Episode 3

19 2 3
                                    

Sebuah gudang yang hanya disinari oleh 1 buah senter. Martha diikat dalam keadaan tak sadarkan diri. Kedua penculik itu duduk sambil mengobrol, menunggu datangnya seseorang.

"Apakah tempat ini benar-benar aman?," tanya penculik laki-laki.

"Tentu saja. Peramal sudah menjamin tempat ini. Bahkan makhluk seperti mereka akan kesusahan mencari kita,", jawab penculik perempuan.

"Aku merasa bersalah menculik seorang Ibu. Mungkin kita tidak seharusnya melakukan ini"

"Aku tahu. Tapi, harus kita lakukan. Kau mau keluargamu dikorbankan untuknya?! Tidak kan?"

"Lagipula, yang kita culik bukanlah manusia. Jadi kita tidak perlu merasa bersalah. Toh, mereka sendiri yang memulai masalah," lanjut perempuan itu.

"Ya... Ya! Kau benar. Dia bukanlah manusia. Hanya penampilannya saja"

Asri masih berlari mencari Ibunya. Dia sangat panik dan marah sekarang. Sebelumnya mereka hanya mengincar dirinya saja. Tapi, sekarang Ibunya juga? "Orang-orang itu sudah kelewatan," ucap Asri.

***

Sementara itu, Raiyan duduk di sofa yang diletakkan di ruang tamu. Dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi tadi. Semua begitu mendadak. Baru pertama kali itu dia melihat raut muka Asri tadi. Ada sesuatu yang disembunyikan darinya karena itulah dia tidak paham dengan apa yang terjadi sekarang. Ibunya tidak terlihat di mana pun dan Kakaknya bertingkah aneh. Berusaha berpikir positif adalah hal yang dilakukannya sekarang. "Mungkin Ibu sedang pergi ke panti asuhan lagi dan mungkin Kakak ketinggalan sesuatu di taksi tadi......". Semakin dia berusaha berpikir positif, kecemasannya semakin datang. "Iya.... Kan...."

Raiyan pun berlari berusaha mengejar Asri. Firasatnya semakin memburuk ketika melihat orang-orang yang menunggunya di depan rumah. Sama seperti penculik tadi, mereka berpakaian serba hitam. Keringat dingin mulai menetes. Mereka mendekat ke Raiyan dengan perlahan. Mereka berusaha menakutinya. Raiyan mundur ketika kaki mereka maju selangkah demi selangkah. Hingga pada akhirnya orang-orang berpakaian hitam itu berlari mengejar Raiyan.

Sekarang dalam pelarian dari kejaran orang-orang itu. Raiyan berlari melompati pagar belakang. Dikejar di saat keadaan yang mulai gelap oleh orang-orang yang tak dikenal. Ini adalah pertama kalinya Raiyan mengalami situasi yang aneh ini. "Ada apa dengan mereka ini?!," pikir Raiyan. Mereka terus mengejar meski dia sudah berlari sekuat tenaga, merobohkan barang-barang agar menghambat mereka, dan mengambil jalan yang sulit untuk dilewati.

Orang-orang itu kehilangan jejaknya ketika Raiyan mengambil langkah untuk sembunyi di semak-semak di taman terdekat. "Aku harus menelpon polisi," pikirnya. Dikeluarkannya ponsel hitam yang dia simpan di saku celananya. Di waktu yang sangat tidak pas, panggilan masuk dari Kakaknya. TRRRIIIIIINGG!!! Orang-orang itu melirik ke sumber suara. Mereka mendekat ke semak-semak di mana Raiyan bersembunyi. "Sial...." Mereka pun menangkap dan membiusnya juga.

***

Asri terengah-engah akibat berlari dari tadi. Masih belum mendapatkan petunjuk ke mana tempat mereka menyembunyikan Ibunya. Di saat itu juga, sebuah panggilan dengan nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Asri.

"Halo, Ang. Bagaimana keadaanmu?"

"Sialan, apa yang mau kau lakukan kepada Ibuku?!," Asri marah.

"Tidak ada kok. Kami masih belum melakukan apa-apa. Tapi, ya...."

"Lepaskan Ibuku. Maka, aku akan melakukan apa yang kau minta," ucap Asri.

"Hmm.... Entahlah. Terakhir kali kau mengatakan itu, kau malah tidak melakukan apa yang kuminta"

"Hah? Apa..... WOW, ini bagus sekali," orang itu berbicara dengan yang lain.

"Hei, Ang, coba tebak apa yang kami dapatkan," lanjutnya.

Asri bingung.

"Seharusnya kau tidak meninggalkan adikmu sendirian di rumah," ucapnya.

"Kau! Raiyan tidak ada hubungannya dengan semua ini! Dia hanya manusia biasa," kemarahan Asri semakin meluap.

"Yang benar saja. Apa kau pikir aku akan percaya dengan itu?"

"Arca tetaplah Arca. Ya.... Meskipun kalian ini campuran dengan manusia. Tapi, tidak mungkin anak ini murni manusia. Hmmm.... Mungkin setengah," lanjutnya.

"Aku tidak berbohong. Raiyan tidak punya darah Arca-"

"Baik-baik. Sudah cukup bicaranya. Ang, aku akan mengirimkanmu peta. Pergilah ke tujuannya dan lakukan apa yang akan kukatakan padamu. Jika tidak, kau tidak akan melihat sehelai pun rambut dari keluarga yang kau sayangi ini"

Panggilan diakhiri.

"Sialan kau, Bibi.....," gumam Asri.

ArcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang