Episode 11

14 2 5
                                    

Pemandangan yang tak biasa..... Benar-benar tak biasa. Raiyan melihat Kakaknya, Asri sedang menyuguhkan teh kepada seorang laki-laki dengan sangat sopan. Biasanya dia akan menolak mentah-mentah jika Ibu menyuruh dia melakukan hal ini. Laki-laki itu tidak terlalu tua. Mungkin seumuran dengan Raiyan. Atau mungkin lebih muda? Badannya yang pendek itu.... "Kenapa ada kurcaci di rumahku???"

"Kau seharusnya mengucapkan salam ketika sudah pulang, Raiyan," ucapnya setelah mengirup apa yang ada di cangkir putih itu.

"Ini Cebol siapa?!," pikir Raiyan.

Asri menatap tajam Raiyan. Seolah berkata, "Lakukan!"

"A...aku pulang"

"Bagus sekali. Ternyata kau adalah anak yang penurut," ucapnya.

Oh tidak. Ini adalah saat yang paling buruk untuk marah karena ada orang yang lebih muda memperlakukanmu seperti anak kecil. Kau kan juga kecil! Untuk sekarang langkah yang bijak adalah meng-iyakan apa yang dikatakan tamu kecil ini. Tentu Raiyan tidak ingin mendapat amukan dari Kakaknya. Dari tadi mata Asri yang hijau menatap Raiyan dengan makna yang cukup jelas.... "Jangan kau buat masalah yang akan mempermalukanku di depan tamu ini!"

"Ngomong-ngomong..."

"Kau- Maksudku anda siapa?," tanya Raiyan.

"Untuk apa kau mengubah cara bicaramu supaya terdengar lebih sopan, Raiyan?!," gumam Raiyan dalam hati.

"Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri. Di mana tata kramaku. Namaku adalah Eden. Aku adalah teman Ibumu," ucapnya.

Mereka bersalaman. Raiyan menatap balik Asri. Wajah itu berkata, "Apa yang sedang terjadi???"

"Pak Eden adalah teman terpercaya Ibu. Dia ke sini untuk menjaga kita dari serangan Bibi Dewi," ucap Asri.

"Pak???"

"Yup. Aku tahu kau pasti mengira aku lebih muda darimu karena ukuran tubuh dan rupa wajahku dan juga suaraku yang tidak sedalam punyamu. Salah satu kutukan yang ingin kuhilangkan sejujurnya.... Meskipun begini-begini, umurku sudah 30 lho," ucapnya dengan bangga sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.

Raiyan tidak tahu harus memberikan reaksi apa. Dia hanya menatap Asri kembali setelah mendengar apa yang dikatakan Eden tentang dirinya. Dan tentu maksud dari tatapan aneh itu adalah "Apa yang sedang terjadi???"

Dengan serius Eden mulai menjelaskan keadaan dari awal. Semenjak Ratu Kadita meninggal, takhta kerajaan menjadi kosong. Para penghuni lautan membutuhkan seorang ratu untuk memimpin mereka keluar dari masa-masa terror dari sisi yang dibuat oleh Dewi Anggatri. Terror ini sudah berlangsung sebelum Raiyan lahir ke dunia ini. Bahkan jauh sebelum tahun 3000 dimulai. Dari generasi ke generasi terror ini berlangsung tanpa adanya titik berhenti. Perang demi perang dilakukan untuk menghentikan semua yang dilakukan oleh kubu gelap kepada kubu cahaya. Semoga saja dengan adanya pemimpin baru, semuanya akan berubah. Meski harapan itu sudah diucapkan ribuan kali.

"Jadi begitulah...," Eden mengakhiri penjelasannya.

"Tunggu sebentar. Jadi maksudmu Ibu tidak akan datang ke sini lagi?," Raiyan terkejut.

"Kakak tahu soal ini?"

"Ya, sebelum kau datang. Kakak juga akan merindukan Ibu," jawab Asri.

"Dan sosok 'Ibu' direnggut lagi dari hidupku....," gumam Raiyan.

"Maaf.... Aku mendengar dari Martha kalau kau adalah anak manusia yang kehilangan orang tuanya di masa terror ini. Aku turut bersedih atas kehilanganmu. Ditambah dengan dirimu yang tidak akan melihat kembali Martha dalam waktu dekat ini "

"Tapi, jangan khawatir. Martha akan mengunjungi kalian di waktu luangnya. Mengurus kerajaan adalah pekerjaan yang sulit dan harus memerlukan kehadirannya langsung," lanjut Eden.

"Kau benar," ucap Raiyan.

"Hanya saja.... Semua ini begitu mendadak. Aku baru saja diculik malam tadi dan mengetahui tentang semua hal ini tanpa adanya jeda untuk mencerna semuanya," lanjutnya.

"Hidup berusaha memojokkanmu ke ujung tanduknya. Tapi, kau tidak perlu khawatir akan hal itu," ucap Eden.

"Asri bilang kau adalah orang yang selalu bisa mengatasi semua masalah yang akan menunggumu di perjalanan. Dan.... Buktinya kau tidak jatuh sekarang," lanjutnya.

"Itu benar. Kau selalu bisa melalui semuanya," Asri tersenyum.

"Kak...."

"Dengan kehadiranku di sini, kalian tidak perlu lagi mendapati diri kalian sendiri di ujung tanduk itu. Aku sendiri yang akan melindungi kalian. Itulah tugas yang dipercayakan Martha kepadaku"

"Eden...."

"Dan aku akan membantumu belajar Fisika, Raiyan," ucap Eden.

Raiyan terkejut.

"Kau kira aku tidak tahu tentang betapa buruknya kau dalam menghitung? Ngomong-ngomong Asri juga yang memberitahuku soal itu," lanjutnya.

"Kak?! Kenapa kau melakukan itu....?"

"Kakak tidak mau mempunyai adik yang bodoh"

"Oh.... Begitu....," gumam Raiyan dengan perasaan sedih.

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang