Suara dan bisikan terdengar dari mulut-mulut warga sekolah. Berita kematian Kandra sudah terdengar, menyebar bagai racun yang akan membuat aktivitas pembelajaran terganggu. Baru menginjakkan kaki ke dalam kelas, Raiyan sudah melihat reaksi orang-orang setelah mendengar kabar itu. Ada yang senang dan ada yang sedih. Mungkin di sisi yang sedih akan kematian si Ratu kelas adalah sahabat yang selalu melihat dirinya sebagai perempuan yang baik. Dan mungkin dari sisi yang senang adalah sekumpulan orang yang pernah terkena pedang yang dia angkat di kelas ini, dengan kata lain orang yang sama seperti Raiyan. Di dalam hati Raiyan tentu dia merasa senang dan lega setelah mengetahui perempuan yang selalu mengganggunya beberapa bulan terakhir telah tiada. Meskipun itu adalah pemikiran yang agak jahat.... Tapi, Hei! Itulah realita yang akan dirasakan. Hanya ada 1 orang yang berada di ikatan rantai Kandra namun masih merasa sedih di hatinya. Tidak lain adalah Zahra. Dia hanya duduk diam menundukkan kepalanya. Menyampingkan perasaan yang selalu gugup ketika berada di dekat perempuan yang disukainya, Raiyan mendekati Zahra.
"Kau tak apa?"
"Tidak sama sekali, Raiyan," jawabnya sambil menggenggam lengannya yang gemetaran.
"Dia.... Kandra adalah orang yang baik," ucap Zahra.
"Bahkan setelah apa yang dia lakukan?," Raiyan heran.
"Dia tidak seperti itu dulunya. Aku dan dia sudah berteman dari kecil. Dia adalah orang yang paling baik yang pernah kukenal dulu. Kurasa pergaulannya mulai mempengaruhinya setelah aku pindah selama 4 tahun dari tempat ini. Seharusnya aku memberitahu Kandra tentang rencana pindah diriku waktu itu. Semenjak kutinggal tanpa kabar, Dia mulai menjadi...."
"Aku ingin berbicara lagi dengannya..... Mencoba meminta maaf. Namun, sekarang dia sudah tiada"
"Zahra...."
"Maaf ya, aku malah menceritakan ini kepadamu," ucap Zahra.
"Tidak apa-apa. Kau boleh mengeluarkan semua yang mengganggu dari kepalamu kepadaku. Itulah yang dilakukan teman bukan?"
"Ya, kau benar.... Terima kasih, Raiyan. Menceritakan hal ini pada akhirnya membuat dadaku agak lega," Zahra tersenyum.
Sekolah tidak dapat menahan para murid di sini. Para guru merasa keputusan yang paling tepat untuk sekarang adalah pulang ke rumah masing-masing bersama keluarga untuk keamanan. Dengan begitulah bel pulang dibunyikan lebih awal dari biasanya. Semua orang pun pulang kecuali.... Kau tahu siapa yang tidak akan mendengarkan peringatan ini. "Toh aku sudah dapat kekuatan super. I'll be okay hehe," gumam Raiyan ketika mengambil belokan yang lain. Mengingat Ricky sedang absen hari ini, dia memutuskan untuk menjenguk temannya itu. Ada kekhawatiran di dalam hatinya mengetahui Ricky absen tanpa keterangan. Biasanya laki-laki berambut gelap itu melakukan ini.
***
Raiyan berdiri di depan pintu rumah Ricky. Dia mengetuk pintu itu dan menunggu untuk ke 5 kalinya. Masih belum ada jawaban dari orang yang ada di dalam. Orang yang mendiami rumah itu hanyalah Ricky, Zahra, dan ayah mereka yang sedang berpergian ke luar kota. Lelah menunggu, Raiyan pun membuka pintu yang menghalanginya masuk ke dalam. Ruangan nampak gelap. Tidak ada jawaban setelah Raiyan meneriakkan nama Ricky berulang kali. Yang dilihatnya adalah coretan abstrak memenuhi dinding ruangan. "Apa-apaan....," gumam Raiyan.
Dia mulai mendatangi kamar Ricky dengan langkah yang tergesa-gesa. Mengetuk kembali pintu kamar itu dan tentu saja tidak ada jawaban lagi. Lelah menunggu, Raiyan pun.... mendengar sesuatu dari dalam sana. Bisikan-bisikan apa yang dia dengar di dalam? Suara bisikan itu menghilang sesaat dan digantikan dengan suara langkah kaki seseorang. "Akhirnya dia bangun." Perkiraan yang salah. Itu bukanlah suara dari Ricky. Pintu yang melindungi isi kamar itu ditembus oleh tangan berwarna biru gelap. Tangan itu menarik Raiyan masuk dengan paksa. Menghempas Raiyan ke dinding dalam kamar Ricky. Tidak cukup dengan menghempasnya, orang yang mengenakan kostum itu menyerang Raiyan lagi dengan tendangan berlari. Kemampuan menghindar Raiyan mampu menyelamatkannya kali ini. Orang misterius itu memandang tajam Raiyan melalui bagian mata yang ada di kostumnya. Mata dan garis-garis yang membentuk pola di badannya berwarna merah terang. Bagian itu bersinar terang setelah dia memasang kuda-kuda. Percikan listrik keluar dari telapak tangan orang misterius itu, membuat kepalan tangannya diselimuti oleh aliran listrik merah. Dia menyerang kembali dengan pukulannya yang memberikan retakan di dinding. Raiyan masih menghindar meski sengatan listrik itu terasa di tubuhnya. Sudah saatnya bagi Raiyan untuk serius menghadapi orang ini. Dia mengepal kedua tangannya dan mengambil posisi untuk menyerang. "Maju sini, Orang Aneh!," ucap Raiyan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arca
ActionKehidupan yang damai dan penuh dengan candaan di kota fiksi ini. Kehidupan keluarga Sakya yang selalu sama, dari generasi ke generasi. Tapi, apakah akan ada perbedaan di cerita ini?