Dengan duduk bersimpuh di atas rerumputan, aku membuka kaos putih ketat ku. Memelintiri nya lalu memasukkannya ke dalam mulutku.
Aku mulai mendekatkan ranting itu ke lengan kiri ku. Lalu..
Melukai lengan ku dengan perlahan. Awalnya aku hanya menggores garis kecil dan mengeluarkan sedikit darah, namun masih belum terasa sakit. Aku belum juga terbangun dari mimpi ini.
Aku memejamkan mata ku bersiap untuk merasakan sakit yang lebih dari ini. Kemudian aku menekan ranting lebih dalam hingga terasa terpisahnya daging dan kulit ku. Aku menggigit kaos ku dengan sangat kencang, mata ku berkaca-kaca menahan sakit. Darah segar keluar dengan bebas dari lengan ku.
Ayo Mary! Bangun dari tidur mu. Ini sudah cukup sakit! Terlalu sakit!!
Sial!
Akhirnya aku memutuskan untuk membuang ranting itu dan melepas kaos dari mulut ku, lalu menggunakannya sebagai perban. Aku memutar kaosnya lalu mengikatnya menggunakan gigi ku. Kaos yang mulanya berwarna putih itu, seketika berubah menjadi merah.
Perih. Aku menggeletakkan tubuh ku asal di atas rerumputan ini. Lalu memejamkan mata ku berusaha tak merasakan luka yang baru saja aku buat. Namun semua sia-sia.
Aku ingin pulang.
Liam’s P.O.V
“Silahkan masuk dok.”
Dokter yang amat sangat di tunggu kehadirannya itu akhirnya datang juga. Aku mempersilahkannya masuk dengan kursi yang telah aku siapkan memudahkannya untuk memeriksa Mary.
Ia langsung kaget ketika melihat keadaan Mary yang berantakan dan tak terurus. Mary terus melotot tanpa mau mengedipkan matanya sekali saja.
Dokter itu mulai menyentuh Mary, menyingkirkan selimut dari tubuhnya. Ia merentangkan kaki dan tangan Mary. Ia memegangi sebelah kakinya dan melengkungkannya beberapa kali ke pergelangan kaki. Namun keadaan tubuh Mary masih tetap tegang, ia kemudian melepaskan kaki Mary. Lalu dokter melakukan prosedur yang sama berulang kali, kakinya mengendur ke posisi awal. Tidak ada hasil yang bervariasi. Masih sama. Kaku dan tegang.
“Somnabulisme?”
“Apa itu?”
“Perbuatan yang di lakukan dalam tidur. Itu merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan sejumlah kemungkinan situasi, konflik dan bentuk penyelesaiannya biasanya simbolis.”
“Di a melakukannya tidak sedang tertidur! Tapi sedang terjaga, dok!”
“Bisa saja ia membuka matanya tapi ia tak sadar sepenuhnya. Atau biasa disebut ’mengigau’. Jika dia melakukan itu dalam keadaan tidur, mungkin dia akan mengalami amnesia posterior menyeluruh mengenai apa yang di lakukannya. Jadi, dia sendiri pun sama sekali tidak akan tahu.”
Jelas dokter itu sambil mengelus leher belakangnya berulang kali seperti belum yakin dengan analisa-nya.
“Boleh saya minta minum?”
“Oh, tentu.”
Sebenarnya aku bisa saja menyuruh Karl, tapi kelihatannya dokter ini membutuhkan ketenangan untuk memeriksa Mary. Aku meninggalkannya.
**
“Apa maksud mu?”
Tanya dokter itu mengobrol dengan seseorang di dalam ruangan. Apakah Mary sudah siuman? Aku memutuskan untuk menguping di belakang pintu daripada masuk mengganggu ketenangan mereka.
“Kamu tahu Misa Hitam?”
Suara Mary. Tapi terdengar sedikit tegas dan serak.
“Tidak, apa itu?”