengan jumlah yang banyak. "Mungkin dengan ini dia bisa tenang dengan Zahra. Apa pun yang dapat dimakan olehnya pasti akan membuatnya merasa lebih baik," pikir Ricky sambil memegangi rentengan keripik rasa rumput laut itu. Dia lalu memilih beberapa minuman yang mungkin akan disukai Zahra juga. Dia kan juga anggota kelompok dan tamu di rumah laki-laki berambut kecokelatan itu. Sebaiknya sajikan dia dengan apa yang dia suka. Ricky meletakkan di meja pemilik warung itu.

"Wah... kamu membeli banyak sekali keripik ini," ucap Pemilik warung.

"Ya, begitulah. Karena Raiyan sedang ada di rumah jadi saya mau memberikan hal yang dia suka selagi dia masih menjadi tamu," ucap Ricky.

"Kau dan Raiyan adalah teman yang baik. Sampai sekarang kalian masih bisa berbicara satu sama lain itu membuat bibi senang," ucap Pemilik warung.

"Bibi yakin Raiyan akan kesepian ketika kau pergi nanti"

"Ya... saya tidak punya pilihan lain. Saya tidak ingin menyusahkan ayah dan membuat hidup Vira menjadi sulit. Dia selalu menempel dengan saya sih..."

"Ya, kau benar, Ricky. Tapi, tetaplah berbicara melalui perantara apa pun dengan Raiyan. Akan sangat menyedihkan bila pertemanan kalian berhenti akibat pindahnya dirimu," ucap Pemilik warung.

"Tentu. Saya tidak akan mengakhiri semuanya begitu saja"

"Masih ada 4 hari lagi....," gumam Ricky.

"Gunakanlah 4 hari itu dengan baik," ucap Pemilik warung.

Dengan kedua tangan membawa kantong plastik, Ricky pun berjalan kembali ke rumahnya. Merasa ingin cepat-cepat pulang, Ricky mengambil jalan yang dapat mempersingkat waktunya di luar rumah. Dia mengambil jalan pintasan melewati gang. Dengan sedikitnya pencahayaan, Ricky mulai berhati-hati melangkahkan kaki. Tidak ada yang ingin menginjak 'Poop' di jalan pada malam hari- mungkin siang hari juga sama.

Dia sudah melewati gang yang agak gelap itu. Ricky merenggangkan badannya setelah melewati area yang sempit untuk dilewati seorang diri. Sedikit lagi langkah yang diambil. Ricky tidak sabar melihat kemajuan Raiyan dengan Zahra saat ini. Ricky mempercepat langkahnya dengan antusias. Sayangnya perasaannya yang positif itu berubah ketika dia mengetahui ada seseorang yang berwajah lesu membuntutinya dari awal.

Ricky berpaling dan melihat orang itu berusaha menyembunyikan dirinya di sebuah tiang listrik. Tiang itu tidak dapat menutupi seluruh badannya. Ricky mulai merasakan takut ketika orang itu tetap mengikutinya meski Ricky mengambil belokan-belokan yang acak. Sudah jelas orang itu membuntutinya. Ketakutan mulai merasuki pikiran Ricky. Dia ketakutan dan panik ketika orang itu mulai mempercepat temponya hingga kakinya memasuki keadaan lari. Ricky berlari pula menjauhi orang aneh itu. Dan pelarian itu berakhir ketika Ricky sudah menemui jalan buntu dari belokan yang salah. Ricky sudah terpojok. Orang aneh itu mulai mendekati dirinya dengan menggenggam sebuah pisau di tangan kanannya. Apa Ricky akan menemui ajalnya sebelum rencana pindah dilakukan?

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang