Begitu tubuh Mary di baringkan di atas kasur, ia langsung membuka matanya dengan lebar. Ia menoleh ke arah ku dan Niall, dan Karl bergantian. Lalu..
Ia tertawa mendengking. Ia jatuh terlentang seakan seorang telah mendorongnya. Dia memuntir-muntir tubuhnya ke kiri dan ke kanan mengerangkan suku kata tanpa arti berulang-ulang, hingga mendadak dia duduk tegak di depan cermin dengan mata terbelakak ngeri tanpa daya dan berteriak.
“Babi betina ini milik ku! Menyingkir darinya! Dia milik ku!”
Dengan suara parau seolah sedang berbicara dengan dirinya yang lain di dalam cermin, yaitu refleksinya.
Dia mengeong seperti kucing, lalu menyalak, merengkuk sambil mebungkuk hingga sebatas pinggang. Memutar torsonya melingkar-lingkar kuat. Dia tersengal-sengal. Dia tersiksa, mengejang seolah terserang kejang otot. Aku dan Niall yang menyaksikannya saling berpandangan penuh arti.
Lalu ia melengkungkan tubuh ke atas dalam posisi mustahil. Membengkokan pinggangnya ke belakang seperti busur hingga keningnya menyentuh kaki. Lalu ia berteriak kesakitan.
Mary’s P.O.V
Akhirnya aku menemukan ruang antik itu. Aku menemukan tubuh ku yang di baringkan di atas ranjang. Aku langsung mendaratkan tubuh ku menempel di depan cermin.
“Hey wanita jalang! Menyingkir dari tubuh ku! Tubuh itu milik ku!”
Teriak ku sambil memukul-mukul cermin itu. Lalu tubuh ku seketika menghampiri ku. Jika aku berada di tubuh itu, aku pasti sangat merasa kesakitan. Ia begitu menyiksa tubuh ku. Memuntir, membungkuk, memutar, mengejang tubuh ku dengan sengaja. Ia tertawa, teriak, cekikikan, menangis membuat ku melotot tak percaya. Ia lalu menghampiri ku ke depan cermin.
“Babi betina ini milik ku! Menyingkir darinya! Dia milik ku!”
Teriaknya seperti orang gila.
**
Harry’s P.O.V
Malam ini aku hanya duduk di depan Televisi menikmati sebotol anggur dengan terbaring lemas. Masih ku ingat bagaimana Mary memaki ku malam itu. Mencekik hampir membunuh ku dan mengucapkan serangkaian sumpah serapah menunjukkan kebenciannya pada ku. Sebenarnya aku sangat merindukannya. Ingin memeluk dan menciumnya sepanjang malam.
Tiba-tiba..
Ada yang mengetuk pintu rumah ku. Perlahan namun tanpa henti.
Dengan malas aku melangkah menghampiri orang yang bertamu selarut ini. Aku membuka pintu dan..
“Mary? Baru saja aku memikirkan mu!”
Seru ku sambil memeluk tubuhnya yang basah terkena air hujan. Aku menarik lengannya untuk segera masuk menghindari dinginnya udara di luar. Aku menyuruhnya duduk dan segera mengganti pakaian basahnya dengan pakaian ku. Ia Nampak begitu kedinginan. Mulutnya membiru menggigil kedinginan.
Aku lalu menyelimuti tubuhnya dan memberinya segelas wine sebagai penghangat. Tapi, ia menggeleng tak mau menerima gelas wine yang ku tawarkan. Tumben sekali?
Tak lama setelah itu ia mulai menangis. Ada apa ini? Aku memeluk mencoba menenagkannya. Ia menangis di dalam pelukan ku.