13 : New Life

4.7K 616 49
                                    

Jina menghela nafas lega sekaligus sedih setelah membalikkan kartu pilihannya.

"Spade AS." Bibir Jina sedikit gemetar. Ia benar-benar beruntung meskipun bukan joker setidaknya bukan Hati atau Diamond yang ia dapatkan.

"Good Choice," ujar Taeyong.

Mereka berdua pun keluar dari ruang Playground. Taeyong mengajak Jina memasuki ruang apartement lainnya. Ruangan tersebut memiliki ukuran yang sama dengan milik Taeyong, ruangan yang satu ini juga memiliki interior yang lebih sederhana dan memiliki 2 kamar yang berbeda.

"Ini tempat tinggal Ten, karena kau menggantikan pekerjaannya kau bisa tinggal di sini. Kau bisa menggunakan pakaian milik Terny dari lemarinya." Perintah Taeyong.

"Tapi ini milik mereka berdua, aku rasa mereka tidak akan suka tempat tinggalnya di isi oleh orang asing." Jina mendadak ragu.

"Tak perlu khawatir, kau bisa percaya padaku bahwa mereka berdua tidak akan keberatan."

Taeyong kemudian pergi meninggalkan Jina, saat ia di depan pintu Taeyong membalikan badannya sejenak, "Oh ya kalau kau mencoba untuk kabur lagi, akan kupastikan kartu Spade mu berubah menjadi Diamond."

Pintu ruangan tersebut tertutup dan otomatis terkunci setelah Taeyong meninggalkan ruangan.

Jina akhirnya memutuskan untuk berkeliling sejenak, ia melihat ada dapur dengan berbagai alat masak di dalamnya dan cukup lengkap. Kemudian ia beralih ke ruang tengah, disana ada televisi berukuran 32inch, sofa, rak buku dan beberapa lukisan menempel di dindingnya.

Semua interior yang ada memberikan kesan yang berbeda, ia melihat beberapa buku di rak tersebut bertuliskan aksara Thailand yang ia sendiri tidak mengerti apa artinya. Ia juga melihat sebuah lukisan pria tua berjas di tengah-tengah 2 pintu kamar, lukisan itu adalah lukisan raja Thailand yang sudah wafat. Orang Thailand sangat menghormati raja di negara mereka begitu juga dengan Ten dan Terny.

Di bawah lukisan tersebut ada banyak lilin dan dupa yang di taruh di atas meja, biasanya digunakan untuk berdoa. Jina tak berani menyentuh apapun yang ada di sana, ia takut bahwa benda-benda di sana sangat sakral dan tak boleh sembarangan di sentuh.

 Jina tak berani menyentuh apapun yang ada di sana, ia takut bahwa benda-benda di sana sangat sakral dan tak boleh sembarangan di sentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jina melihat sebuah foto berukuran besar, sebuah foto keluarga yang terlihat sangat bahagia. Jina tersenyum saat menyadari bahwa foto tersebut adalah foto keluarga Ten, ia sudah pernah bertemu dengan Ten jadi Jina bisa langsung mengenali Ten kecil di foto tersebut. Jina juga menjadi semakin penasaran seperti apa wajah adik Ten yang bernama Terny itu setelah melihat foto masa kecilnya.

Sekarang sudah menunjukkan pukul setengah 1 malam, Jina sudah merasakan kantuk di matanya. Jina memeriksa satu persatu kamar di ruang apartement tersebut, dan akhirnya ia memilih kamar Terny untuk tempat ia tidur.

Kamar Ten terlalu berantakan, banyak sekali berkas-berkas yang tidak tertata rapi. Jina sempat mencoba mencari tahu tentang Neo site di berkas tersebut namun nihil, semua berkas tercampur dengan berbagai macam bahasa, bahkan ada yang berbahasa Thailand dan yang paling banyak berbahasa mandarin. Jina sepenuhnya tidak mengerti.

Crazy Mafia | LTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang