10. De Ja Vu

439 45 1
                                    

               “Kenapa sih babe?”

                Tanya Harry dengan suara parau. Aku masih terdiam merasakan hal yang amat ganjil ini. Harry bicara dengan nada, tatapan dan gerakan yang sama. Aku menggelengkan kepala ku.

                “Gak apa-apa, tidur lagi aja.”

                Jawab ku sengaja mengutip perkataan yang sama. Memastikan perkataan Harry selanjutnya sama atau tidak, sama seperti tadi aku kembali menutup matanya sambil turun dari ranjang membuat Harry membangunkan dirinya.

                Ya, sama persis seperti yang baru saja terjadi.

                “Mau ke mana?”

                “The boys masih di bawah?”

                Ia kembali mengangguk. Ya Tuhan, semua gerakan yang Harry buat sama. Sangat sama.

                Aku memutuskan untuk turun lagi. Masih rasa pusing yang sama, langkah yang sama, gerakan yang sama. Apa yang sedang terjadi?

                Lagi-lagi aku menemukan  the boys sedang bermain-main dengan jalang mereka masing-masing. Namun, bedanya Liam sedang berdiri menatap the boys dengan sinis. Aku menghampirinya membuat Liam langsung melirik ke arah ku. Aku tersenyum manis, ia pun membalasnya.

                “Gak gabung?”

                Tanya ku pura-pura tak tahu Liam tak suka hal-hal yang kotor. Ia mengerut ke dua halisnya untuk menggoda ku. Aku dan Liam tertawa. Lalu aku berlalu meninggalkannya ingin memastikan kamar antik terutama cermin ku.

                “Mau ke mana?”

                “Biasa.”

                Jawab ku sekenanya. Semoga Liam penasaran dan membuntuti ku.

                Aku sampai dan langsung melihat cermin. Baik-baik saja. Tak ada sedikitpun yang baret apalagi rusak. Aku mengelusnya dengan rasa puas. Tiba tiba..

                Lampu seketika padam. Membuat ku terkejat dan menduga-duga bahwa ini adalah mimpi lainnya. Sesuai harapan ku, Liam mengikuti ku dan langsung menghampiri ku yang terpaku di ruang gelap.

                “Lagi apa sih? Gelap-gelapan lagi!”

                Tanya Liam. Aku menatapnya menunggu paranoid lain yang datang.

                “Bisa ambilin bohlam?”

                Pinta ku. Liam seketika mengangguk lalu masuk ke ruang antik dan masuk ke gudang yang berada tepat di sebelah ruang ini.

                Tak lama kemudian.

                “Dimana?”

                “Cari aja sih di situ!”

                “Mary, lampu gudang juga mati! Gak ada bohlam di sini. Cuma ada lilin dan korek.”

                Oh baiklah mimpi buruk lainnya.

                “Gak apa-apa, bawa aja ke sini!”

                Liam dengan cepat keluar dari gudang dengan  lilin yang telah menyala. Ia menutup pintu gudang lalu menghampiri ku dan memberi lilin dan korek itu untuk ku.

Wrong ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang