SAVANA#11

128 54 3
                                    

-Diammu membuatku membeku-

****

Mereka berempat berkumpul di rumah Dana, membicarakan klarifikasi kepada sang pujaan hati a.k.a Sava.Dana sedang bersiap siap ia memakai kaos putih dan jaket jeans navy dipadukan celana levis dan snikers.

“Jadi gimana penampilan gue, kurang apaan?” Dana bertanya seraya menaik turunkan alisnya.

“GANTENG BANGEEETTT MUUAAH.” Kalian tahulah siapa yang bilang gitu.

“Cih jijik gue lama lama jadi temen lo ko.” Dana berekspresi muntah di depan wajah Chiko.

Sementara Chiko komat kamit dan melotot, dia akan meminum minumannya air satu gelas ia tamping dulu dalam mulutnya lalu di semburkan kepada Dana tapi “Blee nggak kena nggak kena.” Dana berjoged jogged di depan Chiko.

“Anjrit lo ko gue diem diem gini lo sembur.” Galang protes, ia sedang asyik chat dengan gebetannya eh malah kena banjir.

“Dana noh salahin.” Sahut Chiko.

“Udah udah jangan ribut.” Seperti biasa Arya selalu jadi sosok paling dewasa diantara orang orang somplak ini.

Sementara Riko sedang tidur, ia kelelahan karena tadi siang di hukum bu Dara untuk membersihkan seluruh toilet di SMA Pelita Jaya.

“Noh, lo kayak Arya dong Dan ganteng, adem kalo diliat bikin tenang yakan bang Arya.” Ucap Chiko yang di balas tatapan datar Arya.

“Udah ah gue mau berangkat, Ar gue titip rumah ya. Diantara yang lain lo doang yang waras.”
Dana memberikan kunci kamarnya kepada Arya, yang di balas acungan jempol oleh cowok itu.

###

Sava bersenandung pelan, ia bersiap siap pergi ke kafe tempat ia dan Dana bertemu. Sebenarnya ia tak ingin menemui cowok itu. Namun, ini semua karena saran sahabat cengengnya


“Eh, Sava mau kemana?” cegat Cinta saat mereka berpapasan di koridor.

“Gue…”

“Sav, kalo lo mau kabur dari penjelasan Dana lo mungkin salah Sav.”

“Ha? Maksudnya?” Sava mengernyit bingung.

“Arya bilang dia kemarin ada masalah, mungkin lo harus dengerin alasannya dulu.” Cinta tersenyum kepada Sava jarang jarang gadis chubby itu bijak.

“Masalah apa Cin? Lo tahu?” Sava menatap mohon Cinta.

“Gue nggak berhak  jelasin, lo tanya aja langsung ke orangnya.Udah ya Sav, gue ada janji sama cold boy..byee.” Cinta berlalu sembari melambaikan tangannya.

Sava menghela nafas masalah apa yang ada pada Dana? Mungkin ia harus men chatnya.

Sava  sampai di meja no 7 tepat saat ia duduk, ternyata Dana sudah berada di sana. Dana menarik kursi bermaksud mempersilahkan Sava duduk, ia berdehem canggung.

“Va, lo mau pesen?” Dana membuka buku menu dan menunjukkanya.

“Gue orange juice aja.”

“Mbak, orange juicenya dua ya.” Ucap Dana sambil menutup buku itu.

“Jadi  lo mau ngomong apa?” Tanya Sava sinis, ia bermaksud untuk mengerjai Dana. Sebenarnya cewek itu sudah tahu Dana kemarin ada masalah tapi ia tak tahu masalah apa jadi biarkan saja.

“Emma anu itu soal kemaren…” keringat dingin membanjiri pelipisnya nafasnya gusar.

Sava memotong kalimat Dana “APA?” lucu melihat ekspresi Dana yang seperti ini.

“Anu itu..”

“Maaf mas, mbak ini minumnya.” Kali ini mas mas yang memotongnya.

“Mas kok disini sih ganggu aja.” Dana melotot.

Mas mas itu menggaruk tengkuknya canggung “anu itu.” Ia berdehem menoleh kea rah Sava.

“Dia lagi pms mas.” Jawab Sava sekenanya.

“Oh pacarnya mungkin kurang minum mbak, saya permisi dulu ya.” Mas mas itu ngacir tak ingin ikut kena semprot.

“Anu Va…” Dana mendadak gagap.

“Bahahaha ekspresi lo itu lucu banget Dan asli.” Sava menyeka air matanya, ia tertawa melihat ekspresi cengo Dana.

“Lah maksud lo, apaan?” Dana ngernyit bingung.

“Jadi gini sebenernya…. Ia pun menceritakan yang di bilang Cinta.” Sava tak kuasa menahan tawanya.

“Kampret kenapa ga ngomong dari awal jamilah.” Dana gemas dengan gadis di depannya ini.

“Iya bokap gue tuh gitu.”

TO BE CONTINUED

***
Hai semua gimana sama part ini? Semoga suka ya.
Savana aku publish setiap 2 hari sekali.
Jangan lupa tinggalkan jejak bila berkenan, terimakasih
Sorry ya mood aku kemarin ancur bat:'







Salam jari kelingking:*

Savana (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang