Tangan jam menunjukkan pukul 2 siang. Sudah lama Raiyan menunggu Asri bersiap. Game yang dimainkannya sudah mulai menimbulkan rasa bosan. Raiyan menghela nafasnya selagi round ke 20 dimulai.
"Maaf kalau kelamaan, Hehe," Asri datang dengan mengenakan baju terbaiknya.
"Ya ampun. Dari semuanya, kok malah memilih memakai itu?"
"Memangnya salah? Kan ini hadiah ultah darimu," jawab Asri.
"Ouh, aku lupa," ucap Raiyan.
"Dasar, Ayo pergi! Nanti kursi terbaik diambil orang," ucap Asri.
***
"Aku tidak menyangka tempatnya akan seramai ini," ucap Raiyan.
"Hari ini kan hari libur. Jadi kurasa wajar," ucap Asri.
Keadaan bioskop dipenuhi banyak orang. Bagaimana tidak, film yang ingin ditonton adalah film terbaru dan paling ditunggu banyak orang. Perlu waktu untuk menemukan tempat yang enak untuk menikmati film ini. Mereka beruntung mendapatkan tempat itu. Duduklah mereka berdua di bagian tengah. Raiyan pun menata cemilan untuk dimakan ketika film sudah dimulai.
"Apa kau baru saja menghabiskan semua isi dompetmu?," Asri bengong melihat banyaknya cemilan yang dibawa Raiyan ke dalam bioskop.
"Demi nonton," jawab Raiyan polos.
"Dia ini.....," gumam Asri dalam hati.
Film dimulai. Suasana di dalam film itu sangat tegang. Cerita tentang petualangan seorang pemuda bersama kekasihnya menghadapi keadaan dunia yang hampir hancur. Mereka berdua takjub dengan bagusnya isi-isi film itu. Raiyan tidak sadar sudah menghabiskan semua cemilannya di pertengahan film. "Sial....," gumamnya dalam hati.
Film selesai. Semua orang keluar dari tempat yang gelap itu.
"Itu film yang bagus sekali! Iya kan, Yan?"
"Seharusnya aku beli lebih....," gumam Raiyan.
"Dia tidak mendengarku," pikir Asri.
"Aku tak percaya kau menghabiskan semuanya sendiri. Kau bahkan tidak memberikan aku menggigit 1 pun cemilanmu," ucap Asri.
"Maaf, kebiasaan"
Sebelum pulang, Asri mengajak Raiyan ke tempat makan terdekat. Jika kau pikir Raiyan akan menolak, maka kau salah. Perut anak itu seperti lubang hitam. Entah kemana perginya semua yang dia makan tadi, dirinya masih bisa melahap makanan yang disajikan didepannya.
"Kakak rasa kau perlu diet," ucap Asri.
"Tidak perlu dan tidak mau," jawab Raiyan cepat.
"Lagipula beratku tidak berubah walaupun aku makan seperti ini. Tetap 65 kg," lanjutnya.
"Entah kenapa Kakak iri denganmu," gumam Asri.
"Entahlah, terkadang aku ingin merasakan yang namanya 'Gendot'," ucap Raiyan.
"Kau tidak akan mau"
Semua sudah dibayar oleh Asri. Mereka pulang dengan menaiki taksi. 2 anak Sakya itu pergi meninggalkan tempat di mana sosok misterius mengintai mereka.
***
Sebelum mereka berdua sampai di rumah, sang Ibu, Martha sedang menyapu rumah. Tak lama kemudian seseorang menekan bel yang melekat di pintu depan. Bergegas Martha ke sana, berpikir kalau itu adalah kedua anaknya. Namun, yang dia temukan ketika membuka pintu itu hanyalah angin. Tidak ada siapa-siapa di sana. "Mungkin hanya anak kecil yang iseng", pikirnya. Martha berbalik ingin kembali melanjutkan bersih-bersih. Karena lengah, Martha dibuat pingsan oleh seseorang yang menekan bel tadi. Ada 2 orang. Laki-laki dan perempuan. Kedua wajah mereka ditutupi masker dan hoodie berwarna hitam. Diculiklah Ibu dari Raiyan dan Asri.
Mereka datang. Raiyan dan Asri sudah sampai di depan pintu. Anak tertua ingin membuka pintu rumah menggunakan kunci miliknya. Dia terkejut mengetahui kalau pintu itu tidak dikunci.
"Itu aneh...."
"Mungkin Ibu lupa menguncinya," ucap Raiyan.
Setelah terbuka, bukannya masuk ke dalam, Asri hanya diam di luar. Menatap tajam ke dalam ruangan. Sedangkan Raiyan sudah masuk tanpa mempedulikan apa pun. Raiyan tidak bisa melihat apa yang Asri lihat di dalam sana. Asri melihat coretan abstrak yang menyala berwarna hijau. Coretan itu ada di sepanjang dinding.
"Kak, apa yang kau lakukan di luar? Ayo masuk"
"Huuh.... Mereka itu selalu saja...," Asri bergumam sendiri.
"Maaf, Yan. Kakak mau pergi dulu," ucap Asri.
"Eh? Hari sudah mulai gelap. Memangnya Kakak mau pergi ke mana?," Raiyan kebingungan.
Raiyan tidak mendapat jawaban. Kakaknya langsung berlari kencang setelah pamit kepadanya.
"Kak?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arca
ActionKehidupan yang damai dan penuh dengan candaan di kota fiksi ini. Kehidupan keluarga Sakya yang selalu sama, dari generasi ke generasi. Tapi, apakah akan ada perbedaan di cerita ini?