SAVANA#17

164 50 7
                                    

Tiba-tiba saja papa Derren pulang dengan tergopoh-gopoh, raut wajahnya sangat kentara bahwa beliau sedang gelisah.Beliau langsung menarik lengan istrinya “Derren, ayo ikut papa sekarang jangan banyak Tanya!” Wajah tua itu sangat takut. Untuk pertama kalinya Derren di buat tersentak oleh papahnya.

“Mas, kita mau kemana?” Mamah Derren mengerut bingung, sementara Derren tak bertanya-tanya ia langsung menutup pintu mobil itu.

“Anakku kecelakaan, dia putra sulungku.”

Deg, kalimat itu terlontar membuat dua orang di antaranya tersedar bahwa kesalahan itu terulang kembali. Menyisakan penyesalan yang mendalam memang benar kata orang bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, namun bodohnya mereka tak pernah belajar dari pengalaman.

Tidak ada lagi yang bisa disesali ini semua terlambat. Mereka hanya bisa bersabar dan terus berdoa karena Tuhan menguji seseorang sesuai kemampuannya.

   Di lain sisi, Sava termangu di tempatnya melihat laki laki dan perempuan, ia berpikir bahwa mereka sepasang kekasih. Sava menghela napas panjang, jarinya menari nari diatas notes kecil.

Lucu ya, kemarin ada sekarang tidak
Sepertinya semesta tak ingin kita bersama
Bumi tak mau kita berdamai
Seolah semua sepakat untuk
Memenjarakan kita dalam luka
-Anindita-

Derap kaki terdengar dilihatnya Cinta dan Arya sedang cek-cok dua orang itu sangat lucu, yang satunya bar-bar dan yang lain dingin. Cinta mendatangi Sava berteriak heboh yang membuat Arya melotot, sementara yang dipelototi malah cengengesan nggak jelas.

“Sav, lo nggak papa? Ada yang sakit? Hati lo oke?” tanyanya tergopoh- gopoh.

Sava menggeleng pelan sambil tersenyum, menepuk tempat di sampingnya agar gadis itu duduk tenang. Arya terlihat kikuk.

“Ta, mau makan?” tanyanya datar.

“Heh nggak, lo aja hush hush,” sambil mendorong pelan Arya.

Arya makin melotot sambil menarik lengan Cinta, mengajaknya makan bareng “eh, woi bentar Sav gue duluan ya nanti gue bawain roti bakar deh.”

Sava mengacungkan jempol, tertawa kecil melihat dua orang yang saling memendam rasa itu. Dia mengetuk- ketukkan pulpennya. Galang dan Chiko menuju kesini. Dilihatnya Galang membawa es krim dan beberapa cemilan.

“Nih, bos pernah bilang kalo lo suka es krim,” Kata galang memberikan es krim yang langsung diterima oleh Sava.

“Terimakasih,” Ujarnya patah-patah sangat suling berbicara dengan orang baru .

“Ada yang patah tapi bukan tiang Chik,” ujar Galang tiba tiba
Chiko menggeplak kepala cowok itu, matanya melotot “jangan ngumpat di depan bu bos bege,” katanya takzim Chiko sudah seperti ustad ustad di youtube bersedekap takzim sambil menatap Sava.

Galang tidak terima “Lo juga ngumpat Goblog,” katanya kesal.

Sava melihat itu seperti menonton drama korea yang biasa ditonton oleh cinta bersamanya, dahinya mengerut.  Galang dan Chiko seperti seorang kekasih yang sedang berdebat manja.

    Dia tertawa kecil, sejenak lupa akan keadaan Dana di dalam sana. Rasanya seru memiliki teman seperti Galang dan Chiiko hidupnya pasti lebih bewarna, namun ia sangat bersyukur mempunyai Cinta dan Vigo yang selalu membuatnya nyaman.

“Galang… Chiko diem,” ujarnya sambil bersedekap ekor matanya melirik ibu-ibu yang sedang menggerutu karena terganggu oleh suara nge-bass cowok cowok itu.

Galang dan Chiko berhenti mengangkat dua jarinya “piiss” ujarnya bebarengan yang disambut oleh tawa geli Sava.

      Riko kembali dari ruangan dokter, wajahnya agak tenang dia memberi kabar bahwa Dana belum bisa dipastikan kapan ia akan siuman. Sava mendesah pelan.

“Lo boleh ke kamar Dana kok Sav,” Riko melirik Sava yang membenarkan bajunya.

Perlahan Sava memasuki kamar Dana dirawat, duduk disamping cowok itu menuliskan beberapa kalimat pada notesnya yang kemudian ia robek.

“Dana jangan buat gue khawatir ya, emm aku gasuka kalo liat lo gini,” Sava mengamati wajah Dana, alis yang tebal seperti ulat bulu mata teduh yang sekarang terpejam serta hidung yang mancung layaknya perosotan tk.

###

    Keluarga Dana telah sampai di rumah sakit, papanya menghampiri Riko, orang tua itu terlihat khwatair wajah yang biasanya dingin Nampak lelah.

“Riko, Dana mana?”

“Dia di sana, keadaanya semakin parah om bahkan dokter bilang hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya."

Galang dan Chiko mengamati keluarga Dana, ibu tirinya yang tampak khawatir dan Derren yang terlihat gelisah. Mereka begitu terlihat menyayangi Dana. Batin dua cowok itu bertaya-tanya ‘mengapa Dana begitu membenci keluarganya?’

Mereka tidak tau apa yang terjadi, bahkan Riko yang begitu dekat dengan Dana saja tidak tau, hanya Arya yang mengerti seluk beluk Dana dia teman Dana sejak berseragam putih-merah.

Arya dan Cinta kembali, langsung menyalimi orangtua Dana “Arya, om titip Dana sebentar ya? Saya masih ada acara,” ujar beliau.

Dahi Arya berkerut “Baik om,” mengapa beliau tidak mau menemui Dana.

Melihat wajah Arya, papa Dana membuka mulutnya “Dia masih marah sama saya, sampai jumpa Arya,” ujarnya berlalu sambil menggamit lengan istrinya.

Tinggal Derren di situ, melihat wajah familiar Cinta “eh, keknya gue kenal lo deh,” dia menunjuk Cinta.

Arya melotot, menarik Cinta agar menjauh dari Derren “Ar itu Ar, yang waktu itu gangguin aku dia nih cowok sinting waktu itu,” kata Cinta sebal

“Oh, lo Cinta kan? Cewek bar bar waktu itu,” Derren terkekeh.

“Berisik,” Arya menarik Cinta meninggalkan Derren yang kowoh karena ditinggalkan pasangan aneh itu.

###

      Dana melihat bayangan putih di sana, seorang wanita paruh baya berbaju putih sedang tersenyum kepadanya. Itu adalah sosok yang selama ini ia rindukan, mata kopi teduh yang selalu ia nantikan.

“Eh, tunggu bunda kok di sini?”

“Dana, bunda udah pergi jauh. Dana harus ikhlas jangan terus-terusan nyalahin papa dan tante mika,” ucap sosok itu.

“Tapi bunda, Dana gamau punya mama lagi Dana kangen bunda gamau ada yang bias gantiin bunda di hati Dana,” untuk pertama kalinya cowok bad boy menangis meluruhkan pertahanannya.

“Jaga diri baik-baik Dana, bunda tenang di sini jangan susahin papamu bunda bias cubit kamu kalo nakal.”

    Sosok ‘bunda’ mendekap manja anaknya, membawa Dana kepada pelukan hangat yang selalu ia nantikan. Namun, kehangatan itu hanya sementara yang terganti oleh cahaya putih terang yang sekarang merenggut bundanya.

    Siluet itu hilang bersamaan dengan suara tangisan cewek di seberang sana. Dana kebingungan apa yang terjadi padanya ?
----------------------------------

Holaaa aku kembali melanjutkan cerita gaje yang berjamur ini. Btw stay safe ya guys di rumah aja, jangan lupa kebersihan diri! Jangan lupa pencet tomol bintang&tinggalin jejak bila berkenan, jangan di read doang ya soalnya itu nggak enak.

Salam jari kelingking:*

Savana (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang