Cerita ini cerita tentang anak SMA. Merasakan cinta monyet dan cinta bertepuk sebelah tangan. Beberapa adegan dibuat seperti sinetron agar mendramatisir.❤
Cherry 🍒
Darren 🍎
Darren berlari. Secepat mungkin dengan wajah paniknya saat ia tahu jika sudah terlambat. Pintu gerbang hampir ditutup tadi oleh pak Butet. Untung saja Darren itu suka lari, akhirnya ia bisa masuk sebelum pak Butet menutup gerbangnya.
Darren terengah-engah, kemudian matanya mencari satu sosok gadis yang biasanya menunggunya sebelum masuk kelas. Dan ketika Darren menemukannya, ia tersenyum manis kemudian mendekat pada gadis yang sedang duduk di depan pintu kelas sambil menunduk ke bawah.
"Cherry!"
Gadis itu menoleh ketika mendengar namanya dipanggil oleh Darren. Sontak, gadis bernama Cherry langsung berdiri ketika Darren mendekatinya. Wajah Cherry selalu merah padam ketika ada Darren. Debaran jantungnya berpacu sangat cepat ketika melihat Darren sedekat itu, padahal mereka adalah teman sejak kecil. Namun entah kenapa Cherry selalu terpesona berkali-kali kepada Darren. Pria yang merupakan idola satu sekolah.
"Kamu tadi malam begadang lagi? Main game lagi?" tanya Cherry dengan wajah sedikit kesal.
"Enggak. Kemarin bantuin bunda beres-beres. Besok kan mau pindahan." Darren tersenyum pada Cherry.
"Habis bantuin bunda?"
"Main game."
"Darren!"
"Ya udah dong, akunya jangan dimarahin mulu. Maaf deh, besok gak akan main lagi."
Cherry menghela napasnya, kemudian mengeluarkan satu buku dari dalam tasnya dan memberikan buku itu pada Darren. Darren menerimanya dan duduk di bawah sembari membuka buku matematikanya juga dan langsung menyalin tugas Cherry secepat mungkin sebelum guru datang.
Cherry duduk di samping Darren yang berjongkok di bawah sambil menyalin catatan itu. Wajahnya nampak gugup jika waktunya tidak selesai, dan pak Tedi masuk.
"Udah." Darren memberikan buku itu pada Cherry kemudian berdiri dari posisinya sambil tersenyum lega.
"Makasih, Cherry." Darren mengacak surai kecokelatan gadis itu.
Cherry menganggukkan kepalanya kemudian mereka masuk ke dalam kelas. Dan ketika Cherry dan Darren masuk, Daerah langsung bergabung dengan tim basketnya yang terdiri dari Fahmi, Angga, Axel dan beberapa yang lainnya. Cherry duduk di depan sebagai murid paling pintar. Dan Darren duduk di belakang, karena biasanya Darren tidak suka mendengarkan guru dan lebih suka bermain dengan teman-temannya.
Cherry berusaha fokus dengan tidak memedulikan candaan Darren bersama teman-temannya. Ia memang tidak suka keterlambatan guru. Ia lebih suka pak Tedi cepat masuk agar kebisingan di kelas segera berakhir. Darren memperhatikan Cherry dari tempat duduknya. Ia melihat Cherry tidak tenang dengan beberapa kali menutup telinganya.
Darren lantas menutup mulut Angga dan Fahmi yang sedang tertawa denga keras.
"Ssh!" ucap Darren.
"Apa sih?!" Angga mendelik kesal.
"Cherry gak bisa baca buku."
"Emang kenapa dah?" sungut Angga kesal.
"Udah ah, jangan berisik. Pak Tedi dikit lagi datang." Darren mengakhiri percakapannya dan Angga serta Fahmi nampak kesal mendapat larangan Darren barusan.
"Cherry cantik, ya," ucap Axel pada Darren.
"Cantiklah. Namanya cewek."
"Menurut lo, kalau gue nembak dia gimana?"
Darren diam tiba-tiba. Matanya menatap Cherry di depan sana dengan wajah yang nampak gundah gulana. Tangannya dikepalkan tiba-tiba namun ia menatap Axel pada akhirnya.
"Gak papa kok. Gue setuju aja. Cherry baik, kalem lagi." Darren tersenyum kecil.
Axel tersenyum merespon jawaban Darren barusan.
💙💙💙
Seperti biasa, Cherry selalu menemani Darren bermain basket. Cherry mengagumi Darren. Sangat, dari dulu Darren sudah mencuri hatinya. Pria itu benar-benar sempurna dari sisi manapun jika dilihat. Darren tampan, idola, kemudian jago dalam olahraga, pun, Darren sangat ramah.
Darren yang baru saja mencetak kemenangan, langsung menatap Cherry dan tersenyum lebar. Sedangkan Cherry langsung bertepuk tangan dengan gembira.
Namun detik kemudian, senyuman Cherry mendadak hilang saat beberapa gadis memasuki lapangan basket. Wajah Cherry nampak murung ketika melihat itu. Ditatapnya Darren yang kini berubah pandang dengan menatap kumpulan gadis itu sambil tersenyum hangat.
Ya, Salma. Junior di Sekolah mereka. Namun Salma yang selalu mencuri perhatian Darren ketimbang dirinya.
Cherry meremas jemarinya. Perasaannya nampak berkecamuk ketika melihat Darren mendekati Salma dan menerima air minum yang Salma berikan. Padahal Cherry membawanya juga untuk Darren. Apalagi ketika Darren mengacak surai Salma di depannya, hingga terdengar sorakan teman-temannya yang berkata 'cieeeee'.
Panas rasanya. Hatinya pilu dan sesak.
Dan ketika Cherry hendak pergi dari sana, Axel tiba-tiba menghadang langkah Cherry membuat gadis itu terkejut.
"Minum gue abis."
Cherry mengedipkan matanya bingung.
"Gue boleh minta minumnya?" lanjut Axel.
"Tapi ini punya Darren."
Axel menghela napasnya kemudian menunjuk Darren dengan dagunya. "Darren udah dikasih sama Salma."
"Tapi ..."
"Ya udah kalau gak boleh."
"Eh ... Iya boleh." Cherry buru-buru memberikan botolnya pada Axel dan seketika Axel tersenyum kemudian meneguk air dalam botol pemberian Cherry itu.
"Thanks, Cher."
"Sama-sama." Cherry memasang senyuman di wajahnya untuk Axel.
💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
• Written In The Stars | Wenyeol Stories
Short StoryWenyeol Collection ________ Vange Park © 2017