Liam’s P.O.V
Tak lama setelah itu hujan besar datang, lengkap dengan angin dan petir yang menggelegar. Tidak, Mary!
Aku segera bangkit dan mencari Mary. Ku harap ini tak ada hubungannya sama sekali.
“Mary!”
Aku mendobrak pintu kamar yang tidak terkunci itu dan menoleh ke sana kemari mencari Mary. Di ranjang, di bawah ranjang, di lantai, tidak ada. Astaga, di mana gadis itu?
Aku kembali keluar. Menemukan Louis dan Niall yang sedang membantu Zayn untuk berdiri. Nampaknya serpihan cermin tadi mengenai salah satu kaki Zayn. Saat aku hendak menghampiri Zayn, ia langsung mengibaskan tangannya.
“Cari Mary aja Li, gue gak apa-apa.”
Suruhnya. Aku mengangguk dan berbelok arah ke ruang lainnya.
Sepanjang ku berjalan, ku temukan banyak noda darah di lantai. Aku mengikuti jejak darah tersebut dengan berharap itu bukan darah Mary. Darahnya sampai di depan pintu ruang antik. Aku membuka pintu dan mendapati Mary sedang duduk di lantai. Dengan ruangan gelap dan berantakan, jendela yang tiba-tiba saja terbuka, angin yang bebas masuk dengan kerasnya dan petir yang menyerang melengkapi suasana mencekam di ruangan ini.
Aku melangkah perlahan menghampiri Mary yang duduk tertunduk membelakangi ku. Tubuhnya bergoyang-goyang ke atas ke bawah dengan suara decitan ngilu seperti sedang mengasah sesuatu.
“Mary?”
Aku memegang pundaknya dan..
Astaga..
Ia menoleh saat petir menyala membuat ku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Rambutnya terpotong nampaknya ia membakarnya karena ku mencium bau bakar di sekitar rambutnya. Banyak luka di sekitar tato-tatonya bekas kerikan benda tajam sehingga membuat tatonya pudar. Kepalannya yang di penuhi darah karena kuku yang terpotong terlalu dalam. Mulut bersimbah darah karena dia menggunakan giginya untuk mengasah pisau sedang ia genggam.
Saat aku hendak merampas pisaunya, Mary meraung seperti seekor srigala. Genggaman pisaunya sangat kuat membuat ku harus bersusah payah untuk merampasnya. Ia melotot sambil cekikikan seperti seorang penyihir dongeng.
“Help!”
Rintih ku meminta pertolongan. Mary terus berusaha mempertahankan genggamannya hingga aku tak sanggup melawannya. Aku terdorong oleh serangannya membuat ku jatuh tergeletak di lantai. Dengan tertatih, ia bangkit dan mengangkat pisaunya ke arah ku.
Entah apa yang membuat lutut ku melemas. Aku tak dapat berdiri untuk menghindar. Aku menggunakan tangan ku untuk berjalan mundur dari Mary. Ia terus mengerang berjalan tergopoh menghampiri ku. Sampai ia..
Turun dan hendak menusukkan pisaunya ke arah ku. Aku menggeser hingga tusukkannya mendarat tepat di tulang rusuk ku.
Aku berteriak kesakitan hingga the boys datang dan menahan lengan Mary yang liar.
Niall dan Louis menahan lengannya sementara Karl membantu ku bangun. Aku merogoh saku celana ku dan mengambil satu butir Librium lalu memasukkannya secara paksa ke mulut Mary.