9. Is This Real?

480 42 1
                                    

               Harry sibuk dengan mesin tato nya dan menyuruh lelaki pen-tato itu untuk segara pulang. Tak apa lah, aku pun tak begitu tertarik dengan penambahan tato itu. Aku menggeletakkan tubuh ku sendiri dengan lelah. Seolah baru saja ada yang memberi ku energi besar membuatnya habis tak bersisa. Tak lama setelah itu air mata ku terjatuh menyesali perbuatan ku pada Liam.

                Apa yang salah Mary? Ia hanya mengingatkanmu untuk tak melakukan hal yang buruk.

                Harry menghampiri ku dan mengangkat tubuhku, lalu mengelus rambutku dengan mesra membuat ku dengan nyaman bisa bersandar di dadanya.

                “Kamu kenapa sih?”

                Tanya nya, namun aku tak menjawab dan malah mengeraskan tangisanku seolah diberi sandaran dan membuatnya terlalu nyaman untuk dijadikan bahan penumpah air mata. Harry pun memelukku lebih erat, sampai Liam lalu datang dan menghentikan tangisanku secara otomatis.

                Aku menatapnya ketakutan. Liam pun bersimpuh menyamai tinggi ku dan lalu memeluk ku. Harry melepas ku dengan berat, aku kini berlindung di dekapan Liam.

                “Maaf Mary!”

                Ucap Liam sambil mengelus rambut ku.

                “Liam, aku yang minta maaf. Aku gak tau apa yang salah sama diri aku!”

                “Udahlah, yang penting aku gak apa-apa kan?”

                Ucap Liam dengan ringisan kesakitannya menahan luka yang terus keluar. Meski ia telah membalutnya dengan perban dengan asal.

                “Kok masang perbannya gini sih? Asal banget. Aku benerin yah?”

                “Gak usah. Istirahat gih!”

                Liam mengusap rambut ku sambil tersenyum manis. Aku tak ingat sedang ada Harry yang menyaksikan kami. Tiba- tiba aku teringat ‘Hanya Liam yang bisa bikin aku cemburu’ yang pernah Harry katakan pada ku. Aku pun bangun dari dekapan Liam lalu berdiri hendak menarik tangan Harry. Tapi.. Dimana Harry?

"Harry?"

Aku memanggilnya berulang kali namun ia tak menyaut. Entah apa yang mendorong ku tapi ku rasa Harry ada di ruang antik. Aku berbelok. Dan..

Astaga Harry!

"Help!!!"

Teriak ku yang tentu saja kaget. Aku melihat Harry sedang bercermin namun tangkai bunga itu melilit leher Harry hingga ia tercekik. Daunnya sangat liar dengan taring-taring, bunganya beraroma busuk, tangkainya penuh duri berbisa dan mengeluarkan desis seperti ular.

Saat aku berteriak, Karl dan Liam adalah yang pertama menghampiri ku.

"Apa itu Karl?"

Tanya ku sambil menunjuk tumbuhan mengerikan itu.

"Itu bunga yang non suruh beli!!"

"Bunga? Itu monster keparat!! Liat Harry!!"

Bentak ku pada Karl tepat di wajahnya. Namun seolah tak melihat apapun mereka membiarkan Harry terluka begitu saja.

"Hey!! Liat Harr.."

"Kenapa sih teriak-teriak babe?"

Harry? Dia berada di gudang? Lalu siapa yang tercekik tadi? Aku melihat bunganya dalam keadaan baik-baik saja. Liam, Harry dan Karl menatap ku dengan aneh. Aku memegangi kepala ku.

Wrong ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang