24. Bloody Mary

423 35 0
                                    

"Bisakah kalian tinggalkan kami berdua?"

Pinta psikiater itu. Aku ragu. Bagaimana jika Mary menyerangnya?

"Saya bisa jaga diri!"

Ujarnya seolah membaca pikiran ku. Aku mengangguk dan meninggalkannya berdua dengan Mary. Aku melangkah bersama dokter sebelum akhirnya aku mendengar psikiater itu menutup pintu dan menguncinya. Sepertinya ia memang tak ingin di ganggu.

Mary's P.O.V

"Jangan sayang, aku mohon!"

Liam? Ku rasa itu suara Liam. Dan apa? Dia memanggil ku sayang?

"Aku mencintai mu Mary!"

Tambahnya membuat ku semakin yakin bahwa itu memang Liam dan dia sedang berbicara pada tubuh ku. Segera aku berlari ke cermin antik itu.

Tapi, setelah sampai. Mana cerminnya?

"Jangan sentuh aku! Aku bilang jangan sentuh aku! Aku juga mencintai mu!"

Apa?

Tubuh ku berbicara seperti itu? Apa maksudnya?

"Hey wanita jalang! Keluar dari tubuh ku!! Aku yang mencintai Liam! Bukan kamu keparat!!"

Teriak ku.

"Maukah kamu berubah menjadi Mary yang lama? Jangan seperti ini sayang! Kalau kamu menyayangi aku, kamu tentu saja tidak akan menyakiti ku."

Pinta Liam. Aku kembali berteriak.

"Jangan sakiti Liam ku! Aku yang mencintainya! Jangan sakiti dia aku mohon! Kembalikan aku ke tubuh ku! Aku Mary!!"

"Aku lah Mary keparat! Ini aku. Mary Rose Anne Arnold!"

Teriaknya.

"Ya, tapi kau jiwa yang lama! Tapi itu tubuh ku. Nama kita yang sama tak berarti dengan bebas kau bisa merasuki tubuh ku!"

Sambil menangis tersedu aku berteriak. Lalu..

Aku melihat Bloody Mary menghampiri ku. Dia mengusap lembut rambut ku.

"Ada apa?"

"Aku mohon. Kembalikan aku ke tubuh ku!"

Pinta ku dengan rintihan memohon kepadanya.

"Cerminnya sudah di hancurkan. Aku hanya bisa membantu mu mengembalikan portal cerminnya. Selanjutnya kamu tetap harus melakukan prosedur yang sudah aku beri tahu."

Ucapnya dengan tegas. Aku mengangguk. Ia langsung berdiri dan merentangkan tangannya. Di tangannya di penuhi beling-beling yang menghampirinya. Lalu ia meniupkan serpihan beling itu. Dengan mudah ia mengembalikan cermin itu seperti semula. Aku mengusap air mata ku dan langsung berdiri.

"Terimakasih!"

"Tidak nak, aku minta maaf! Aku yang telah membuat mu seperti ini. Ini kesalahan ku. Dari mu aku belajar bahwa tak seharusnya aku menarik jiwa-jiwa tak bersalah ke dunia ini. Dunia yang tak seharusnya kalian pijaki. Aku terlalu egois untuk menerima kenyataan ku yang hidup dengan tidak pantas. Dendam ku yang berlebihan membuat roh yang lain memperalat ku untuk membalaskan dendam mereka juga dengan kekuatan yang aku miliki."

Ucapnya dengan suara yang lembut membuat ku iba. Aku mengusap kepalanya penuh kasih sayang.

"Tidak ada di dunia ini yang hidup dengan tidak pantas! Mereka hidup untuk sebuah alasan yang telah Tuhan gariskan. Sebagai manusia sudah seharusnya kita menjalankannya bukan berontak dan tidak menerima kenyataan."

Ucap ku mencoba menenangkannya. Ia menatap ku sambil tersenyum.

"Kita terlahir kotor, dan sudah menjadi kewajiban kita untuk membersihkannya dengan sisa hidup yang Tuhan berikan!"

Wrong ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang