Dia hanya terdiam menunduk seolah benar-benar menyesali perbuatannya.
“Setelah masalah Mary selesai, aku akan menghukum diriku sendiri. Kembali ke dunia ku dan menghadap Tuhan.”
“Apa dengan seperti itu nyawa ibu ku bisa kembali?”
Tanya Perrie sedikit membentak. Bloody Mary terdiam, lagi. Tapi keheningan kami terputus kerena ada satu kebisingan dari ruang tengah.
“Ku rasa itu Liam!”
Terka Perrie. Aku langsung bersimpati.
“Kenapa dengan Liam?”
“Apa kalian menemui arwah ayah ku?”
Tanya Perrie. Aku dan Bloody Mary saling menatap dan menggelengkan kepala kami menandakan ketidaktahuan kami.
“Mau apa ayah mu kemari? Dia seorang lelaki, akan sulit untuk keluar dari dunia ini!”
Ucap Bloody Mary membuat Perrie tertegun.
“Lupakan ayah ku, kita harus menolong Liam terlebih dahulu. Rohnya masuk ke tubuh ayah ku.
“Itu bukan roh!”
“Lalu?”
“Dia Lucifer! Yang membantu semua arwah yang ingin kembali hidup! Itu berbahaya sekali! Dia bahkan lebih kuat dari arwah manapun, dia yang terkuat!! Lagipula, dia yang memberi ku kekuatan hingga sejauh ini, dia yang menghasut ku untuk menjadi seperti ini. Maksud ku seperti dulu.”
Perrie memutar kedua bola mataya tak percaya dengan apa yang di bicarakan oleh Bloody Mary. Lutut ku melemas ingin sekali berteriak. Perrie menarik tangan ku dan Bloody Mary di belakang ku.
Kami menyusuri jalanan yang sangat gelap dan sempit.
“Kenapa rumah jadi gelap seperti ini?”
Tanya ku sambil menahan tangis khawatir dengan keadaan Liam. Kami berjalan sambil menggapai-gapai jalan yang sama sekali tak terlihat itu.
“Aku sudah bilang, kekuatan Lucifer itu sangat besar. Dunia ini miliknya, dia tentu bisa membolak balik dunia ini sesuka hatinya.”
Perrie seketika berhenti seolah sesuatu baru saja menghampiri otaknya.
“Mary?”
“Ya?”
“Kamu bisa keluar dari sini sekarang juga dan menyelamatkan Liam!”
“Bagaimana bisa?”
Ia menghela napas dan membuangnya dengan hati-hati lalu menyentuh pundak ku yang masih terluka.
“Tubuh ku disana kosong. Kamu bisa isi sebelum ada yang mengisi.”
“Kamu gila Perrie? Terus kamu gimana?”
Bentak ku. Ia lalu tersenyum ramah.
“Aku masih banyak urusan di sini Mary, termasuk menjemput kembali ayah ku. Dengar..”
Ucapnya sambil menggenggam tangan ku.
“Kamu mempunyai tanggung jawab yang besar di luar sana. Memperbaiki perilaku kamu, menghilangkan kecanduan mu, berserah diri pada Tuhan, meminta maaf pada orang tua, dan mencintai orang yang benar-benar mencintai kamu. Bukan dia yang meninggalkan kamu di saat kamu seperti ini! Percayalah Mary, Tuhan sedang menulis skenario-nya untuk kamu agar kamu bisa berubah dan kembali menjadi gadis baik.”
Ucapannya bagai cipratan air yang menyejukkan. Jauh di lubuk hati ku aku ingin menangis dan menyesali perbuatan ku. Tapi ini bukan saatnya.
Perrie memeluk ku dengan penuh kasih sayang. Dapat ku rasakan ia sangat berat melepas ku karena akan segera menggunakan tubuhnya.