Energi yang keluar melalui lubang senapan itu berubah menjadi cahaya mematikan. Hampir saja Martha terkena laser berwarna emas itu. Mereka berdua tetap maju meski dihujani laser dari pria paruh baya berikat batik emas di kepalanya. Tanpa jeda Badu menembak. Senapan yang berubah menjadi otomatis adalah hal yang susah untuk dilawan. Dengan Asri sebagai pelindung di depan, Martha maju menyiapkan serangan berat. Pergelangan tangan Martha mengeluarkan cahaya hijau. Semakin lama, cahaya itu semakin terang hingga mencapai titik maksimal. Martha melompat ketika jarak sudah cukup untuk mengeluarkan energi yang dia isi di pergelangan. Dilepaskannya genggaman tangan dan keluarlah hujan serpihan kristal dari sana. Hampir saja. Badu hanya tergores di pipi sebelah kanan. Dia menghindar dari kristal hijau itu.
"Yang berikutnya tidak akan meleset, Badu," ucap Martha.
"Aku berikan kau kesempatan untuk mundur dan kembali ke hutan tempat kau berasal," lanjutnya.
Badu menatap tajam kedua Arca itu.
"Maaf. Tapi, aku tidak bisa mundur. Bertarung hingga titik darah penghabisan adalah suatu kehormatan," Badu bersiap menembak lagi.
"Aku tidak bisa membiarkan kesempatan besar ini terlewat. Aku harus mengalahkan mereka dan mendapatkan uang itu bagaimana pun caranya!," tekadnya dalam hati.
"Dan itu adalah kesempatan terakhir," Martha mengisi kembali energi ke pergelangannya.
***
Dewi duduk dengan santai di sebuah kursi. Menikmati pertarungan antara 2 Arca bangsawan melawan 1 Arca penyendiri. Dinikmatinya setiap gerakan saudarinya. Namun, entah mengapa dia marah ketika cermin disorotkan ke Asri. "Cepatlah habisi bocah itu, Badu," ucapnya sambil menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah.
Raiyan sekarang tidak lagi terbaring. Melainkan dia diikat menggunakan rantai energi di samping tayangan cermin Dewi dan masih mendapatkan luka akibat lemparan Trisula. Raiyan yang menyadari akan keanehan perilaku Dewi mulai bertanya, "Apa dia punya masalah dengan Kakakku....?" Semakin lama Dewi melihat wajah Asri, semakin kuat dia menggigit bibirnya sendiri. "Apa dia tidak kesakitan? Wanita ini sangat aneh," pikir Raiyan. Darah mulai menetes dari bibirnya yang merah itu.
"Cih! Aku menggigitnya lagi," Dewi membersihkannya.
Raiyan hanya menatap Dewi.
"Dari tadi kau menatapku seperti orang bodoh.... Kau membuatku kesal, Sakya," Dewi mulai mendekati Raiyan.
"Oh no... dia pasti akan meninjuku," pikir Raiyan.
Dewi memberikan pukulan yang keras ke tempat di mana luka Raiyan masih terbuka. Darah kembali keluar dari luka itu.
"Ghhaaakk!!"
"Sekali lagi kau tatap aku, maka matamu itu akan jalan-jalan di lantai," ancam Dewi sambil menarik rambut Raiyan.
"Kenapa.... Padahal ini di alam mimpi.... Kenapa masih sakit?!," pikir Raiyan.
Dewi berjalan kembali ke kursinya. Tapi, sebelum itu Raiyan meminta sesuatu.
"Apa kau punya Pain Killer? Aku sangat memerlukan itu sekarang"
Dewi menendang perut Raiyan dengan sangat keras. Mulut Raiyan mengeluarkan darah yang banyak akibat serangan mendadak itu.
"Kau pikir kau bisa bercanda denganku, Sakya? Nyalimu besar juga"
***
Pertarungan berlanjut antara Martha dan Asri, melawan Badu. Pertarungan ini di bawa sampai ke langit malam. Mereka terbang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh mereka masing-masing. Dengan ganasnya Badu menembak secara beruntun. Seperti sebelumnya, Asri menjadi perisai dan Martha menjadi pedang. Dengan gerakan yang sama terulang hingga 5 kali, akhirnya Badu mengubah taktik. Tembakan beruntun sekarang diubah menjadi tembakan tunggal. Sekarang akurasi Badu lebih tepat dan lebih cepat. Tubuh Asri mulai terkena peluru laser emas itu. Mereka berdua mundur memikirkan taktik. Namun, Badu tetap melancarkan serangan tunggalnya. Asri dan Martha terpaksa harus berpikir dengan berlari agar laser itu tidak mengenai mereka.
Hingga pada saatnya, Martha mendapat ide. "Asri, gunakan semua Trisulamu," ucap Martha. Asri mengangguk. Keluarlah 7 Trisula laut. "Akhirnya dia mengeluarkannya," gumam Badu. Martha juga mengeluarkan Trisulanya yang tembus pandang.
"Kerahkan segala kemampuan kalian! Aku akan menembak kalian hingga tumbang," ucap Badu.
Dengan kecepatan penuh Asri dan Martha berlari di udara mendekati Badu. Tembakan Badu berubah kembali menjadi beruntun dengan harapan bisa mengenai ibu dan anak itu. Segala serangan ditangkis oleh Asri. Ketujuh Trisula Asri dikerahkan untuk menumbangkan Badu. Hampir dalam jangkauan serangan, Badu melompat mundur. Dia pun melancarkan serangan beruntun kembali. Dengan keadaan Trisula yang sudah dikerahkan, Asri tidak memiliki perlindungan lagi. Lengan harus dikorbankan menahan tembakan beruntun laser emas. Sebelum semuanya memburuk, Martha datang dari belakan Badu dengan pergelangan yang bersinar terang. "Seharusnya kau melihat ke belakang, Bocah," ucap Martha dengan nada dingin. SRIIIINGGG!!!! DUAAARR!!! Ledakan dari energi yang dihasilkan Martha bersinar terang di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arca
ActionKehidupan yang damai dan penuh dengan candaan di kota fiksi ini. Kehidupan keluarga Sakya yang selalu sama, dari generasi ke generasi. Tapi, apakah akan ada perbedaan di cerita ini?