Pertarungan di bagian atas yang melindungi pencakar langit itu masih berlanjut. Banyak orang-orang mulai heran dengan apa yang mereka lihat di atas sana. Cahaya warna-warni muncul sesekali dengan suara yang keras seperti pedang yang bergesekkan. Mereka mulai merekam fenomena aneh itu dengan teknologi yang mereka genggam. Sementara itu, Raiyan dan Eden kewalahan melawan balik apa yang dikerahkan Leon kepada mereka. Raiyan yang masih belum pulih sepenuhnya akibat serangan sebelumnya tidak terlalu bisa membantu. Hanya Eden yang mempunyai harapan untuk mengalahkan laki-laki yang berperawakan tinggi itu.
"Sampai kapan ini akan berlanjut? Cepatlah kerahkan seluruh kemampuanmu, Eden! Aku tahu kau hanya menahan diri," tantang Leon.
"......"
"Baiklah, kalau begitu. Kau memang sangat menyebalkan. Dari dulu sampai sekarang pun kau tidak berubah," Leon mengalirkan listrik yang semakin deras di area lengannya.
Sebelum tembakan yang besar itu dikerahkan, dorongan yang diberikan Eden menyelamatkan Raiyan. Meski dorongan yang diterima membuat dirinya tejatuh ke bangunan yang lebih rendah. Setidaknya dia selamat dan menjauh dari jangkauan musuh.
"Eden!!!! What the f*$@!!!!," teriak Raiyan ketika tubuhnya ditarik gravitasi.
"Pergilah, Leon! Kau tidak akan mendapatkan apa-apa setelah melakukan semua yang disuruh oleh Dewi"
"Apa yang kau tahu hah?! Kami melakukan ini agar para Arca selamat dari genggaman orang itu. Namun, kalian memilih untuk menyelamatkannya," ucap Leon.
"Tinggal 1.... Biarkan aku menghabisi 1 benih yang masih ada di dunia ini, Eden. Aku tidak mau melawanmu.... Sungguh," lanjutnya.
"Dan jika aku menolak?"
Leon mengisi kembali energi untuk melakukan serangan sebelumnya.
"Maka aku terpaksa harus menghabisimu juga"
Hindaran dan serangan yang mereka lakukan membuat lantai berbekas. Eden dengan lincah menggerakkan tubuh dan pedangnya bagaikan angin. Leon yang berusaha mencari celah merasa kesulitan ketika cahaya emas yang dikeluarkan Eden membutakan matanya sejenak. Terus menerus Eden menyilaukan pandangan Leon dan memberikan tebasan dan tusukan dari pedangnya. Tubuh Arca memang sangat kuat. Memerlukan lebih dari 10 tusukan untuk menjatuhkan lelaki pirang itu. Ditambah dengan regenerasi miliknya yang lumayan cepat. Setidaknya ketika dia meregenerasi staminanya untuk bertahan terkuras sedikit demi sedikit. Eden mulai serius. Tatapan yang dia berikan kepada musuh yang berlutut akibat serangannya yang bertubi-tubi.... Dingin sekali.
"Aku sudah berjanji dengan Martha untuk melindungi anak itu. Aku juga tidak akan segan untuk menghabisimu jika kau melakukannya," ucap Eden.
"Kesempatan terakhir, Leon. Pergilah!"
"......"
"Kalian akan menyesali keputusan yang telah dibuat"
Sosok Leon menghilang setelah cahaya misterius muncul di atasnya. Teleportasi yang dilakukan oleh Arca tingkat tinggi. Sepertinya Dewi setuju untuk menarik kembali pejuangnya dari pertarungan.
Mata Eden kembali normal dengan warna yang cokelat. Senjata yang dia genggam juga menghilang setelah warna emas memudar dari penglihatan. Dia baru ingat setelah beberapa detik. Di mana Raiyan tadi? Eden menengok ke bawah bangunan yang lebih rendah 150 meter dari tempat awal dia mendorong Raiyan. Tubuh Raiyan tidak bergerak. Yang bergerak hanyalah mulutnya yang mengeluarkan ucapan kasar ketika Eden menampakkan kepalanya.
"Tulang-tulangku patah, Sialan!!!!," teriak Raiyan
"Aku mulai berpikir apakah kata melindungi tadi adalah kata yang benar....," pikir Eden.
***
Leon masih berlutut di hadapan Ratu. Ratu ini tidak lain adalah Dewi Anggatri, saudari dari Martha Sakya. Ratu yang menguasai setengah dari wilayah awal Kerajaan Laut. Daerah itu dibatasi dengan tumbuhan-tumbuhan permukaan yang menyelimuti istananya. Para pejuang lain yang menjadi anak buah Dewi menatap jijik salah satu dari mereka yang gagal melakukan tugas yang diberikan. Namun, dengan hati yang bijaksana Dewi menghilangkan perasaan itu dari masing-masing laki-laki dan perempuan yang berdiri di kanan dan kirinya.
"Kegagalan hari ini adalah pengalaman yang baik untuk esok hari. Leon, kau sudah melakukan yang terbaik," ucap Dewi.
"Maafkan saya, Ratu. Lain kali, saya pasti akan berhasil," ucap Leon.
"Ya, tentu kau akan berhasil"
"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa gagal mengatasi anak itu? Bukankah kau lebih kuat dari bocah yang diberikan kekuatan Arca gagal?"
"Eden muncul di saat-saat yang buruk," jawab Leon.
"Eden ya.... Wajar saja kau tidak bisa melakukan tugasmu. Eden adalah Arca yang berlawanan darimu. Lain kali mundur dengan segera sebelum lukamu semakin banyak," ucap Dewi.
"Biarkan Baya yang melakukan tugas ini, Ibu," ucap seorang gadis kecil yang duduk di pangkuan Dewi.
"Baya semangat sekali. Namun, Ibu rasa tugas ini terlalu berbahaya buatmu. Lain kali saja ya?"
Jari telunjuk Dewi mengarah ke perempuan yang mengenakan baju zirah tanpa perlindungan di kepala. Matanya yang biru cerah itu diisi dengan kesenangan ketika Ratu memilih dirinya untuk melakukan tugas ini.
"Elise, kau lah yang akan melakukannya," ucap Dewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arca
ActionKehidupan yang damai dan penuh dengan candaan di kota fiksi ini. Kehidupan keluarga Sakya yang selalu sama, dari generasi ke generasi. Tapi, apakah akan ada perbedaan di cerita ini?