Episode 15

10 1 5
                                    

Seorang gadis berumur 10 tahun sedang mengetik sesuatu di keyborad miliknya. Vira mengetik beberapa pesan kepada teman dunia maya yang berada di 1 grup chat. Apa yang mereka bicarakan atau apa yang mereka kirimkan ke satu sama lain hanyalah obrolan yang sering dibahas oleh para perempuan seumurannya. Lelaki yang mereka sukai di masa kanak-kanak itu, parfum, boneka, dan segala hal yang manis lainnya. Tak terasa Vira menghabiskan 2 jam di depan komputer yang seharusnya dia gunakan untuk mencari materi pelajaran. Ya, semua orang pernah melakukannya. "Hei, aku akan mencari bahan-bahan di Internet," dan lihatlah apa yang akan terjadi 5 atau 10 menit kemudian.

Akhrinya sadar dari jeratan waktu dunia maya, Vira mulai melepaskan headset yang terpasang di telinganya itu. Merapikan kembali rambutnya yang tertekan ke bawah akibat penyangga headset. Suara perutnya mengeluarkan bel pertanda bahwa dia memerlukan sesuatu untuk dimasukkan ke dalam sana. Dia membuka pintu kamarnya dan menuju ke pintu kamar Ricky, kakaknya. Jika dia menemukan Ricky di dalam sana, dia akan langsung meminta dimasakkan beberapa telur dari kulkas. Namun, dia tidak melihat keberadaan kakaknya itu. Hanya terlihat pemandangan yang mesra(?) antara Raiyan dan Zahra yang sedang mengerjakan tugas sekolah mereka, membuat sebuah ilustrasi untuk memenuhi nilai Seni Budaya. "Dia gemetaran.....," gumam Vira dalam hati ketika melihat Raiyan yang sedang mengeluarkan banyak keringat seiring bergeraknya pensil yang ada di tangan.

"Vira? Ada apa?," Zahra menyadari Vira yang sedang berdiri bengong melihat mereka.

"A-ah... Vira sedang mencari kakak," jawab Vira.

"Apa kakak tau dimana dia?"

"Hmmm.... Dia bilang sedang membeli sesuatu. Dia pasti kembali sebentar lagi"

Mendengar jawaban dari Zahra, Vira pun berjalan kembali menuju ke 'sarang'nya. Tapi... ada apa dengan firasat yang dia dapat sekarang ini? Sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi, apa? Firasat itu menghentikan tangannya menggenggam gagang pintu itu. Tujuannya mulai berubah. Kakinya mulai melangkah ke pintu depan rumah. Vira ingin keluar memastikan apakah yang dia rasakan ini benar. "Apakah sesuatu terjadi kepada kakak?," pikirnya sambil mempercepat langkahnya ke pintu beralaskan keset "Welcome" itu.

Tak sampai tangannya menyentuh gangang pintu, Ricky membukanya dari luar. Perasaan Vira yang mencemaskan kakaknya itu seketika hilang ketika melihat wajah yang dia cemaskan itu datang dengan keadaan selamat.

"Aku pulang," ucap Ricky.

Vira memeluk kakak yang sangat disayanginya itu. Ricky dengan bingung memeluk kembali adiknya yang juga sangat disayanginya itu. Raiyan dan Zahra menyelesaikan ilustrasi yang mereka berdua kerjakan tanpa campur tangan Ricky di permukaannya. Meski hanya memerintah, setidaknya dia memberikan hal yang diperlukan anggotanya pada saat itu. Itulah contoh ketua yang baik.

"Kak, Vira lapar," Vira menarik lengan jaket Ricky.

"Nanti Kakak buatkan omelet kesukaanmu," ucap Ricky.

"Panggil Vira kalau sudah jadi," Vira kembali ke kamarnya.

"Aku tinggal sebentar lagi ya?"

Raiyan tidak mendengarkan apa yang diucapkan Ricky. Suara dari keripik yang dikunyahnya membuat realita menghilang sementara di pikirannya itu. Ricky hanya tersenyum melihat Raiyan yang menikmati keripiki yang dia belikan. Dia sama sekali tidak berubah.

***

Di sebuah sudut dari gang yang gelap, ditemukan seseorang yang tak dikenal.... Dia terbaring diam di sana. Tidak bergerak sama sekali. Tanpa bekas luka dari kekerasan orang itu dikabarkan meninggal dengan misterius di sudut gang Pahalan pada malam hari. Wajah yang tak dikenal oleh siapa pun di daerah itu. Banyak orang berkerumun ketika menemukan garis polisi di tempat kejadian. Malam itu.... Ya, malam itu adalah malam yang tidak bisa dilupakan. Terutama bagi lelaki yang berhasil kabur dari kejarannya. Ricky.... Apa yang kau lakukan kepada orang ini?

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang